PRESIDEN SOEHARTO MENUJU NEW YORK Hari ini Bertemu Presiden Bank Dunia[1]
New York, Suara Karya
Penutupan KTT Gerakan Non Blok ke 11 tertunda tanpa ada pemberitahuan kepastian waktu. Presiden Soeharto tidak dapat menunggu sampai acara penutupan yang tertunda itu. Jumat siang (tengah malam WIB) Kepala Negara dan rombongan meninggalkan Cartagena, Kolombia menuju New York untuk selanjutnya menghadiri acara peringatan HUT ke 50 PBB. Penundaan penutupan KTT GNB XI Cartagena itu menurut laporan wartawan Suara Karya, Agustianto, disebabkan belum dicapai kesepakatan mengenai draft deklarasi yang akan dikeluarkan diakhir KIT. Beberapa butir dari draft deklarasi itu menimbulkan perbedaan pendapat, di antaranya soal penyelesaian Khasmir. India berpendapat, masalah itu adalah masalah dalam negeri India dan tidak perlu campur tangan luar. Sementara, Pakistan berpendapat kemelut di Khasmir perlu diselesaikan dengan bantuan GNB. Dalam pertemuan Presiden Soeharto dengan Presiden Kolombia, Ernesto Samper, Selasa lalu masalah yang mungkin akan menyulitkan sidang-sidang di KTT sudah diingatkan Presiden Soeharto. Ketika itu Presiden Soeharto mengemukakan harapan agar Presiden Enresto bisa mengatasi masalah-ma salah yang akan menghambat.
Bank Dunia
Presiden Soeharto ketika menyampaikan pidato pembukaan KTT GNB di Cartagena mengeritik sikap lembaga keuangan multilateral dalam hal memberikan keringanan kepada negara-negara terbelakang. Hari Sabtu ini Presiden akan bertemu dengan Presiden Bank Dunia, James D. Wolfenson, di tempat Presiden Soeharto menginap di Hotel Waldorf Towers, New York. Boleh jadi masalah itu akan kembali dipertanyakan Presiden Soeharto kepada pucuk pimpinan Bank Dunia.
Presiden Soeharto akan berada di New York selama 6 hari dan esok hari Minggu akan mulai mengikuti acara pembukaan persidangan dalam rangka peringatan HUT PBB ke 50. Setelah pembukaan yang dilakukan oleh Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali orang pertama yang akan menyampaikan pidato adalah Presiden AS, Bill Clinton,Presiden Soeharto akan mendapat giliran menyampaikan pidato pada Senin (23/ 11) pukul 15.00 atau Selasa 02.00 WIB.
Bertemu Clinton
Dari New York Presiden akan melanjutkan perjalanan ke Washington DC untuk menghadiri beberapa acara serta melakukan kunjungan kerja dan bertemu dengan Presiden AS, Bill Clinton di Gedtmg Putih. Semula rencana pertemuan dengan Presiden Clinton sifatnya belum pasti. Awalnya pertemuan itu disarankan AS bersifat pertemuan pribadi. Namun Indonesia menolak pertemuan kedua kepala negara itu jika bersifat pribadi. Setelah Presiden Soeharto berada di Cartagena, diperoleh kabar bahwa sifat pertemuan dengan Clinton merupakan pertemuan resmi, sehingga kunjungan ke Wash ington disebut sebagai kunjungan kerja. Pertemuan kedua kepala negara itu dijadwalkan pada 27 Oktober. Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono, mengungkapkan infom1asi itu kepada wartawan di Cartagena, Kamis. Menurut Mensesneg, pertemuan kedua pemimpin itu untuk membicarakan peningkatan kerja sama kedua negara dan bertukar pikiran tentang pertemuan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Osaka, Jepang pertengahan November mendatang.
Kepastian itu diperoleh dari Dubes RI di Washington. “Saya telah mendapat rekonfinnasi dan Dubes Arifin Siregar bahwa Gedung Putih Ielah menyetujui pertemuan antara Presiden Soeharto dengan Presiden Clinton tanggal 27 Oktober di Gedung Putih, menjelang keberangkatan Presiden Soeharto dari Washington ke Suriname,” kata Mensesneg Moerdiono.
