RAPBN 1990/91 PENGELUARAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NAIK MENJADI RP 2,3 TRILIUN
Jakarta, Antara
Pemerintah merencanakan pengeluaran sekitar Rp 2,3 triliun untuk pembangunan pertanian dan pengairan dalam tahun fiskal 1990/91, naik 20 persen dari Rp 1,99 triliun yang dikeluarkan tahun fiskal sebelumnya.
Pidato Presiden Soeharto ketika mengantarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 1990/91 pada sidang paripurna DPR di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis, menyatakan bahwa sektor pertanian masih tetap memegang peranan strategis dalam tahap industrialisasi dewasa ini.
Untuk anggaran tahun depan, rencana pengeluaran di sektor pertanian dan pengairan menduduki peringkat kedua setelah perhubungan dan pariwisata yang akan memperoleh jatah Rp 3,04 triliun dari seluruh pengeluaran pembangunan sejumlah Rp 16,2 triliun.
Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk membangun pertanian antara lain pencetakan sawah seluas 93.000 ha, penyebaran benih-benih unggul padi dan palawija serta hortikultura, pengadaan dan penyebaran berbagai ternak, rehabilitasi prasarana perikanan, rehabilitasi berbagai tanaman perkebunan serta pembinaan dan penyuluhan perkebunan.
Di sektor pengairan, kegiatan yang akan dilakukan mencakup perbaikan jaringan pengairan seluas 75.000 ha, peningkatan efisiensi operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa sekitar 1,2 juta hektar di berbagai propinsi, pembangunan bendung saluran primer, sekunder, tersier dan pengaturan saluran air di daerah irigasi.
Selain itu akan ditingkatkan pula pemanfaatan rawa dan perluasan tambak. Presiden menegaskan bahwa sejak awal upaya pembangunan, pemerintah telah menyadari arti pentingnya sektor pertanian ini. “Pembangunan pertanian membuktikan berhasil meningkatkan pendapatan rakyat pedesaan, memperluas kesempatan kerja dan mengurangi jumlah penduduk desa yang hidup di bawah garis kemiskinan, “ kata Presiden.
Kepala Negara kemudian menegaskan, “Upaya kita untuk memerangi kemiskinan masih jauh dari selesai, karena itu pembangunan pertanian tetap memegang peranan strategis. Di samping itu kita menyadari benar-benar bahwa industrialisasi hanya akan berhasil apabila didukung oleh pertanian yang tangguh.”
Untuk meningkatkan usaha intensifikasi padi dan palawija, menurut Presiden, akan ditingkatkan lagi kegiatan penyuluhan, antara lain dengan akan diterjunkannya 3.300 tambahan tenaga penyuluh lapangan.
Sampai akhir tahun ini telah diangkat 33.172 tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan 2.019 tenaga penyuluh pertanian spesialis (PPS) yang melaksanakan tugas di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di 27 propinsi.
Gebrakan pemerintah di sektor pertanian membuat Indonesia berswasembada dalam pangan, khususnya beras, sejak 1984 dengan produksi beras kala itu sejumlah 25,9 juta ton.
Produksi beras terus meningkat dan tahun 1989 mencapai sekitar 29,4 juta ton.
Sumber :ANTARA (04/01/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 253-255.