PRESIDEN SERUKAN EFISIENSI DIJADIKAN GERAKAN NASIONAL

PRESIDEN SERUKAN EFISIENSI DIJADIKAN GERAKAN NASIONAL

Presiden Soeharto meminta agar usaha pemerintah mewujudkan efisiensi secara nasional diikuti kalangan industri dan dunia usaha. Sebab tanpa efisiensi nasional, kemajuan ekonomi dan pembangunan yang telah dicapai dengan susah payah, akan berkurang artinya. Bahkan mungkin dapat menimbulkan kesulitan besar di kemudian hari.

“Pemerintah bertekad untuk memberi perlindungan yang wajar kepada produk dalam negeri. Namun perlindungan itu tidak mungkin diberikan terus­menerus, lebih-lebih kepada industri yang mengabaikan efisiensi,” demikian penegasan Presiden ketika meresmikan sembilan pabrik industri dasar, Sabtu di PT Pelat Timah Nusantara, Cilegon, Jawa Barat.

Presiden mengemukakan, dalam pembangunan industri pun harus terus diusahakan peningkatan efisiensi, sehingga hasil produksinya memiliki daya saing yang tinggi.

Peningkatan efisiensi ini hendaknya dilakukan di segala bidang. Mulai dari penggunaan sumber daya alam, sumber daya manusia, struktur permodalan, penerapan teknologi, maupun pengelolaan perusahaannya.

“Peningkatan efisiensi ini bahkan perlu kita jadikan gerakan nasional untuk memerangi ekonomi biaya tinggi yang dewasa ini kita rasakan…!” kata Kepala Negara.

Realistis

Presiden mengatakan dalam melaksanakan pembangunan, Indonesia selalu bersikap realistis. Sikap ini berarti harus melihat kenyataan seperti apa adanya. Baik kenyataan yang menggembirakan maupun yang tidak menggembirakan.

Ditekankan, pembangunan itu sendiri memang harus dilanjutkan, sebab tidak ada pilihan lain. Pembangunan tidak boleh berhenti, sebab itu berarti menjauhkan cita-cita semula dan akan mendatangkan kesulitan baru yang makin menumpuk.

Hanya melalui pembangunan, akan dicapai cita-cita untuk hidup dalam masyarakat yang maju, sejahtera, dan berkeadilan.

Untuk mencapai tujuan itu, Indonesia telah memiliki strategi jangka panjang seperti yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

Strategi jangka panjang ini akan dipegang teguh, yaitu meletakkan landasan bagi pembangunan masyarakat Pancasila, dengan melaksanakan pembangunan yang sambung menyambung selama lima kali Repelita. Sehingga dalam Repelita VI direncanakan dapat tinggal landas, melanjutkan pembangunan dengan kekuatan sendiri.

Jangan Kecil Hati

Mengenai keadaan perekonomian Indonesia, menuntut Kepala Negara dewasa ini dan gelagatnya juga dalam tahun-tahun mendatang, keadaan perekonomian dan jalannya pembangunan masih akan mendapat tekanan berat dari perekonomian dunia.

Tetapi ia mengingatkan, keadaan tadi tidak perlu membuat kecil hati. Bukan saja karena keadaan tidak menguntungkan itu memang dialami oleh semua negara di dunia, tetapi karena pembangunan selama ini telah memberikan kekuatan untuk bertahan dalam keadaan perekonomian yang berat.

“Jika pembangunan kita di tahun-tahun yang lalu tidak cukup memberi kekuatan, maka mungkin keadaan kita sekarang akan jauh lebih sulit lagi”.

“Kita boleh berbesar hati,” kata Presiden.

“Sebab dalam bidang yang sepenuhnya berada dalam pengendalian kita, ternyata pembangunan berjalan lancar dan berhasil baik. Dalam bidang pangan, sandang, perhubungan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain mencapai kemajuan besar.”

Menurut Presiden Soeharto, di bidang industri yang harus menjadi andalan dalam tahap tinggal landas pun, juga tercapai kemajuan besar.

Indonesia kini memiliki banyak industri besar, sedang, maupun kecil. Yang dahulu belum dimiliki, sekarang sudah dimiliki. Demikian pula yang dulu diimpor, sekarang banyak dihasilkan produksi dalam negeri.

Mengenai pembangunan industri sendiri, dikemukakan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu harus selalu memperhatikan kaitan antara satu jenis industri dengan industri lainnya, agar pertumbuhannya makin kukuh.

Kesembilan pabrik yang dibangun di Zona Industri Cilegon tadi termasuk jenis industri hulu, yang hasil produksinya merupakan bahan baku dan barang modal bagi industri hilir.

“Kita perlu berusaha terus menerus mengembangkan industri hulu, agar struktur industri nasional makin mantap dan kukuh”.

Dengan berkembangnya industri hulu, maka impor bahan baku dan barang modal dapat dikurangi. Sehingga Indonesia dapat membebaskan industri hilir dari ketergantungan bahan-bahan baku dan barang modal dari luar negeri. Demikian Presiden.

Pendalaman Struktur

Menteri Perindustrian Ir. Hartarto dalam laporannya mengemukakan, kesembilan industri dasar yang dibangun itu merupakan program “pengisian dan pendalaman struktur industri,” melalui pelaksanaan program keterkaitan yang luas. Industri dasar tersebut terdiri dari tiga industri kimia dasar dan enam industri mesin dan logam dasar (Kompas, Sabtu kemarin).

Industri yang dibangun untuk pendalaman struktur terdiri dari tiga industri kimia dasar. (RA)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (31/01/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 79-81.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.