SALING PENGERTIAN DAN KOMUNIKASI ERAT INDONESIA-AUSTRALIA

HM Soeharto dalam berita

Presiden Soeharto dan PM Fraser Tekankan:

SALING PENGERTIAN DAN KOMUNIKASI ERAT INDONESIA ­AUSTRALIA [1]

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto dalam pidatonya pada jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati PM Malcolm Fraser semalam menekankan pentingnya saling pengertian dan saling percaya, sementara PM Fraser menggaris bawahi pentingnya melanjutkan komunikasi yang erat dan berterus terang antara kedua negara.

Berbicara sebelum mengangkat gelas pada jamuan tsb. Presiden Soehartojuga mengatakan:

“Saya memberi arti penting atas kunjungan Yang Mulia sekarang ini, terutama karena kita adalah dua negara bertetangga yang sama-sama menginginkan perdamaian, kehidupan yang selaras dan kemajuan serta kesejahteraan lahir batin bagi rakyat-rakyat kita masing-masing dan bersama-sama.”

Kunjungan PM Fraser, menurut Presiden, akan menambah kokohnya tiang2 jembatan persahabatan dan saling pengertian yang telah dibangun kedua bangsa dan negara.

Dirasakan Presiden, kunjungan PM Fraser kali ini juga diliputi pikiran mengenai masalah2 seperti yang dikemukakan Presiden dalam pidatonya. Terhadap masalah2 itu, dan banyak masalah lain, kata Presiden, kedua pihak masing2 tentu telah mempunyai jawaban yang dianggap baik.

“Tetapi yang penting,” kata Presiden lebih lanjut, “adalah saling pengertian dan saling percaya.”

Pentingnya Komunikasi

PM Fraser mengawali pidatonya dengan kutipan ringkas beberapa pokok Pidato Kenegaraan Presiden 16 Agustus yang lalu. Setelah mengingat kembali bahwa Presiden waktu itu berbicara tentang tanda2 yang dengan nyata menunjukkan apa yang telah dicapai dalam pembangunan, PM Fraser menyebutkan satelit Palapa.

Sistim satelit komunikasi domestik Palapa, menurut PM Fraser, melambangkan kemajuan yang telah dicapai Indonesia dibawah pimpinan Presiden Soeharto.

“Pentingnya komunikasi,” kata PM Fraser lebih lanjut, “adalah sama besarnya dalam hubungan antara negara2”.

Kedua pihak, menurut PM Fraser perlu melanjutkan kebiasaan berkomunikasi secara erat dan berterus terang, dan dengan demikian menciptakan iklim yang menyulitkan berkembangnya masalah2 yang menimbulkan perpecahan.

“Apabila ada dasar yang kokoh untuk saling pengertian,” katanya, “masalah2 itu dapat ditangani dalam iklim diskusi yang tenang antara sahabat.”

Bahasa Indonesia di Australia

PM Fraser mengingatkan bahwa perhatian rakyat Australia akan kebudayaan Indonesia amat besar. Setelah menyebutkan berbagai peristiwa kerja sama kebudayaan. Secara khusus ia mengatakan bahwa kini sekitar 12.000 siswa sekolah di Australia belajar berbahasa Indonesia, suatu pelipatan tiga kali dalam waktu 10 tahun terakhir.

“Ini berarti,” katanya,” suatu ketika di masa mendatang yang dekat, Australia akan menjadi bangsa yang paling banyak berbahasa Indonesia di luar Indonesia sendiri. Generasi yang akan datang di Australia akan dapat berbicara dengan angkatan muda Indonesia dalam bahasa Indonesia.”

Samudra Hindia

Presiden dalam pidatonya antara lain mengemukakan hal ASEAN dan masalah Samudra Hindia. Dikemukakan, dalam dunia dewasa ini bangsa2 saling membutuhkan dan mempererat hubungannya. Indonesia memberi arti yang sangat penting atas terjalinnya kerjasama dalam lingkungan ASEAN, maupun dengan negara tetangganya termasuk Australia.

Masalah Tim-Tim

Presiden mengemukakan, kunci perdamaian dunia adalah menghormati hak2 bangsa untuk membangun masa depannya. Ia menunjuk contoh penentuan masa depan rakyat Tim-Tim, yang dinilai Indonesia sehingga penghapusan dari penjajahan. Mereka telah menyatakan penggabungan dengan Indonesia dan bangsa Indonesia telah menerimanya dengan penuh tanggungjawab.

Masalah pembangunan Indonesia, menurut Presiden dalam pidatonya, merupakan pusat perhatian bangsa Indonesia dalam dasawarsa terakhir ini, dan tetap akan dilanjutkan dalam dasawarsa selanjutnya. Sehubungan dengan itu, Presiden menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada pemerintah Australia yang telah memberikan perhatian dan bantuan bagi pembangunan bangsa Indonesia.

Kagumi Ukiran

Sebelum menyampaikan pidato, kedua Kepala Negara/Pemerintahan dan Nyonya telah saling melakukan tukar tandamata. Kepada tamu negara, Presiden dan Ny. Tien Soeharto memberikan sebuah ukiran kayu dari Jepara dengan gambar burung Cendrawasih, Gelang Kendari, 2 stel pakaian batik dan seperangkat peralatan minum teh dari perak bakar. Fraser kagum atas ukiran Jepara yang diterimanya dan mengatakan bagus sekali.

Acara tersebut dilanjutkan dengan menerima tamu-2 yang ikut diundang dalam jamuan makan malam, santap malam bersama, saling memberikan sambutan dan mengangkat gelas untuk keselamatan serta kesejahteraan rakyat kedua negara. Acara penutup adalah menyaksikan atraksi2 kesenian. (DTS)

Sumber: SUARA KARYA (09/10/1976)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 101-103.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.