PRESIDEN SOEHARTO CEK HARGA 9 BAHAN POKOK DI PASAR-PASAR [1]
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Presiden telah mencek harga2 sembilan bahan pokok di Jakarta, khususnya beras dan gula ketika Sabtu siang dengan tiba2 meninjau kepasar-pasar Tanah Abang, Kebayoran Lama dan Mampang Prapatan di Jakarta.
Dipasar2 tersebut Kepala Negara berdialog dengan para pedagang khususnya pedangang2 beras serta gula dan menanyakan persoalan dagangannya itu.
Masyarakat disekitar daerah2 tersebut tidak menyangka sama sekali akan kedatangan Presiden Soeharto. Mereka kaget ketika dari sebuah micro-bis turun Presiden Soeharto yang langsung mendatangi pedagang2 dipasar2 itu. Masyarakat lantas ramai mengikuti kemana Kepala Negara itu pergi.
Dapat Untung Berapa?
Dipasar Tanah Abang kepada seorang penjual beras Presiden Soeharto bertanya “Berapa harga beras biasa ini per kg”, sambil memegang beras butir2an beras. Dijawab oleh pedagang itu “Rp. 50 per kg Pak”. Presiden “Dapat untung berapa seharinya ?” Pedagang: “Ya cukup deh, untuk untung Rp. 100, -lebih.”
Karena seorang pedagang lainnya dipasar ini Presiden memperingatkan agar dia jangan menjual berasnya mahal2. Penjual beras itu menjual beras dropping dengan harga Rp.50,- perliter sedang pembeliannya Rp. 53 per kg. “Jangan terlalu mahal jualnya,” demikian Presiden, sipedagang diam saja.
Pedagang2 eceran kecil dalam dialog dengan Presiden itu umumnya menyatakan bahwa rata2 perhari mereka menjual 54 kg beras. Untungnya sekitar Rp. 200,- dan Rp.300.
Apa Sebabnya Naik
Dari pasar Tanah Abang Presiden Soeharto yang disertai oleh Sekretaris Negara Sudharmono SH dan Kepala Depot Logostik Jakarta Raya, Sumekto, meninjau Pasar Kebayoran Lama. Presiden menanyakan berapa harga beras yang paling jelek disini yang oleh Sipedagang dijawab Rp. 41,- sambil menunjuk kearah beras-beras yang kekuning2an.
Kepada seorang pedagang beras Cina, Presiden bertanya “Apa sebab terjadi kenaikan beberapa waktu jl. saya ingin tanya kepada pedagang itu menjawab”. Tidak Tahu Pak. Saya hanya ambil dari toko jaitu grossier karena harga dari grossier naik. Saya juga menaikkan harga jual.
Presiden Soeharto kemudian mengalihkan pandangannya kebeberapa tumbukkan gula dimana tertulis kata gula dropping” harga per Kg. Rp. 100,-. Presiden Soeharto kemudian mengambil satu bungkus yang bertuliskan 1 kg. Kemudian menimbangnya kembali untuk menceknya. Gula itu memang berisi 1 kg.
Pedagang gula itu menyatakan bahwa dari grossier mereka beli Rp. 97.50 per kg. Mereka mendapat untung Rp.2.50 per kg dan per hari mereka dapat menjual 2 hingga 3 kwintal.
Dibeberapa tempat gula berharga Rp. 110. per kgnya karena bukan gula dropping. Kepada seorang pedagang gula ini Presiden bertanya “Dimana belinya dan berapa harganya?” “Ditegal Parang Utara dari Pak Ruslan Harga pembelian Rp. 104, per kg. Ongkos becak Rp. 100,- sehingga per kg untung Rp. 5,-.
Ditempat saudara beli ini apakah terdapat banyak gula. Tanya Presiden yang dijawab: “Banyak Pak ” Presiden Soeharto kemudian memanggil Kepala Dolog Jaya untuk mengecek hal ini. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (15/10/1972)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 24-25.