PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN PANEN RAYA DI KABUPATEN OKU

PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN PANEN RAYA DI KABUPATEN OKU, KOPERASI YANG KUAT MUTLAK DIPERLUKAN

Presiden Soeharto menegaskan koperasi yang kuat mutlak kita perlukan dan kita wujudkan, karena koperasi merupakan amanat UUD 1945.

Koperasi merupakan satu-satunya wadah untuk mewujudkan demokrasi ekonomi, seperti yang dituntut pada Pasal 33 UUD 1945.

Kepala negara menegaskan hal itu, Sabtu pagi yang lalu, ketika meresmikan mulainya panen raya hasil "Operasi Karya Makmur" di Sumatera Selatan.

Dihadapan ribuan masa masyarakat petani di desa Hardjowinangun Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menyampaikan amanatnya tanpa teks, Presiden antara lain menekankan lagi, bahwa koperasi mutlak harus didirikan.

Koperasi harus kita kembangkan terus sehingga benar-benar mampu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Untuk mewujudkan cita-cita koperasi menjadi tulang punggung perekonomian itu, maka masyarakat petani harus menjadi anggota koperasi. Segala macam hasil produksi masyarakat petani di pedesaan nantinya harus ditangani oleh koperasi atau KUD-KUD.

Untuk itu maka organisasi koperasi atau KUD-KUD harus ditingkatkan peranannya. Baik dalam hal penyediaan tenaga pengelolanya, modal maupun sarananya.

Demikian juga para staf koperasi I KUD. Dalam hubungan ini, bila perlu, nantinya Pemerintah akan membantu anggota staf koperasi, yang akan membantu para manajer koperasi/KUD. Para tenaga staf koperasi itu, bila diperlukan disediakan dan digaji oleh Pemerintah.

Kalau nanti KUD-KUD itu berhasil, insyaAllah, kata Presiden, koperasi akan benar-benar menjadi tulang punggung perekonomian nasional dan Presiden yakin, kita akan tiba pada masyarakat, seperti yang kita cita-citakan, yakni masyarakat, yang adil dan makmur. Atau seperti yang sering diucapkan oleh Ki Dalang yaitu, masyarakat yang "tata-tenteram Kerto Raharjo".

Perlu Dilanjutkan

Sebelumnya Presiden menjelaskan panjang lebar, mengapa Pemerintah sejak Repelita I menaruh perhatian utama pada pembangunan di sektor pertanian.

Dijelaskan pada saat itu, sebagian besar rakyat kita adalah kaum tani yang hidup di daerah pedesaan.

Sekitar 90% penduduk waktu itu hidup di bawah garis kemiskinan. Penduduk yang hidup dari pertanian sekitar 125 juta. Sebagian besar petani hidup miskin karena 6 juta petani hanya memiliki seperempat hektar tanah atau kurang, yang memiliki tanah seperempat sampai setengah hektar 5 juta petani dan yang memiliki setengah hektar atau lebih berjumlah sekitar 6,5 juta petani. Sementara itu ada delapanjuta kaum buruh tani dan tak memiliki tanah.

Setelah sistem pertanian kita berubah dari sistem tradisional ke sistem ekstensifikasi, intensifikasi dan intensifikasi khusus, produksi pangan tampak meningkat.

Kemudian dijelaskan mengapa kita lebih banyak mengerjakan intensifikasi dan intensifikasi khusus dengan Panca Usahanya. Antara lain diterangkan dengan insus kita berhasil meningkatkan produksi pangan/beras dari 2 ton padi per hektar menjadi 7,6 atau 8 ton per hektar atau 4 kali jika dibandingkan dengan cara tradisional.

Kepada masyarakat petani di Harjowinangun Presiden bertanya : "Apakah Operasi Karya Makmur perlu kita lanjutkan?".

”Perlu !!!…”jawab masa secara serentak. Pertanyaan itu diajukan sampai dua kali.

Untuk itu, kata Presiden kita semua harus bekerja keras lagi.

Untuk menunjang hasil-hasil pertanian yang mulai berhasil itu maka perlu didirikan koperasi atau KUD-KUD di semua desa, yang kini berjumlah lebih dari 65.000 desa di seluruh Indonesia.

Koperasi/KUD di desa-desa itu nantinya tidak hanya menampung hasil pertanian, tetapi untuk menampung semua jenis hasil yang diproduksi oleh para petani, termasuk hasil kerajinan tangan. Juga akan membantu penyediaan segala kebutuhan kaum petani di pedesaan.

Temu Wicara

Sebelum panen raya dimulai, Presiden memukul kentongan sebagai tanda dimulainya panen raya "Operasi Karya Sumsel "melaporkan hasil "Operasi Karya Makmur.”

Dalam kesempatan itu Presiden menyerahkan hadiah secara simbolis kepada kelompok tani terbaik, sedang Ibu Tien Soeharto menyerahkan hadiah kepada Kelompok Wanita Tani Terbaik dari 5 Kabupaten. Disusul acara temu wicara antara Presiden dengan para petani. (RA)

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (22/03/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1106-1108.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.