PRESIDEN SOEHARTO DIUNDANG KE JEPANG
Menteri Luar Negeri Jepang Sousuke Uno mengatakan di Jakarta Jumat bahwa kunjungan dua harinya di Indonesia antara lain untuk menyampaikan undangan kepada Presiden Soeharto agar mengadakan kunjungan kenegaraan ke Jepang.
“Mengingat Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN dan Jepang di kawasan Asia Pasifik, maka kunjungan itu, saya yakin, akan sangat produktif dan bermanfaat bagi kedua negara untuk bekerjasama meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini (Asia Pasifik),” kata Menlu Uno selesai mengadakan pertemuan dengan Menlu Ali Alatas.
Kunjungan resmi (kenegaraan) Presiden Soeharto ke Jepang dilakukan dua dasawarsa lalu, yakni Maret 1968. Namun demikian, hal itu tidak berarti Presiden Soeharto tidak lagi mengunjungi Jepang, sebab kunjungan-kunjungan selanjutnya sejak itu tercatat berlangsung lima kali, termasuk yang terakhir bulan Oktober 1982.
Menlu Uno tiba di Jakarta dari Beijing Kamis malam untuk mengadakan kunjungan sampai Sabtu. Selama di Jakarta, Uno hari Jumat mengadakan pembicaraan dengan para menteri ekonomi, selain dengan Menlu Alatas.
Menurut rencana, hari Sabtu, ia akan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto.
Banyak masalah secara umum dibahas oleh Uno dan Alatas dalam pertemuannya selama sekitar 90 menit di Pejambon, terutama masalah bilateral, seperti menyangkut minyak, permasalahan utang Indonesia yang membengkak akibat menguatnya nilai yen terhadap dolar AS dan juga masalah keamanan di kawasan Asia Pasifik.
KTT Toronto
Kedua Menlu juga membahas persiapan pertemuan puncak Toronto, Kanada, bulan Juni mendatang.
KTT Toronto itu akan dihadiri berbagai negara maju dan Jepang merupakan satu-satunya negara yang mewakili Asia sehingga Jepang perlu mendengar apa kata Indonesia sebagai negara terbesar dan mewakili kawasan ASEAN, demikian Uno.
Kepada Menlu Alatas, Uno menjelaskan bahwa dalam pertemuan Toronto itu, Jepang akan mengambil inisiatif dalam berbagai aspek, termasuk upaya meningkatkan kembali kepercayaan pasar dan upaya penanganan masalah utang secara efektif.
“Diskusi masalah ini (persiapan KTT Toronto) sangat sukses,” kata Uno.
Masalah lain yang akan diprakarsai Jepang dalam pertemuan Toronto itu adalah upaya meningkatkan perdagangan bebas dalam rangka perundingan Uruguay (Uruguay Round Negotiation).
Menlu Alatas menegaskan bahwa untuk KTT Toronto itu, ASEAN akan membuat sebuah “paper” yang berisi pandangan-pandangan ASEAN untuk disampaikan di pertemuan itu.
Jepang Mengerti
Dalam pertemuan itu, dibahas pula masalah ekonomi di antara kedua negara. Menlu Ali Alatas menjelaskan dua jenis beban utama yang dihadapi Indonesia saat ini, yakni menurunnya harga minyak dan menurunnya nilai mata uang dolar AS terhadap yen yang mengakibatkan melonjaknya utang Indonesia kepada Jepang.
“Jepang sepenuhnya mengerti terhadap situasi yang dihadapi Indonesia itu,” kata Uno tanpa mau memperinci apa arti pengertian yang dinyatakannya itu.
Uno hanya mengatakan bahwa Jepang akan terus mengambil langkah-langkah penting di masa datang bagi peningkatan kerjasama kedua negara yang berjalan sangat baik dalam dua puluh tahun terakhir ini.
Untuk lebih meningkatkan kerjasama saling menguntungkan bagi kedua negara, Jepang akan mengirimkan misi khusus ke Jakarta guna mempelajari berbagai usul Indonesia.
Menlu Alatas, sementara itu mengatakan bahwa pembicaraannya dengan Uno menyangkut hal umum saja sedangkan rincian mengenai berbagai masalah, terutama ekonomi, dibahas Uno dengan para menteri ekonomi.
Dalam bidang politik, Menlu Alatas menjelaskan masalah Kampuchea dan Jepang seperti biasanya selalu mendukung berbagai prakarsa ASEAN untuk mencari penyelesaian damai dan menyeluruh dalam kemelut di negara itu.
Menurut Menlu Ali Alatas, ia dan Uno tidak membahas hubungan Indonesia – Cina. Uno hanya menyebutkan sedikit mengenai kunjungannya ke Cina sebelum ke Jakarta. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (08/05/1988)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 126-127.