PRESIDEN SOEHARTO TENTANG KETERGANTUNGAN BERLAWANAN DENGAN MARTABAT KEMERDEKAAN

PRESIDEN SOEHARTO TENTANG KETERGANTUNGAN BERLAWANAN DENGAN MARTABAT KEMERDEKAAN

Presiden Soeharto menegaskan, perekonomian dunia tidak pernah akan stabil dan maju dengan sehat, jika masih ada negara yang selamanya tergantung atas belas kasihan negara lain, menjadi beban bangsa lain. Sikap ketergantungan juga berlawanan dengan martabat kemerdekaan nasional, yang dihormati oleh pergaulan internasional dewasa ini.

Penegasan Presiden disampaikan ketika membuka dengan resmi Konfrensi Indo Energi 83 di Istana Negara Selasa kemarin. Konfrensi yang berlangsung di Jakarta selama empat hari diikuti 750 peserta dari berbagai negara, sedangkan Pameran Indo Energi 1983 diikuti 399 peserta dari Amerika Serikat, Indonesia dan negara-negara lain.

Presiden menyatakan, dengan membangun secara bertahap dan sambung menyambung, Indonesia membangun dengan kekuatan sendiri dan dengan tenaga serta pikiran putera putri Indonesia sendiri.

"Inilah yang kami maksud dengan ajakan kepada para penanam modal asing untuk melaksanakan secara bertahap dan berdasarkan hukum nasional agar membantu proses pengindonesiaan dalam memanfaatkan kesempatan yang kami buka bagi penanam modal asing di sini”, katanya.

Menurut Presiden, konfrensi Indo Energi sangat penting karena dunia sedang mengalami kelesuan ekonomi yang berlarut-larut. Semua negara dan bangsa merasakan akibat buruk dari resesi ekonomi yang paling parah sejak tahun 30-an, baik negara industri maju maupun negara yang sedang membangun.

Demikian pula dunia usaha dan industri tidak luput dari pengaruh buruk dari resesi ekonomi yang melanda dunia itu.

Sumber Daya Energi

Dalam rangka pembangunan nasional, maka pembangunan sumber daya energi terang merupakan salah satu bidang yang amat penting dan mutlak untuk menunjang pembangunan nasional.

"Masa depan energi juga sangat menarik dengan sumber daya energi yang tidak kecil. Bumi Indonesia kaya dengan batu bara, tenaga air, panas bumi, minyak dan gas alam. Indonesia tergolong daerah yang memiliki endapan minyak bumi dan gas alam yang besar di kawasan ini", ucap Presiden pula.

Walaupun Indonesia telah menjadi penghasil dan pengekspor minyak bumi dan gas alam namun endapan kedua sumber daya energi bumi ini belum diketahui seluruhnya dan karena itu juga belum digali seluruhnya.

Adanya tekad untuk menggali kekayaan alam itu adalah sesuai dengan ketentuan UUD 45 pasal 33.

”Kami memahami untuk menggali kekayaan alam, khususnya untuk membangkitkan sumber daya energi yang kami miliki, perlu modal besar, kemampuan pengelolaan yang maju dan teknologi tinggi dan kami sadar sepenuhnya hal itu belum kami miliki. Karena itu saya sangat gembira sebab peserta Konfrensi mempunyai minat besar dalam lapangan ini", ucap Kepala Negara lebih jauh”.

Khusus dalam hal gas dan minyak bumi, adalah menjadi kebijaksanaan Pemerintah agar peranannya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan dunia.

Karenanya adalah menjadi kebijaksanaan Pemerintah pula untuk mengusahakan sumber-sumber daya energi lainnya seprti batu baia, panas bumi, air dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga dapat di ekspor sumber energi berupa minyak bumi dan gas alam dalam jumlah yang besar sekaligus sebagai sumbangan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dunia, demikian Presiden Soeharto. (RA)

Jakarta, Pelita

Sumber : PELITA (1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 259-260.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.