SERAH TERIMA KETUA PUSAT PEMBINAAN BAHASA-PUSAT BAHASA YANG DULU “KERDIL”, KINI LEMBAGA ILMIAH

SERAH TERIMA KETUA PUSAT PEMBINAAN BAHASA-PUSAT BAHASA YANG DULU “KERDIL”, KINI LEMBAGA ILMIAH

 

 

Jakarta, Antara

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang dulu sering dicemoohkan orang sebagai “kerdil”, kini telah menjadi lembaga ilmiah yang beroperasi dengan bersistem, berencana, dan berprogram. Hal tersebut dikemukakan oleh Prof. DR. Anton Moeliono di Jakarta, Selasa, dalam sambutannya ketika menyerahkan jabatan Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang telah lebih empat tahun ia pegang, kepada penggantinya, Drs. Lukman Ali.

Anton mengemukakan, ketika mulai menjabat Pusat Bahasa pada Oktober 1984, ada keraguan apakah ia yang kutu buku mampu menjadi seorang administrator yang baik?.

“Tetapi ketika kini harus meletakkan jabatan itu, ia merasa telah melakukan sesuatu pembinaan dan pengembangan lembaga yang ia pimpin itu, yang tentunya ada yang sudah berhasil, dan ada pula yang belum.” Tridarma Pusat Bahasa jika dapat disebut demikian), yakni pembinaan kader dan karier, pengembangan profesi, dan peningkatan kesejahteraan telah dan sedang dikembangkan.

Ia memulai dengan keyakinan bahwa yang terpenting dalam Pusat Bahasa adalah tenaga teknis, sehingga dilakukanlah perombakan tenaga yang dalam tahun 1984 komposisi antara tenaga administrasi dan tenaga teknis 96:66, menjadi 98:105. Selain itu juga dilakukan pengaderan yang mencakup ahli kebahasaan dan kesusastraan, dan tenaga administrasi, lewat pelatihan dan pendidikan lanjut.

Dalam pembinaan ini, peranan ll. DEP (Indonesian Linguitics Development Project) yang kini tahap II, sangat besar. Untuk kerja sama ILDEP tahap II (1988-1994) yang bernilai 7,5 juta gulden lebih, mencakup antara lain pendidikan pasca sarjana (21 orang telah menjadi doktor ilmu sastra, 30 orang sedang mengikuti program S-3, dan enam orang program S-2).

Ia mengemukakan kerja sama yang dilakukan dengan negara tetangga Malaysia (1972), dengan nama Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (MBIM). Lembaga ini berkembang setelah Brunei Darussalam masuk tahun 1985, yang mengubah nama menjadi Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM). Lembaga ini telah bersidang 28 kali, dan berhasil mengolah sekitar 100.000 istilah dalam 50 cabang ilmu.

Dari berbagai keberhasilan selama ia menjabat pimpinan Pusat Bahasa, yang paling penting adalah Kongres Bahasa Indonesia V pada 28 Oktober-3 Nopember 1988 di Jakarta, yang diikuti 819 peserta dari dalam dan luar negeri. Kongres yang dibuka oleh Presiden Soeharto ini berhasil membahas 73 buah makalah, tujuh diantaranya dari para menteri. Selain itu juga diterbitkannya buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

“Saat ini Pusat Bahasa sudah berkembang menjadi satuan kerja yang tidak saja menjalin kerja sama dengan banyak instansi pemerintah dan swasta, dengan berpuluh perguruan tinggi di dalam negeri, tetapi jaringan itu sudah diperluas ke negara ASEAN, RRC, Korea, Jepang, Australia, AS, Inggris, Jerbar, Perancis, Rusia dan Irlandia.” Setelah acara penyerahan jabatan, dilakukan peluncuran buku “Kembara Bahasa” karangan Prof. Anton Moeliono oleh Prof DR. Harsja W. Bachtiar (Ka. Balitbang Depdikbud).

Buku ini mengandung 20 judul karangannya yang ditulisnya sejak 20 tahun lalu, tiga judul diantaranya berbahasa Inggris. Memberikan sambutannya dalam acara ini Dirjen Kebudayaan GBPH. Poeger, dan kepala Pusat Bahasa yang baru Lukman Ali. Lukman Ali bercerita tentang kerja samanya dengan Prof. Anton yang telah dijalin sejak lebih 20 tahun lalu, ketika bersama-sama mempromosikan Ejaan Bahasa Indonesia Baru.

 

 

Sumber : ANTARA(21/03/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 756-757.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.