PRESIDEN SOEHARTO DI TENGAH2 MASYARAKAT INDONESIA DI AS

PRESIDEN SOEHARTO DI TENGAH2 MASYARAKAT INDONESIA DI AS

Tiga anak Indonesia membuka topi sambil melemparkannya ke udara mereka berteriak gembira : "Tugas sudah selesai. Sekarang kita pesta. Makan2".

Tiga anggota pramuka Gugus Depan yang turut menyambut Presiden Soeharto dan Ny. Tien bersama rombongan inti baru saja bertugas pada acara tatap muka dengan masyarakat Indonesia yang dilakukan Kepala Negara RI di Ibu kota AS ini sebelum meninggalkannya meneruskan perjalanan ke Florida dan Houston.

Mereka cukup gembira karena Presiden Soeharto hampir 50 menit memberikan wejangan di depan lebih dari 400 anggota masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar kota metropolitan Washington juga yang diundang khusus dari perwakilan2 RI di New York, Houston, San Fransisco dan Los Angeles.

Presiden sedikit batuk2 mungkin karena kedinginan. Memang pagi hari Rabu ini hujan sudah mulai turun dibarengi udara yang mulai dingin dalam musim transisi masuk ke musim gugur.

Pada permulaan wejangannya itu Presiden Soeharto menyebutkan mengenai kunjungannya ini untuk meningkatkan saling pengertian dan kerja sama antara kedua negara Indonesia dan Amerika Serikat. Tentunya dengan meningkatkan kerja sama untuk menjamin agar tahap perjuangan untuk mengisi pembangunan berjalan sebaik2nya.

Di bagian lain dari pidatonya yang dibeiikannya dengan air muka cerah dan penuh keyakinan, Presiden menunjuk bahwa ia mendengar desas-desus lain mengenai maksud kunjungannya keAmerika Serikatbahwa "Presiden ini akan mengemis kepada negara besar untuk minta bantuan", Presiden Soeharto menganggap hal itu naif sekali.

Karena sebagai negara besar dan bangsa yang berdaulat Indonesia tidak perlu menggantungkan diri.

Di ruangan depan dan dalam KBRI yang terletak di Massachusetts Avenue, Presiden memberikan gambaran yang positif mengenai situasi di Indonesia sekarang di mana bagi mereka yang sudah lama meninggalkan tanah air kalau kembali akan pangling.

Dengan senyum Presiden meneruskan bahwa barang kali orang2 Indonesia yang sudah lama bermukim di luar negeri itu sudah lupa pada kemajuan2 yang sudah berkembang di Indonesia.

Diberikan juga gambaran mengenai hasil pembangunan yang walaupun terjadi resesi di dunia yang begitu besar dan berkepanjangan serta tidak tahu kapan berakhir, tetapi dampaknya kecil di Indonesia.

Bagi negara kita hal itu tidak begitu mengganggu tahap pembangunan. Presiden Soeharto bertanya mengapa sampai demikian. Dijawabnya sendiri karena ketahanan ekonomi kita sedemikian kuat. Ini sebabkan hasil2 pembangunan dalam waktu lampau pada Repelita I & II.

Dengan lancar, Presiden menyebutkan angka2 mengenai kapasitas industri dan jumlah penduduk Indonesia yang sudah menerima berbagai macam kredit, juga menyebut angka sekolah2 yang sudah dibangun, rumah sakit maupun Puskesmas. Seolah2 angka2 tsb sudah berada di ujung bibimya.

Mengapa Indonesia mampu membangun proyek aluminium seperti di Asahan,juga dijelaskan karena listrik murah.

Kepala Negara juga menimbulkan kebanggaan pada para pendengarnya ketika ia menggambarkan hasil timah yang pada permulaan pembangunan hanya 10.000 ton setahun, sekarang menjadi 35.000 ton per tahun yang berarti dari urutan no. 3 atau 4 Indonesia, sekarang hanya no. 2 dari Malaysia.

Di sini juga Indonesia bisa bersaing dengan negara2 produsen lainnya karena ongkos produksi lebih kecil. Juga ditunjuk proyek baja Cilegon yang tadinya terbengkalai tapi sekarang sudah berproduksi menghasilkan baja batangan dan lempengan untuk dijadikan lagi bahan industri besi siku, beton elser, kawat, paku dan sebagainya.

Masih disebutkannya mengenai nikel dan hasil hutan yang tidak kalah pentingnya dalam sektor yang belakangan ini Indonesia tidak lagi menjual kayu gelondongan tapi sudah mengekspor plywood.

Tak Menerima Begitu Saja

Inflasi periode Januari-September 1982hanya 7 persen. Itu pun sudah dihitung inflasi tinggi bulan Januari yang mencapai 4,7 persen karena kenaikan harga bahan kabar.

Indikator lain yang diberikan Presiden ialah mengenai cadangan devisa. Dengan senyum ia tunjuk bagaimana negara2 lain yang sama2 penghasil minyak rupanya menghadapi kesulitan devisa. Tidak hanya cadangan untuk mengimpor kebutuhan tapi juga untuk menyalurkannya, tidak bisa. Indonesia bisa membayar secara tertib sehingga kepercayaan dunia tetap terjamin.

Indonesia, katanya, sudah bertambah menentukan dalam soal meminjam uang untuk pembangunan dan selalu membatasi diri dan tidak menerima begitu saja dari semua negara yang menawarkan tanpa ada batasnja.

