Cimahi, 8 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto Mantan Presiden
di Jakarta
SEMUA KEBAIKAN MILIK ALLAH [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Dengan hormat,
Alhamdulillah, surat Bapak tanggal 1 Oktober 1998 telah kami terima pada tanggal 8 Oktober 1998 dalam keadaan aman. Sungguh tak terduga, Bapak sudi memberikan foto bersama Ibu sekeluarga sebagai kenang-kenangan yang indah dan mempunyai arti serta kesan di hati kami sekeluarga. Foto yang dibubuhi tanda tangan Bapak tertanggal 1 Oktober 1998, membuat hati kami sangat bahagia, terbayang dari tangan Bapak langsung.
Kami yakin, pengalaman ini merupakan rahmat Allah semata. Semua kebaikan adalah milik Allah, sehingga kami berkesimpulan bahwa Bapak adalah Presiden yang ditunjuk untuk memimpin bangsa selama 30 tahun lebih.
Tidak berlebihan apabila kami menyampaikan rasa simpatik kepada Bapak Soeharto, yang mungkin Bapak sendiri tidak mengetahui. Lain daripada itu semuanya, kami menyampaikan informasi bahwa sebelum Bapak kirim foto kami sudah menyimpan uang Rp 50.000,00 untuk kami abadikan.
Teriring do’a untuk Ibu Tien Soeharto, semoga mendapatkan tempat di sisi Allah Swt. Amin.
Kiranya kami cukupkan sampai di sini surat kami. Susunan kata-kata yang tidak tersusun baik mungkin membuat Bapak kurang berkenan. Untuk itu, kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Akhirul kalam, wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)
Hormat saya,
H. Yazid
Cimahi
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 995. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.