RAPBN 1994/95 MENJANJIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI[1]
Jakarta, Antara
Wakil Ketua Umum Kadin Aburizal Bakrie mengatakan, perkiraan yang tercantum dalam RAPBN 1994/95 merupakan tantangan yang menjanjikan harapan tumbuhnya perekonomian nasional 6,2 persen per tahun selama Pelita VI.
Secara keseluruhan, RAPBN itu dinilainya merupakan tantangan bagi dunia usaha untuk semakin mengefisienkan dan meningkatkan produktifitas kerja, katanya kepada wartawan seusai Pidato Presiden Soeharto mengantarkan Nota Keuangan dan RAPBN dalam sidang Paripurna DPR di Jakarta, Kamis.
Berkurangnya dana pembangunan dari migas, menurut dia, perlu dicarikan gantinya dengan memanfaatkan investasi asing langsung maupun tidak langsung di pasar modal. Dikatakannya, “Kita harus berani mengubah pola persepsi tentang pasar modal dengan membolehkan investor asing menguasai saham lebih dari 49 persen”.
Selain itu, pencarian dana melalui pasar modal juga dapat dilakukan melalui pasar modal luar negeri dengan “go internasionalnya beberapa perusahaan dan BUMN yang memang Iayak untuk masuk dalam bursa luar negeri tersebut. Menurut dia, persepsi bahwa kita seperti dijajah kembali jika modal asing menguasai saham terlalu banyak di pasar modal harus dihapus. Jika saham lebih dari 50 persen dapat dilakukan dalam investasi langsung, mengapa di pasar modal tidak, katanya. Menyinggung harga minyak yang dipatok 16 dolar per barel, ia mengatakan, angka itu cukup berani.
Guna mengantisipasi kemungkinan membanjirnya minyak di pasar internasional yang mengakibatkan turunnya harga produk tersebut, Aburizal mengatakan, Indonesia perlu lebih sering melakukan lobi dengan sesama negara pengha sil minyak. Apalagi, porsi hutang luar negeri sebagai sumber dana pembangunan perannya semakin diperkecil.
Untuk mendapatkan devisa yang lebih ban yak lagi, ia mengatakan, peneriman dari ekspor non-migas harus lebih dipacu lagi, meski tantangannya cukup berat dengan munculnya blok-blok perdagangan.
Dikatakannya, Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan perolehan devisa dengan meningkatkan volume penjualan dan menurunkan harga, sehingga produk nasional tetap mampu bersaing di pasar internasional. (T.PE04/5:47PM 1/5/94/eu03/2015/RB2)
Sumber:ANTARA(06 /01/1994)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 156-157.