SAYUTI MELIK ADALAH AYAH YANG DEMOKRATIS

SAYUTI MELIK ADALAH AYAH YANG DEMOKRATIS

 

 

Jakarta, Antara

Kesan demokratis yang kuat dicerminkan oleh almarhum Sayuti Melik semasa hidupnya terhadap anak-anaknya, demikian diungkapkan Drs. Heru Baskoro, MBA (45) ketika ditemui ANTARA di rumah duka komplek perumahan DPR di Jakarta, Senin malam.

Menurut putra kedua almarhum tersebut, ketika sekitar tahun 1960-an ia ingin terjun ke dunia politik, almarhum Sayuti Melik menasihatinya bahwa jika ingin berpolitik harus memiliki hasrat yang kuat. “Jika tanggung-tanggung, bisa terbawa ‘arus’ yang justru tidak diinginkan ,”

kenang Baskoro atas apa yang pemah disampaikan almarhum ayahnya lebih dari dua dasawarsa lalu. Baskoro yang kini bekerja sebagai Senior Economic Analysis di perusahaan perminyakan asal AS, Huffco, mengatakan, almarhum selain sebagai seorang pejuang tanpa pamrih, juga sebagai insan yang lekat dengan kesederhanaan. “Bagi bapak, yang penting karya tulisnya dibaca oleh banyak orang,” lanjutnya.

Mengisahkan tentang saat-saat akhir almarhum, menurut Baskoro, almarhum yang dikenal antara lain sebagai pengetik naskah Proklamasi itu telah terbaring di Rumah Sakit Jakarta (RSJ) sejak Desember 1988.

Sejak itu, usia almarhum yang uzur menjadikannya tidak mengenal lagi keadaan sekelilingnya dan selama itu pula cairan infus terus dialirkan ke dalam tubuh pria kelahiran desa Kadilolo, Sleman, DI Yogyakarta pada 25 November 1908 itu.

Selanjutnya, ketika Sayuti Melik dipanggil ke hadirat Yang Maha Kuasa, sekitar pukul 13.00 WIB, Senin, menurut putera kedua almarhum itu, ia tidak berada disisi ayahandanya. “Berita duka saya terima per telepon,” katanya.

Sampai sekitar pukul 19 .00 WIB, pihak keluarga masih menantikan kedatangan putera tertua almarhum (kakak kandung Heru Baskoro) Musafu Karma Budiman (48) dari Semarang.

Kedua putera laki-laki itu merupakan hasil perkawinan almarhum dengan ny. SK Trimurti. Dari mereka terlahir tiga orang cucu bagi almarhum Sayuti Melik.

Semasa hidupnya, almarhum Sayuti Melik dianugerahi Pemerintah dengan Bintang Mahaputera kelas V pada tahun 1961 dan Bintang Mahaputera Adipradana pada tahun 1973 oleh Presiden Soeharto.

Selain itu, dunia pers Indonesia juga menghargai perjuangannya di bidang jurnalistik dengan memberikan Piagam Penghargaan Jurnalistik (PWI Jaya) pada tahun 1977, serta Satya Penegak Pers dari PWI Pusat pada tahun 1982.

Menurut rencana, jenazah almarhum Sayuti Melik akan disemayamkan di Gedung DPR-RI, Selasa siang sementara saat penguburannya belum dipastikan.

 

 

Sumber : ANTARA(27/02/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 7512-753.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.