PRESIDEN USULKAN PERANTAU SUMATERA BARAT PATUNGAN BELI TRAKTOR PERTANIAN

PRESIDEN USULKAN PERANTAU SUMATERA BARAT PATUNGAN BELI TRAKTOR PERTANIAN

Presiden Soeharto mengusulkan agar perantau asal Sumatera Barat di ibukota yang jumlahnya sekarang mencapai 500.000 orang mengumpulkan dana Rp 1.000,­ seorang untuk membeli traktor guna mengerjakan pertanian di daerah itu.

Kepala negara mengemukakan usul tersebut hari Kamis di Kenagarian Aripan, Kecamatan Sepuluh Koto, Singkarak, Kabupaten Solok, dalam temu wicara dengan wakil-wakil kontak tani dari 19 propinsi di Indonesia selesai meresmikan pembukaan Pekan Penghijauan Nasional ke-22 yang kegiatannya tahun ini dipusatkan di Sumatera Barat.

Jalan keluar untuk mengatasi kekurangan tenaga untuk mengerjakan sawah pertanian untuk wilayah Sumatera Barat ini didapatkan dan dikemukakan presiden setelah mendengar bahwa dari luas areal sawah berpengairan teknis di Kabupaten Solok 10.000 hektar hanya memperoleh panen satu kali dalam satu tahun.

Setelah menanyakan kepada Menteri PPLH Emil Salim berapa jumlah masyarakat asal Sumatera Barat yang merantau dan bermukim di Jakarta, Presiden memperinci usulnya dengan mengatakan, jika dapat dikumpulkan Rp 1.000,- dari setiap orang dalam satu tahun akan diperoleh dana sebanyak Rp 500 juta setahun.

Harga traktor sekarang ini, kata Presiden, kurang Rp 5 juta. Dengan terkumpulnya dana sebanyak Rp 500 juta, akan dapat dibeli sebanyak 100 buah traktor setiap tahun dan dikirimkan ke Sumatera Barat ini.

"Jika kekurangan tenaga untuk mengerjakan tanah, gunakanlah mesin," demikian Presiden memberikan petunjuk-petunjuknya setelah terlebih dahulu mendangar secara langsung permasalahan dan keluhan-keluhan yang disampaikan para wakil kontak tani dalam temu wicara tersebut.

Presiden mengatakan, jika pengumpulan dana ini dapat berlangsung terus selama lima tahun, dalam jangka waktu tersebut akan dapat diperoleh 500 buah traktor.

Setelah menjelaskan usul tersebut, Presiden meminta lagi kepada Menteri PPLH Emil Salim untuk menyampaikan usul tersebut kepada masyarakat Perantau asal Sumatera Barat yang bermukim di ibukota, sambil memperdengarkan tawa segarnya.

Dengan melaksanakan bantuan tersebut, masyarakat perantau Sumatera Barat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pangan, karena mereka pada hakekatnya juga ikut menikmati hasil-hasil pertanian.

Pertanian tidak Ditinggalkan

Dalam pada itu, Presiden dalam tatap muka dengan para petani teladan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia itu menegaskan bahwa pemerintah di masa mendatang tidak akan meninggalkan pertanian, karena pertanian akan merupakan tulang punggung yang kokoh untuk mendukung industri.

Penegasan inidikemukakan Presiden karena Indonesia di masa mendatang harus memiliki landasan ekonomi yang kokoh, yang hanya dapat dimiliki jika Indonesia memiliki industri yang kuat yang didukung pertanian yang kuat pula.

Landasan ekonomi yang kokoh harus dimiliki karena rakyat Indonesia sudah bertekad untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Dengan mengemukakan akibat buruk yang dialami negara yang hanya memperhatikan industri saja, Presiden mengatakan, pembangunan pertanian akanterus ditingkatkan bahkan akan dijadikan tulang punggung perekonomian Indonesia.

Untuk itu pemerintah terus menerus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan pembangunan di bidang pertanian. Langkah yang diambil pemerintah ini didasarkan kenyataan bahwa dari 150 juta lebih penduduk Indonesia sekarang ini, 20 juta terdiri dari para petani.

Pemerintah melakukan peningkatan usaha pertanian ini antara lain dengan melaksanakan program pemukiman kembali penduduk. Usaha ini dimaksudkan agar penduduk yang selama ini melakukan pertanian berpindah-pindah, sekarang mengusahakan pertanian secara menetap.

Dengan mengusahakan pertanian menetap ini, menurut Presiden, hasil yang diperoleh akan lebih banyak.

Selain itu, dilakukan pula pemindahan penduduk dari daerah yang tanahnya sedikit ke daerah yang lebih luas arealnya. Melalui program transmigrasi ini, para petani yang sedikit tambahnya di daerah asalnya akan memperoleh areal tanah seluas dua hektar untuk setiap kepala keluarga.

Dengan melaksanakan transmigrasi, para petani diharapkan dapat meningkatkan penghasilan pertaniannya, yang sekaligus berakibat pendapatan mereka meningkat pula.

Usaha lain yang dilakukan adalah meningkatkan produksi pada areal tanah yang sedikit dengan melaksanakan intensifikasi. Usaha intensifikasi ini, yang dalam beberapa tahun terakhir dilakukan secara berkelompok dengan istilah intensifikasi khusus (Insus) telah berhasil meningkatkan produksi per-hektar yang sebelum pelaksanaan intensifikasi hanya dua ton/ha sekarang mencapai delapan sampai 10 ton, bahkan ada yang sampai 16 ton.

Dengan intensifikasi, hasil dua ton yang tadinya diperoleh dari satu hektar areal lahan pertanian, sekarang bisa didapatkan dari seperempat hektar.

Sikap Terpuji

Presiden mengemukakan pula kemungkinan pemanfaatan tanah kering yang ditumbuhi alang-alang yang masih luas di wilayah Nusantara ini, sebagai usaha meningkatkan usaha di bidang pertanian.

Presiden menyatakan penghargaannya terhadap tekad parakontak tani yang tidak akan mewariskan hutan, tanah dan air dalam keadaan rusak kepada generasi mendatang dan oleh karena itu akan berusaha meningkatkan usaha penghijauan dalam menjaga kelestarian sumber-sumber alam.

Tekad ini merupakan hasil temu karya kontak tani yang dihadiri para wakil kontak tani dari 19 propinsi di Indonesia yang berlangsung di Singkarak dari 20 sampai 22 Desember.

Presiden menyatakan penghargaannya itu karena tekad itu berasal daripara kontak tani yang sudah diterima masyarakat sebagai petani teladan dan pelopor menuju modernisasi pertanian.

Sikap akan mewariskan hutan, tanah dan air yang keadaannya tidak rusak itu merupakan sikap yang terpuji, kata Presiden.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Pekan Penghijauan Nasional ke-22 yang baru saja diresmikannya, Presiden menyatakan bahwa tanah-tanah kritis memang perlu mendapatkan perhatian, dan para kontak tani akan melaksanakan peningkatan usaha penghijauan. "Saya hargai usaha tersebut," kata Presiden. (RA)

Padang, Antara

Sumber : ANTARA (24/12/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1134-1137.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.