RAMAH -TAMAH PRESIDEN DAN PEDONOR DARAH : JADILAH MOTIVATOR  DENGAN MENGAJAR ORANG LAIN

RAMAH -TAMAH PRESIDEN DAN PEDONOR DARAH :JADILAH MOTIVATOR  DENGAN MENGAJAR ORANG LAIN

 

 

 

Jakarta, Pelita

 

Presiden Soeharto hari Senin beramah-tamah dengan 45 orang  pedonor darah teladan yang rata-rata sudah 75 kali menyumbangkan darahnya untuk kemanusiaan. Dalam kesempatan itu, Presiden sempat menanyakan suka-duka dan perasaan para donor setiap kali darahnya diambil.

Dari dialog yang berlangsung di Istana Merdeka, yang juga dihadiri Pengurus Besar PMI yang diketuai oleh H. Ibnu Sutowo dan Pengurus Pusat Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) yang diketuai oleh Ny. Siti Hardijanti Rukmana (Ny.Tutut) diperoleh kesan bahwa mereka rata-rata merasa gembira bahkan bertambah sehat setelah menjadi donor darah tetap. Bahkan ada seorang ibu yang merasa tertolong setelah menjadi donor tetap, karena penyakit reumatiknya berkurang. Ada pula yang merasa dirinya tetap awet muda karena setiap menyumbangkan darah merasakan darahnya berganti.

Tentang berkurangnya penyakit reumatik  dan  adanya yang  awet  muda , Dr. Herman Susilo yang Ketua I PB PMI dan juga mantan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta itu tak bisa menjelaskannya dari segi kedokteran. “Tetapi memang ada perasaan-perasaan demikian setelah menjadi donor darah“. katanya.

 

Jadi Motivator

Kepada para donor darah teladan itu, Presiden masih meminta kesediaan untuk menjadi motivator dengan jalan setiap donor  mengajak lima orang teman atau anggota keluarganya menjadi donor. “Jadi serupa dengan gerakan dalam program KH, “kata Herman Susilo.

Bagi PMI yang merupakan lembaga swasta yang mengelola transfusi darah dan usaha-usaha kemanusiaan lainnya, lahirnya PDDI sejak 10tahun lalu dan berulang tahun tanggal 20 September hari ini dirasakan banyak manfaatnya.

Karena anggota-anggota PDDI rata-rata sedikitnya sudah tiga kali menyumbangkan darahnya, dan akhirnya menjadi donor tetap. Melalui PDDI jumlah donor tetap makin banyak dan yang ada menjadi lestari. Di samping itu PDDI juga berusaha memotivasi masyarakat agar bersedia menjadi donor.

Menurut Dr. Herman Susilo, sumbangan darah yang baik maksimal dilakukan seseorang empat kali setahun atau sekali dalam tiga bulan. Donor darah paling muda berusia 18tahun danjangan lagi  jadi donor setelah berusia 50 tahun. “Yang hadir ini sejak muda sudah menyumbangkan darahnya antara 75 sampai 100  kali,” kata Herman Susilo menunjuk para donor teladan yang juga hadir ketika memberikan keterangan pers.

 

Sudah 43 Tahun

Ketua Umum PMI, Dr. H. Ibnu Sutowo dalam laporannya menyebutkan bahwa PMI sudah berusia 43 tahun ketika memperingati HUT tanggal17 September lalu.

Dalam kesempatan itu PMI menyampaikan penghargaan kepada para penyumbang darah, di samping menyelenggarakan berbagai kegiatan kemanusiaan lainnya.

Hingga saat initelah tercatat sebanyak 500.000 orang donor darah di Indonesia, termasuk di antaranya Presiden Rl, Soeharto.

Atas pertanyaan Dr. Herman Susilo mengatakan, setiap tahun rata-rata dibutuhkan 70.000 kantong darah dari semua golongan darah.

Sumbangan masyarakat di seluruh Indonesia rata-rata dua sampai tiga miliar rupiah setiap tahun. Jumlah ini dirasakan sangat kurang dibanding kebutuhan PMI. Sebagai perbandingan , Ketua PMI Jakarta, Darjono, SH menyebutkan, untuk PMI Jakarta saja dibutuhkan sekitar tiga miliar rupiah setahun.

Karena itu untuk sebagian darah yang dikelola PMI yang diberikan kepada yang membutuhkan ,masih diharapkan sumbangan untuk biaya pengelolaan yang besamya antara 10.000 hingga 22.500 rupiah per kantong. “Besarnya sumbangan itu tergantung kemampuan dan daerahnya”, kata Herman Susilo. ”Jangan katakan bahwa darah yang diterima dari para donor dengan sukarela itu lalu kita jual ,”pinta Herman lagi.

 

Untuk Bangladesh

Atas pertanyaan Herman Susilo mengatakan, PMI juga sudah memberikan sumbangan kemanusiaan untuk beberapa negara yang tertimpa bencana alam, di antaranya yang terakhir adalah Srilanka. Seluruh sumbangan antar negara itu dilakukan melalui Liga Palang Merah Internasional.

Kemungkinan pemberian sumbangan untuk rakyat Bangladesh yang sekitar dua pertiga wilayah negara itu dilanda banjir dewasa ini dan menewaskan ratusan penduduk dan triliunan rupiah kerugian, Ketua PMI itu mengatakan, hal itu sedang diusahakan dan sedang dipikirkan caranya.

Kendati PMI belum memberikan bantuan, tetapi menurut Herman Susilo hal itu belum terlambat, karena diperkirakan banjir di negara itu akan berlangsung lama, akibat lebih rendahnya sebagian besar wilayah Bangladesh dibanding permukaan laut.

Utusan Palang Merah Bangladesh sendiri sudah datang ke Indonesia untuk maksud mempelajari tata cara Indonesia dalam menanggulangi akibat-akibat yang ditimbulkan bencana alam.

 

Aids Belum Dipantau

Atas pertanyaan disebutkan pula, pemeriksaan darah-darah yang dikelola PMI mengenai kemungkinan terkontaminasi virus penyakit aids, belum dilakukan. Pertama, karena diperkirakan hampir tidak ada yang mengandung penyakit tersebut atau relatif sangat kecil dan kedua, karena biaya pemeriksaannya cukup tinggi, rata-rata lima ribu rupiah untuk tiap kantong.

Menurut Ketua PMI Jakarta, Datjono, perkiraan sementara menyebutkan, hanya sekitar 0,25 persen dari donor darah yang terkena penyakit aids. Tetapi yang terkena hepatitis B yang menyebabkan penyakit lever, diperkirakan empat persen.

Pemeriksaan darah yang dilakukan baru terbatas pada kemungkinan kontaminasi virus hepatitis B, kuman siphilis dan malaria. “Kalau AIDS nanti sudah dianggap berbahaya, pemerintah tentu akan turun tangan termasuk menyediakan dana pemeriksaannya,” kata Herman Susilo. (SA)

 

 

 

Sumber : PELITA(20/10 / 1988)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 662 – 664.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.