SEMUA GERAK PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT

SEMUA GERAK PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT

Semua gerak pembangunan yang dilaksanakan langsung atau tidak langsung, mempunyai tujuan jelas untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat seperti pada pembangunan setiap desa, kabupaten, propinsi, Puskesmas, SD Inpres dan pendidikan pada umumnya, listrik masuk desa, pembangunan koperasi, pembinaan golongan ekonomi lemah dan banyak lainnya.

Presiden Soeharto mengemukakan hal itu pada peresmian Bendungan dan irigasi Batujai di Desa Batujai Kabupaten Lombok Tengah, Rabu kemarin.

Kepala Negara menambahkan, pembangunan bendungan dan irigasi juga merupakan usaha meningkatkan produksi pertanian dan pembangunan bidang pertanian pada umumnya adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Karena justru sebagian besar rakyat Indonesia adalah kaum tani.

“Jika kita membangun jalan raya, pelabuhan, pelayaran perintis dan segala pembangunan perhubungan lainnya, maka tujuannya adalah untuk memperlancar roda­roda perekonomian dan pembangunan pada umumnya, demi kesejahteraan rakyat tadi,” demikian Presiden.

Masih Panjang

Pembangunan industri yang besar, disamping untuk memperluas kesempatan kerja dan menggerakkan ekonomi yang berarti membuka pintu-pintu bagi kesejahteraan rakyat, juga merupakan usaha untuk meletakkan landasan kuat bagi pembangunan tahap berikutnya.

“Pembangunan industri harus kita lakukan, sebab masyarakat maju dan sejahtera harus berupa masyarakat yang kuat industrinya, dengan dukungan pertanian yang kokoh. Dengan pembangunan industri besar-besaran, berarti kita secara bertahap mewujudkan tekad yang sejak semula ada dalam hati kita, ialah membangun dengan kekuatan sendiri, dengan memanfaatkan segala sumber alam yang kita miliki.”

“Memang jalan yang kita tempuh akan panjang. Namun selama ini kita telah banyak melangkah dalam perjalanan yang panjang itu. Seperti yang sering saya ingatkan, pembangunan adalah gerak yang tidak ada habis-habisnya dari perbaikan demi perbaikan,” demikian Presiden Soeharto.

Pembangunan Irigasi

Presiden Soeharto menjelaskan, belum selesai seluruhnya. Sekarang baru mampu mengairi sawah sekitar 700 hektar.

“Tetapi nanti, jika seluruh pembangunannya telah selesai, tidak kurang dari 3.500 hektar sawah akan dapat diairi. Ini berarti produksi pertanian akan dapat berlipat ganda, dan kesejahteraan rakyat akan bertambah baik pula,” tambah Kepala Negara.

Pimpinan Proyek Waduk Batujai Ir.M. Hardjono melaporkan bahwa pengisian air waduk sebanyak 25 juta meter kubik sampai elevasi +92.50 m, belum dapat dilaksanakan, sekalipun konstruksi bendungan Batujai telah selesai.

Hal ini disebabkan pembebasan tanah genangan waduk, baru dilaksanakan sebanyak 565 hektar dari luas yang seharusnya dibebaskan 1.000 ha.

Pengisian waduk saat ini baru sampai elevasi +90 m dengan isi 8.775.000 m3. Diharapkan pembebasan tanah dapat dilaksanakan seluruhnya pada tahun anggaran 1982-83. Sehingga akhir musirn hujan mendatang waduk dapat diisi sepenuhnya.

Dalam pembebasan tanah yang telah dilaksanakan, ganti rugi diberikan kepada 1.355 kepala keluarga, meliputi 5.176 jiwa yang kebanyakan pindah kelokasi sekitar waduk. Bila seluruh tanah genangan selesai dibebaskan akan menyangkut 2.329 kk (kepala keluarga) meliputi 9.733 jiwa.

Rp. 10,7 Milyar

Biaya yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan proyek Rp. 10,7 milyar. Diperkirakan sampai selesai proyek tahap pertama yang mengairi 3.350 ha, akan menelan biaya Rp. 15 milyar.

Usaha lebih memanfaatkan air Batujai, ialah mengairi sawah di Dongak Langit seluas 650 ha, yang ketinggian rata-rata 16 m dari muka air waduk. Untuk itu diperlukan pompa yang akan digerakkan dengan tenaga PLT Mikrohidro yang akan dipasang di bendungan.

PLT ini akan menghasilkan tenaga terpasang 150 KVA Selain itu air Batujai juga akan dimanfaatkan untuk memberikan suplei pada Daerah Irigasi Surabaya, seluas 3.000 ha.

Pembangunan waduk Batujai, menurut Ir.M. Hardjono, merupakan salah satu usaha mengatasi daerah kritis.

Lombok Selatan yang meliputi areal 50.000 ha. Selain waduk Batujai, juga sedang dikerjakan rehabilitasi jaringan irigasi Jurang Sate untuk areal 10.450 ha, saluran suplesi Renggung untuk 10.800 ha, pengembangan air tanah 5000 ha, dan pembuatan embung atau waduk-waduk lapangan kecil yang akan meliputi areal 10.400 ha.

Sedangkan usaha selanjutnya yang masih menunggu keputusan pelaksanaannya, ialah pembuatan waduk Pengga untuk areal 4.650 ha, waduk Salkung 6000 ha dan waduk-waduk kecil yang bisa digenangi antara 0,7 juta m3 sampai 7 juta m3.

Serahkan Bingkisan

Sesudah acara peresmian, Presiden menyerahkan bingkisan kepada keluarga dua petugas yang tewas selama pembangunan bendungan.

Kedua petugas itu ialah Amaq Amenah dan Misharyanto. Bingkisan untuk Amaq Amenah diterima oleh anaknya Amari sedangkan Ny. Misharyanto menerima bingkisan buat suaminya. Bingkisan berisi Tabanas Rp. 100.000.

Presiden dan Ny. Tien Soeharto juga menyerahkan hadiah untuk KUD terbaik, kelompok tani terbaik dan kelompok wanita tani terbaik. Hadiahnya berupa pengumpil jagung, penyiang rumput, mesin jahit dan petromaks.

Sebelum meninjau bendungan Ny. Tien Soeharto melepaskan 1 juta bibit ikan dengan membukakan pintu motor boat yang mengangkut ikan tersebut.

Sementara Presiden dan undangan lainnya beristirahat, pramuka Lombok Tengah yang kebetulan berkemah di sekitar bendungan mendemontrasikan kebolehannya bermain ski air.

Menghapus Kemelaratan

Gubernur NTB dalam laporannya kepada Presiden mengatakan, bendungan tersebut akan melahirkan bakti kemanusiaan yang akan menghapuskan kemelaratan dan kemiskinan “Bahkan akan menyelamatkan jiwa manusia,” kata Gubernur.

Ia mengharapkan, lewat bendungan Batujai produksi padi di NTB dapat ditingkatkan. Tahun ini menurut ramalan pertama akan dicapai produksi 1.002.967 ton gabah. Berarti melampui target Pelita III yang direncanakan 838.736 ton.

Keberhasilan peningkatan produksi padi di NTB membuat daerah tersebut mampu menyumbang stokpangan nasional tahun 1981 sebesar 94.722 ton equivalen mencapai 125.000 ton equivalen beras. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (29/04/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1115-1118.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.