Ambarawa, 27 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak mantan Presiden RI
Bapak Soeharto
di Jl. Cendana No. I
Jakarta Pusat
SEMOGA KEMELUT SEGERA
BERAKHIR [1]
Dengan hormat,
Salam sejahtera buat mantan presiden RI, Bapak Soeharto, di kediaman. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugerah-Nya.
Setelah Bapak Soeharto tidak menjabat presiden lagi, apa kegiatan Bapak? Semoga Bapak Soeharto tetap memberikan pemikiran-pemikiran terhadap bangsa dan negara tercinta ini. Seperti 32 tahun yang lalu, untuk memajukan negara RI tercinta ini.
Saya pribadi sebagai rakyat kecil dan sebagai kader semasa pemerintahan Bapak, ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap Bapak yang telah berjuang bagi negara RI tercinta ini.
Semoga jasa-jasa Bapak selalu mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga kemelut di negeri ini akan segera berakhir, tentunya dengan bantuan dan peran aktif Bapak pula. Walau dalam keadaan bagaimanapun, Bapak Soeharto adalah Bapak kami, Bapak seluruh rakyat Indonesia, Bapak yang selama ini membawa kemakmuran di negeri ini.
Semoga kata-kata yang selama ini kurang berkenan di hati Bapak, segera berakhir. Kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh rakyat yang berkepribadian luhur/Pancasilais.
Semoga Bapak Soeharto selalu diberi ketabahan hati dan ketegaran jiwa oleh Tuhan Yang Maha Esa, dalam menghadapi suasana yang kurang baik ini.
Salam sejahtera selalu buat Bapak Soeharto. (DTS)
Hormat kami
Pramono
Ambarawa – Semarang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 947. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.