Senyum Bapak Terukir Di Hati Kami

Manado, 1 Juli 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Jl. Cendana No. 8

Jakarta

SENYUM BAPAK TERUKIR

DI HATI KAMI [1]

Dengan hormat,

Salam sejahtera dan bahagia selalu!

Selamat berjumpa, doaku semoga Bapak bersama keluarga selalu dalam lindungan kasih Tuhan.

Merupakan suatu kebahagiaan yang tak ternilai dalam kehidupan ku bila surat ini bisa sampai ke tangan Bapak dan dibaca oleh Bapak sendiri. Sebab itu merupakan kerinduanku serta merupakan anugerah Tuhan aku diberi keberanian untuk menulis surat kepada Bapak.

Ijinkanlah saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak, sebab semakin kubendung perasaanku semakin meluap keinginan untuk menulis surat ini. Walau Bapak tak mengenalku, percayalah masih banyak yang menyayangi Bapak dan senyuman Bapak tetap terukir indah di hati kami selama-lamanya.

Aku sangat sedih, terkadang hatiku merasa terluka dan ingin menangis setiap kali membaca berita-berita lewat media cetak dan elektronik. Aku tak mengerti mengapa begitu banyak orang yang sengaja melupakan jasa-jasa Bapak? Walau Bapak diam seribu bahasa, tak pernah membela diri, tapi kebenaran dan sejarah perjuangan Bapak mampu berbicara.

Gelar “Bapak Pembangunan” adalah bukti sejarah bahwa Bapak yang kami cintai adalah orang yang telah mencatat sukses pembangunan. Sangat disesalkan, di saat negara dalam kesulitan seperti sekarang ini banyak orang berbalik melawan Bapak. Mereka berlomba­-lomba menghakimi, mencaci maki dan menghujat dengan kata-kata yang tidak sepantasnya Bapak dengar dan terima. Aku sedih sekali.

Tapi, di balik caci maki dan hujatan itu aku bangga sebab mempunyai Bapak yang memiliki pribadi yang begitu tegar, arif, dan bijaksana, tak mudah goyah. Satu pintaku, walau sudah bukan presiden lagi ijinkan kami tetap mengenangmu sebagai Bapak Presiden yang berhati mulia.

Akhirnya, semoga Tuhan tetap melimpahkan berkat-Nya dan memberikan kekuatan dan ketabahan serta selalu melindungi kehidupan Bapak beserta keluarga. Demikian dan terima kasih atas kesediaan bapak menerima suratku ini, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati Bapak. (DTS)

Encoh Malee

Sulawesi Utara

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 887-888. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.