RAKYAT TIM-TIM TELAH TENTUKAN MASA DEPANNYA SENDIRI

HM Soeharto dalam berita

Penegasan Soeharto pada Fraser:

RAKYAT TIM-TIM TELAH TENTUKAN MASA DEPANNYA SENDIRI [1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menegaskan kepada PM Australia Fraser, bahwa rakyat Timor-Timor telah menentukan masa depan mereka sendiri dengan bergabung pada Indonesia. Penegasan ini diberikan pada jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan PM Australia di Istana Negara, Jum’at malam. Persoalan Timtim yang pelik bagi hubungan kedua negara akhir-akhir ini, diperkirakan telah dibahas khusus dalam perundingan Soeharto-Fraser pagi harinya.

Menurut Presiden kunci penting bagi perdamaian dunia ialah menghormati secara tulus hak bangsa-bangsa untuk membangun dan menentukan masa depan mereka sendiri. Dan dalam rangka ini, dunia harus melihat penentuan masa depan oleh rakyat Timor-Timur.

“Bagi Indonesia masalah Timor-Timur adalah masalah penghapusan penjajahan dan penentuan masa depan oleh rakyat sendiri. Dan mereka memang telah menentukan masa depan mereka sendiri. Mereka telah menyatakan penggabungan dengan saudara-saudara kandungnya dari Indonesia, dan Bangsa Indonesia telah menerima dengan penuh tanggungjawab”, demikian Presiden menandaskan.

Ia menambahkan, seperti halnya rakyat propinsi-propinsi lainnya, rakyat yang masih terbelakang sebagai akibat penjajahan, mempunyai kesempatan dan mulai giat membangun masa depannya dalam rangka pembangunan Bangsa Indonesia.

Saling Percaya

Presiden menyatakan kepada tamunya itu, bahwa “kita masing-masing tentu menganggap baik” terhadap berbagai masalah.

“Mungkin jawaban yang kita berikan berbeda karena lingkungan dan kepentingan yang berbeda. Tetapi yang penting adalah adanya saling pengertian dan saling percaya! Karna itu saya menganggap sangat berharga pembicaraan-pembicaraan yang telah dan yang masih akan kita adakan selama kunjungan Yang Mulia ke Indonesia dewasa ini”.

Presiden menekankan, saling mengerti dan saling percaya mempakan landasan kokoh bagi persahabatan dan kerjasama, yang telah menjadi landasan hubungan erat antara kedua negara di masa lampau dan ”akan kita tingkatkan dimasa mendatang”.

Samudera Hindia

Pada kesempatan itu ia singgung pula Samudera Hindia, yang pendekatan kedua negara terhadap perairan itu kini ternyata saling berbeda. Presiden Soeharto mengemukakan keprihatinan terhadap adanya “bentuk lain” dari persaingan kekuatan lain dari persaingan kekuatan-kekuatan besar, yang dapat menyeret negara-negara yang sedang membangun.

“Meningkatnya persaingan antara negara-negara besar khususnya di Samudera Hindia dapat menimbulkan berbagai akibat luas dimasa datang bagi keamanan wilayah ini”, kata Presiden. Ia tekankan, dalam persoalan ini kecemasan-kecemasan tidaklah dapat ditutupi oleh negara-negara sekitarnya. Dan iapun menandaskan pendapat Indonesia bahwa “tidak adanya persaingan antara negara-negara besar di Samudera itu akan membawa terpeliharanya perdamaian dan kestabilan di wilayah ini”.

Untuk menguatkan lagi, ia mengingatkan Indonesia telah menyerukan negara besar dan maritim untuk mentaati resolusi Sidang Umum PBB mengenai Samudera Hindia sebagai wilayah damai. Ketegasan yang sama pun juga dinyatakan pada KTT Non Blok di Kolombo. Penegasan Presiden itu tampaknya mempakan jawaban” terhadap sikap Australia sekarang, yang menginginkan masuknya lebih banyak kekuatan AS di Samudera Hindia untuk mengimbangi kekuatan US yang ianyatakan terus meningkat.

ASEAN

Dalam pidatonya itu, iajuga jelaskan soal ASEAN serta menyatakan penghargaan terhadap Australia yang telah memberikan pengertian terhadap tujuan ASEAN serta kerjasama ekonomi yang diberikannya.

“Asia Tenggara yang kokoh dan sejahtera yang dapat mengurus masa depannya sendiri jelas akan mampu menyumbang besar kepada perdamaian. Yang kami inginkan adalah perdamaian sejati bukan perdamaian semu!”, demikian Soeharto.

Pidato PM Fraser

Dalam pidatonya, PM Fraser menekankan pentingnya peranan komunikasi dalam hubungan antar negara. Ia berpendapat, kebiasaan berkomunikasi secara akrab dan terbuka perlu diteruskan.

“Dengan melakukan hal itu, akan tercipta iklim yang akan menyulitkan berkembangnya persoalan-persoalan yang dapat menimbulkan perpecahan! “.

Ia tambahkan, jika terdapat dasar kuat bagi saling pengertian persoalan-persoalan yang ada pasti dapat di atasi dalam suasana pembicaraan yang tenang seperti antara teman. Tapi pidatonya itu tidak menyebutkan beberapa persoalan konkrit seperti Tim-tim atau Samudera Hindia. PM Fraser hanya mengemukakan saling pengertian yang dirintis lewat kebudayaan, bahasa dan sebagainya.

Jamuan kenegaraan itu dihadiri segenap rombongan PM Australia, para menteri RI dan pejabat tinggi sipil militer lainnya. Kebanyakan disertai isteri masing-masing.

Selesai jamuan, diadakan pertunjukkan kesenian, bempa tari daerah serta lagu ­ lagu rakyat. (DTS)

Sumber: KOMPAS (09/10/1976)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 98-100.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.