Seandainnya Saya Bisa Membantu

Semarang, 30 Juli 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Jakarta

SEANDAINYA SAYA BISA

MEMBANTU [1]

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Bapak Soeharto yang tersayang, Bagaimana kabarnya?

Saya selalu berharap Bapak (bolehkan saya menyebut Bapak?) selalu dan selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Dan sebelumnya maafkan saya yang telah lancang mengirim surat ini.

Saya sungguh tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin menyampaikan pada Bapak bahwa saya akan terus berdoa untuk Bapak. Dan bahwa saya sangat ingin membantu dan bahwa saya prihatin dan sedih mendengar semua masalah yang Bapak hadapi. Biar bagaimanapun seseorang harus dihormati haknya sebagai makhluk Allah ….

Saya berumur 28 tahun, sudah menikah dan dikaruniai seorang putra berumur 2,5 tahun. Suami saya seorang pegawai kecil. Kami memang hidup sangat prihatin. Tapi insya Allah kami selalu berbahagia.

Sudah sejak kanak-kanak saya ingin sekali berkirim surat. Waktu itu (saya lupa tahunnya) ada buku tentang surat anak-anak buat Bapak. Saya lalu ingin sekali berkirim surat. Tapi almarhum papa saya mengatakan kalau Bapak itu sibuk sekali dan tidak mungkin membalas surat saya.

Padahal saya sangat mengagumi Bapak. Setelah saya dewasa, saya telah bisa menerima apapun (rasa keeewa atau lainnya). Dan saya tidak dapat menahan diri lagi untuk mengirim surat kepada Bapak. Untuk mengasuh anak saya, sampai saat ini saya belum bekerja, meskipun saya sudah sering meneoba melamar di baberapa tempat. Soalnya anak saya semakin besar khan butuh biaya.

Saya ingin anak saya bersekolah sampai tinggi dan saya harus mampu membiayainya, tidak seperti saya ya …..

Bapak Soeharto yang baik,

Saya tidak bermaksud apa-apa dengan surat ini.

Sungguh! Kalau memang Bapak tidak berkenan atau ada kata-kata saya yang menyinggung di hati Bapak, saya mohon dimaafkan.

Saya juga berharap Bapak dapat memakluminya. Karena kalau saya tidak menulis surat ini, seumur hidup saya akan dihantui oleh mimpi saya selagi masih kanak-kanak. Apalagi Bapak sedang dalam kesedihan, rasanya saya harus mengatakan pada Bapak bahwa saya juga merasakan apa yang Bapak rasakan saat ini.

Mungkin sudah banyak juga orang yang mengatakan hal yang sama, tapi tidak ada salahnya kalau Bapak menerima juga pernyataan saya ini. Dan seandainya ada yang dapat saya bantu (nggak mungkin ya?) Kalau Bapak berkenan, saya berharap ada tanggapan atau isyarat atau tanda apa saja dari Bapak, bahwa surat saya diterima. (DTS)

Wassalam,

Ivi Indah Wahyu Muktiningsih

Semarang

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 760-761. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.