PRESIDEN SOEHARTO AKAN BERTEMU PRESIDN BUSH DI GEDUNG PUTIH

PRESIDEN SOEHARTO AKAN BERTEMU PRESIDN BUSH DI GEDUNG PUTIH

 

 

New York, Kompas

Presiden Soeharto Jumat sore menurut rencana akan diterima oleh Presiden AS George Bush di Gedung Putih. Demikian laporan wartawan Kompas Threes Nip semalam.

Menurut para pejabat Indonesia, kunjungan Presiden ke Gedung Putih itu akan lebih berupa kunjungan kehormatan daripada suatu pertemuan kerja yang direncanakan secara khusus Presiden Soeharto yang sedang berada di York untuk menerima penghargaan kependudukan dari PBB, akan berkunjung ke Washington untuk menghormati Presiden Bush selaku pemimpin dari negara yang dikunjungi. Apa lagi karena Presiden AS baru saja dilantik awal tahun ini.

Akan tetapi, sekalipun kunjungan itu merupakan kunjungan kehormatan, namun di dalam pertemuan selama kurang lebih 30 menit itu kedua kepala negara diperkirakan akan membicarakan berbagai masalah luas, baik masalah yang menyangkut hubungan bilateral antara kedua negara maupun masalah-masalah regional dan Internasional yang sedang hangat dewasa ini.

Mengenai hubungan bilateral antara Indonesia dan AS saat ini tidak ada hal-hal serius yang menjadi pokok pertentangan. Khususnya dibidang politik hubungan RIĀ­AS dewasa ini dinilai yang terbaik dalam beberapa tahun terakhir, berbeda dengan kunjungan Presiden Soeharto tahun 1982 kali ini tidak ada kerikil-kerikil tajam yang mengganggu dalam hubungan politik antara kedua negara.

Dibidang ekonomi memang ada beberapa hal yang dirasakan mengganjal khususnya dibidang perdagangan dan penanaman modal Indonesia pada umumnya menganggap bahwa AS makin bersikap proteksionis terhadap barang-barang ekspor dari negara lain. AS sebaliknya merasa bahwa Indonesia sekalipun diakui telah berusaha menghilangkan hambatan resmi dengan serangkaian tindakan membuka pasarannya.

Satu hal yang merupakan ganjalan adalah pembatasan yang dianggap curang terhadap impor film-film Amerika. Demikian pula AS mengeluh mengenai tindakanĀ­tindakan terhadap beberapa perusahaan Amerika yang dikenakan tambahan bea masuk atau kena larangan untuk memasukkan barang-barang tertentu, suatu hal yang dianggap melanggar kontrak perjanjian yang ada.Begitu pula masih ada keluhan mengenai pembajakan hak cipta dibidang buku pelajaran, video dan perangkat lunak komputer sekalipun RI dipuji telah berusaha keras untuk memperbaiki sistem perundangan serta memberantas pembajakan kaset.

Akan tetapi hal-hal di atas adalah masalah kecil, yang kemungkinan besar tidak akan disinggung dalam pembicaraan tingkat kepala negara. Apa yang dapat disinggung secara umum adalah harapan Indonesia agar pemerintah Presiden Bush ikut memikirkan pemecahan masalah utang bagi negara-negara seperti Indonesia, Muangthai, Maroko, dan lain lain yang tidak tergolong kelompok pengutang seperti Amerika latin ataupun Afrika Hitam.

Indonesia merasa bahwa negara-negara seperti RI yang justru bekerja keras dan berkorban banyak untuk membenahi ekonominya sering kali dilupakan dalam usaha untuk menyelesaikan masalah utang negara berkembang. Negara-negara ini tidak mendapat perlakuan istimewa seperti negara-negara melarat di Afrika, namun juga tidak dapat menarik manfaat dari Brady Pland seperti negara-negara Amerika latin. Namun jika pun melontarkan masalah ini, kemungkinan besar Presiden Soeharto tidak akan membahasnya secara mendetil.

 

Masalah Regional dan Intemasional

Pembicaraan antara kedua kepala negara kemungkinan besar lebih berkisar pada masalah-masalah regional dan internasional, khususnya peristiwa-peristiwa yang sedang hangat. Gejolak politik yang sedang teijadi di RRC sudah dapat dipastikan akan muncul di dalam pembicaraan. Apa lagi dengan adanya tindakan Pemerintah AS baru-baru ini yang melarang penjualan senjata kepada RRC dan memerintahkan semua warganya agar segera meninggalkan Cina.

Segi pandangan Indonesia dan AS terhadap gejolak di RRC mungkin berbeda. Indonesia sebagai negara Asia mungkin lebih melihat dampak dari gejolak tersebut terhadap keamanan dan sekuriti di kawasan Asia. AS mungkin lebih melihatnya dari segi demokrasi rakyat yang ditindas dan dihancurkan. Akan tetapi baik Presiden Soeharto maupun Presiden Bush akan sependapat bahwa apa yang sedang teijadi di RRC dapat mengancam keamanan dunia pada umumnya.

Masalah lain yang pasti akan disinggung adalah masalah Kamboja, khususnya dengan adanya rencana Vietnam untuk menarik pasukannya akhir September dan rencana Pemerintah AS untuk memberikan bantuan militer kepada kelompok Pangeran Sihanouk.

Apa lagi karena Menlu Ali Alatas baru saja melakukan kunjungan ke Moskwa dan Paris,untuk menjajaki kemungkinan diselenggarakannya konferensi internasional tentang Kamboja. Presiden Soeharto dapat diduga akan mengimbau kepada Presiden Bush agar AS mengambil peranan yang lebih aktif dalam mencari penyelesaian mengenai masalah Kamboja.

Hal lain yang kemungkinan besar juga akan dibahas adalah masalah keija sama Pasifik. Wakil Presiden Dan Quayle setelah meninggalkan Indonesia mengeluarkan pernyataan di Singapura mengenai peranan AS di Pasifik. AS nampaknya ingin meningkatkan peranannya di kawasan Pasifik, antara lain untuk menghadapi kemungkinan adanya dampak negatif dari persatuan ekonomi negara-negara Eropa Barat dalam tahun 1992. Presiden Bush dan Presiden Soeharto dapat mengadakan tukar-menukar pikiran mengenai gagasan untuk membentuk masyarakat ekonomi Pasiflk atau apa pun namanya.

 

 

Sumber : KOMPAS(09/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 191-193.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.