Bilateral
Pada hari kedua (Kamis) KTT XI GNB, Presiden Soeharto menerima tidak kurang dari 9 tamu di Balai Sidang Cartagena untuk membicarakan masalah bilateral dan internasional. Selama di Cartagena Presiden menerima tidak kurang dari 25 kepala negara/ kepala pemerintahan dan Menlu.
Umumnya pertemuan menyangkut peningkatan hubungan kedua negara serta ucapan selamat atas keberhasilan Presiden Soeharto dalam memimpin GNB. “Para pemimpin itu sepakat bahwa GNB masih relevan, meskipun konfrontasi antara Barat dan Timur sudah tiada,” kata Moerdiono menjelaskan hasil pertemuan. Menurut Mensesneg, para pemimpin yang bertemu dengan Presiden Soeharto menginginkan Indonesia tetap aktif dalam kelanjutan perjalanan perjuangan GNB setelah Indonesia tidak lagi menjadi ketua. “Mereka menginginkan peningkatan ketja sama Selatan- Selatan agar negara berkembang bisa menjadi mitra berbobot bagi Utara,” tambahnya.
PM Mali Ibrahim Boubakar Keita yang diterima Presiden Soeharto menjelaskan pergolakan yang terjadi di negaranya, tapi situasi di sana sudah dalam proses pemantapan. Sedangkan Presiden Liberia David Kpormakpor mengharapkan pertukaran informasi agar bisa mengetahui potensi masing- masing negara anggota GNB.
PM Vietnam tidak menyinggung masalah landasan batas kontinen kedua negara serta Pulau Sprally. Dengan Wapres Korut juga tidak dibicarakan masalah nuk:lir negara itu dengan AS. Presiden Soeharto ketika menerima Julius Nyirere , Ketua South Center yang telah membuat telaah tentang keadaan negara-negara berkembang serta peranan yang bisa dirnainkan Selatan dalam ekonomi global, menyampaikan terima kasih karena dengan telaah tersebut pengetahuan tentang negara-negara Selatan semakin bertambah mendalam.
“Bahan-bahan yang dihimpun South Centre yang kemudian dianalisis sangat penting karena kita bisa mengetahui kekurangan-kekurangan Selatan sehingga bisa menempatkan diri pada perkembangan ekonomi global,” katanya .
Diperhitungkan
Sementara itu Presiden Guyana berpendapat GNB telah menjadi kekuatan yang diperhitungkan dunia intemasional sehingga GNB benar-benar relevan dalam menghadapi abad 21. Kedua pemimpin sepakat perlunya peningkatan kerja sama untuk memperluas kerja sama Selatan- Selatan. Guyana berpendapat yang lebih penting adalah langkah nyata dan bukan pidato yang muluk-muluk. Wapres Suriah Abdul Khalim Hadam yang diterima oleh Presiden Soeharto menyampaikan salam Presiden Hafez Al-Assad. Suriah minta Indonesia untuk tetap memberikan duk:ungan pada perjuangan rakyatnya dan bangsa Arab pada umumnya dalam memperjuangkan hak-hak yang sah dalam penyelesaian masalah Palestina pada khususnya dan Timur Tengah pada umumnya.
“Presiden Soeharto menegaskan Indonesia akan tetap memberi dukungan sepenuhnya pada peijuangan rakyat Palestina serta Suriah,” kata Moerdiono.
Dalam pertemuan itu juga disinggung perkembangan harga minyak karena komoditi itu amat penting bagi ekonomi Indonesia dan Suriah.
Kerja Sama Teknik
Menlu Ali Alatas kemarin menegaskan salah satu hasil konkret dalam KTT XI GNB di Cartagena ini, dibentuknya Pusat Kerja Sama Tehnik Selatan – Selatan (CSTC). “Ini merupakan persetujuan yang keluar dari KTT dan menjadi bagian dari deklarasi akhir KTT,” tambahnya. Atas pertanyaan Menlu mengatakan ada usulan yang datang dari Indonesia di komite ekonomi tidak sampai pada deklarasi akhir. Namun soal keija sama Selatan-Selatan, kependudukan ,wanita dan kesehatan banyak diambil dari usulan Indonesia.(***)
Sumber: SUARAKARYA(21 /10/1995)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 290-293.