PRESIDEN SOEHARTO TINJAU PROYEK RESETTLEMENT LONG SEGAR

PRESIDEN SOEHARTO TINJAU PROYEK RESETTLEMENT LONG SEGAR [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto telah berdialog dan meninjau berbagai segi kehidupan dari beberapa suku Dayak yang terletak didaerah pedalaman Kalimantan Timur ketika hari Selasa pagi mendatangi proyek resettlement di Long Segar, Kabupaten Kutai.

Proyek “pemukiman” ini yang terletak 368 kilometer dari Samarinda, ibukota propinsi Kalimantan Timur, menampung 963 jiwa dan 141 kepala keluarga yang membah mereka dari kehidupan nomaden menjadi penghuni tetap daerah itu.

Presiden dan Nyonya Tien Soeharto yang disertai oleh pejabat2 tinggi negara datang ketempat ini melalui Samarinda dengan mempergunakan pesawat2 helikopter selama 75 menit.

Jarak ini kalau ditempuh melalui speed boat akan memakan waktu selama satu setengah hari sedangkan dengan long boat tiga hari.

Didaerah Kalimantan Timur kini terdapat 20 lokasi resettlement penduduk yang sebagian besar dari daerah2 pedalaman dan perbatasan, dengan jumlah 11.638 jiwa atau 2.200 kepala keluarga.

Letak lokasi tsb. enam di Kabupaten Bulongan dan empat belas di Kabupaten Kutai.

Perlu Diadakan Perbaikan2

Berada di resettlement Long Segar selama kurang lebih dua jam, Kepala Negara telah meninjau tempat perladangan dan peternakan mereka. Mereka umumnya menanam padi sedangkan petemakan meliputi babi, itik, kambing dll.

Dalam sambutannya dihadapan masyarakat penghuni resettlement tsb. Presiden Soeharto menyatakan beberapa kekurangan dan perlu diadakan perbaikan temtama perlu dibangun irigasi.

Presiden mengatakan, bahwa cara bertanam yang ber-pindah2 dengan membuka dan menebang hutan tidak akan menjamin perbaikan hidup mereka. Disamping itu bahayanya adalah jika hutan2 ditebang bisa menimbulkan banjir.

Akan Kirimkan Tenaga2 Pionir

Kepada pejabat daerah Kalimantan Timur oleh Presiden Soeharto dimintakan agar pelaksanaan dari proyek ini betul2 dapat berhasil.

Dikemukakan, perlunya dikembangkan dalam proyek ini usaha2 dibidang perladangan, perkebunan dan peternakan.

Presiden Soeharto menganjurkan pemerintah daerah untuk mengirimkan tenaga2 ahli kedaerah ini yang akan membimbing penghuni resettlement di tiga bidang yang dikemukakannya itu.

Kepala negara bahkan menganjurkan pemuda2 untuk terjun ke daerah ini. Menteri Transmigrasi dan Koperasi Subroto dalam keterangannya kepada “Antara” menyatakan, bahwa proyek ini merupakan daerah transmigrasi lokal.

Pemerintah tidak akan mengirimkan tenaga2 transmigran kedaerah ini secara besar2an. Yang akan dikirimkan adalah tenaga2 pionir yang akan mendidik dan membimbing mereka dibidang bercocok tanam dan peternakan.

Berikan Hadiah2

Presiden dan Nyonya yang disambut secara adat suku Dayak didaerah ini telah memberikan berbagai hadiah berupa bibit-bibit sayuran disamping berbagai alat keperluan untuk kerja mereka seperti cangkul, kampak, gergaji, pahat, bor dll.

Sementara itu Nyonya Tien Soeharto telah memberikan kain2 batik, sarung, baju dan obat2an.

90% Beragama Kristen

Proyek Resettlement Long segar yang masih dalam tahap pembinaan itu sebagian besar dihuni oleh suku2 Dayak Kenyah dari sub suku Umaq Alan.

Sembilan puluh persen dari mereka beragama Kristen (King Mi) dan sisanya beragama Katolik.

Menurut keterangan dari petugas2 proyek tsb. tiap satu setengah bulan datang kemari missi zending Kristen King Mi dari Pontianak dengan pesawat2 sejenis Cessna.

Ditempat resettlement ini terdapat lapangan terbang berukuran 25×400 meter. Disini juga terdapat dua buah gereja (sebuah semi permanen dan sebuah masih dalam keadaan darurat) sekolah dasar sebanyak enam lokal berukuran 6×7 meter, lapangan olahraga, balai pengobatan, dua buah penggilingan padi dan dua puluh buah lumbung padi.

Mustofa, pimpinan proyek Resettlement Long Segar dalam laporannya kepada Presiden menyatakan, bahwa tiap kepala keluarga disini disediakan tanah dua setengah ha untuk rumah dan 20 ha untuk persawahan.

Saat ini terdapat sebanyak enam puluh lima perumahan penduduk yang masih dalam keadaan darurat. (DTS)

Sumber: ANTARA (24/01/1973)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 355-357.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.