Jadi bagaimanapun keadaan resesi dunia Indonesia masih memiliki kemampuan membayar hutang danjaminan impor barang2 kebutuhan dengan sebaiknya. Karena cadangan kita masih cukup untuk mengimpor beberapa bulan, ujarnya.

Presiden menyebutkan proyek Inpres Kesehatan sudah sampai ke seluruh Kecamatan yang berjumlah 650 melalui pembangunan rumah sakit dan puskesmas dengan menempatkan tenaga dokter2 muda dan medis lainnya. Malahan ada kecamatan yang mendapat 2 puskesmas.

Masih disebutkannya lagi bagaimana waktu pembangunan baru dimulai. Anak umur sekolah 7-12 tahun yang bisa masuk sekolah hanya 50 pct, karena fasilitas bangunan sekolah berkurang.

Pada akhir Pelita II persentase menjadi 85 pct. "Mudah-mudahan anak2 usia sekolah tidak ada lagi yang tidak bisa tertampung di sekolah dasar karena ini merupakan usaha pendidikan mencerdaskan bangsa," ujarnya.

Seorang Wanita Lagi

Pada 1 Oktober pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila ia katanya menyaksikan pelantikan Wakil Rakyat hasil Pemilu 1982 yang duduk dalam DPR/ MPR.

Digambarkannya bagaimana pembukaan rapat dipimpin oleh yang paling tua umur 85 tahun dan anggota paling muda umur 28 tahun. "Seorang wanita lagi", kata Presiden dengan bangga.

Karena di samping memimpin rapat pelantikan kemudian pengesahan tata acara kemudian dipilih pimpinan. "Seorang wanita muda sudah bisa memperlihatkan kemampuannya memimpin persidangan yang sangat penting," ia memuji.

Dalam kerja sama dengan negara2 lain. Presiden menyebutkan haruslah berdasarkan saling hormat dan saling menguntungkan.

Pada tingkat sekarang kita tidak lantas mendasarkan pada pinjaman saja tetapi harus meningkatkan usaha2 sendiri seperti ekspor dan perdagangan untuk mendapatkan devisa yang diperlukan untuk pembangunaa Produksi yang dihasilkan rakyat di luar Migas ditingkatkan.

Karena rakyat Indonesia yang 150 juta, 125 juta petani hidup dari hasil tanah, padahal 25,5 juta kepala keluarga hanya 17,5 memiliki tanah, 8 juta merupakan petani buruh oleh karena itu tidak mempunyai pendapatan tetap. 11 Juta dari yang punya tanah ½ ha atau ¼ ha.

Oleh karena itu, agar tanah yang mereka miliki hisa dijadikan sumber penghidupan, penduduk yang tadinya 90 persen hidup di bawah gada kemiskinan dan kemudian ditingkatkan menjadi hanya tinggal 30 persen, harus diberi petunjuk dan contoh pertanian intensifikasi.

Hasilnya dari produksi tanah 1 ha yang hanya 2 ton meningkat menjadi 4 ton malahan sekarang sesudah disempurnakan secara berkelompok menjadi 8-10 ton.

Malahan dalam perlombaan dengan menggunakan teknologi dan intensifikasi, ada yang sampai menghasilkan 16 ton dari 1 ha.

Perundingan dengan AS

Presiden mengungkap sedikit mengenai hasil perundingannya dengan pihak Pemerintah AS di Washington sehari sebelumnya. Mengapa ekspor non migas Indonesia hanya AS 600 juta padahal ekspor AS ke Indonesia berjumlah AS$ 1,8 miliar yang berarti 1:3?

Indonesia akan menuntut agar perdagangan ini menjadi seimbang. Dengan demikian kita nanti tidak perlu mencari-cari pinjaman, cukup dengan meningkatkan kemampuan dalam bidang pembangunan, ujarnya.

Presiden menutup wejangannya dengan harapan bahwa gambaran dalam negeri ini bisa membesarkan hati orang2 lndonesia yang tinggal di Amerika Serikat. "Dan kalau saudara2 tidak percaya bisa mengecek sendiri. Karena saya tidak mau ngecap disini".

Kepala Negara tertawa dan berkata hanya memberikan gambaran kenyataan bahwa perjuangan pembangunan sekarang ini tidak percuma. Perjuangan sudah membawa hasil dengan baik namun masih harus terus diperjuangkan kalau perlu dengan pengorbanan.

Kunjungan Presiden Soeharto di Amerika Serikat diatur begitu rapi. Suatu SK Dubes RIdi Washington memutuskan pembentukan panitia yang bekerja mulai tgl. 18 Agustus dan baru dibubarkan ketika Presiden meninggalkan AS tanggal 15 Oktober.

Tidak kurang dari 190 orang ambil bagian dalam berbagai tugas belum terhitung penabuh gamelan Bali yang terdiri dari 20 orang, penabuh karawitan Jawa 17 orang, 9 di antaranya orang Amerika.

Seksi yang paling besar petugasnya ialah logistik I kendaraan, terdiri dari 62 orang disusul Dharma Wanita 31 orang. Sementara untuk Honolulu hanya 23 orang ditunjuk.

Walaupun yang disebutkan anak2 lndonesia yang gembira bahwa mereka akan pesta makan2, sebenarnya yang disuguhkan hanyalah kue2 yang dibungkus dengan minuman botol, kopi atau teh.

Semua biaya persiapan dan penyelenggaraan kunjungan Kepala Negara RI dibebankan pada anggaran Pemerintah Pusat/Setneg. (RA).

Washington DC, Sinar Harapan

Sumber : SINAR HARAPAN (15/10/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 881-885.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.