PRESIDEN SOEHARTO SAMBUT GEMBIRA GAGASAN PGRI

PRESIDEN SOEHARTO SAMBUT GEMBIRA GAGASAN PGRI [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto hari Rabu menyatakan menyambut gembira gagasan Persatuan Guru Republik Indonesia untuk mengubah dirinya dari serikat sekerja menjadi organisasi profesi. Ini dikemukakan Presiden ketika memberi sambutan pada pembukaan Kongres ke XIII PGRI di Jakarta.

“Gagasan tsb. disambut dengan gembira,” kata Presiden, “karena dengan itu para guru bertekad untuk membekali dirinya dengan dedikasi dan ketrampilan2 itu berarti pendidikan tunas2 bangsa akan berada ditangan mereka yang cakap, trampil dan berdedikasi tinggi,” kata kepala Negara

Dalam masa pembangunan usaha2 untuk mempertinggi ketrampilan dalam segala bidang memang benar2 harus dilaksanakan, karena masalah2 pembangunan hanya dapat diatasi oleh tenaga yang cakap dibidang masing2.

Berbicara mengenai tujuan pembangunan itu sendiri Presiden menjelaskan adalah untuk mempertinggi martabat manusia Indonesia.

Membangun Manusia2 Pembangunan

Dalam rangka itu menurut Kepala Negara tujuan utama pendidikan di Indonesia ialah membangun manusia pembangunan, manusia yang sadar akan perlunya membangun hari esok yang lebih baik, yang percaya pada diri sendiri, ia mampu memperbaiki kehidupan dan nasibnya.

Selain itu pendidikan harus pula diarahkan pada hal2 yang berhubungan dengan moril, watak, kecintaan dan kebanggan terhadap masyarakat, bangsa dan negara serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tetapi bila melihat kepada sistim pendidikan yang ada sekarang maka jelas belum banyak memberikan perubahan dari apa yang diwariskan oleh penjajahan dahulu. Oleh karena itu demikian Presiden, sejak 1966 Pemerintah terus berusaha untuk menjadikan sekolah2 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan berguna bagi masyarakat yang membangun.

Baru pada Repelita II

Diakui oleh Presiden bahwa dalarn usaha pembangunan dibidang pendidikan ini belum banyak bisa dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki, dan hal itu barulah pada Repelita II nanti dapat ditangani secara lebih mendasar.

Dengan pembangunan gedung2 sekolah barn dan pengangkatan puluhan ribu guru maka diperkirakan pada akhir Repelita II sekitar 85 % dari anak2 usia masuk sekolah dasar akan dapat ditampung.

Dan bagi menanam kecintaan kepada buku2 yang baik, dalam repelita II nanti pemerintah akan memiliki 100 judul buku bacaan yang baik untuk mengisi perpustakaan setiap SD.

Sedang untuk keperluan penilikan sekolah yang selama ini kurang berfungsi karena kesulitan biaya pengangkutan, maka pada tahun anggaran 1973/74 ini kepada para penilik sekolah kabupaten akan disediakan alat pengangkutan yang memadai. Alat yang sama juga akan diberikan kepada sebagian penilik sekolah wilayah dan para inspektur pendidikan di tingkat propinsi.

Khusus untuk memperbaiki nasib guru2, dikemukakan oleh Presiden bahwa mulai 1 April yang akan datang, guru2 dari tingkat SD sampai perguruan tinggi akan dinaikan gajinya diatas tunjangan pegawai negeri lainnya, tetapi belum sebesar yang diterima oleh pegawai di lingkungan Departemen Keuangan.

Pegawai Lainnya akan Menyusul

Menjelaskan tentang kebijaksanaan itu lebih lanjut Presiden mengatakan

“ini tidak berarti bahwa pemerintah mengurangi penghargaan dan perhatian kepada golongan pegawai negeri lainnya.”

Langkah ini diambil adalah sekedar memilih prioritas dengan kemampuan keuangan yang tersedia. Pada gilirannya nanti, kata presiden, pegawai negeri lainnya pun akan memperoleh perlakuan yang sama.

“Kepada guru yang didahulukan, karena pada pundak merekalah sebenarnya terletak sebagian tanggungjawab hari depan bangsa kita,” demikian Presiden.

Ketua umum PGRI Basjuni dalam kata2 pembukaanya mengatakan bahwa, Kongres ke XIII itu akan menetapkan perubahan sifat dan sikap PGRI menjadi organisasi profesi, menetapkan kode etik guru dan menyusun pengurus besar yang baru.

Kongres PGRI ini dihadiri pula oleh wakil organisasi guru internasional. (DTS)

Sumber : ANTARA (21/11/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 265-267.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.