SERUAN PRESIDEN : DALAM KAMPANYE PEMILU, JUNJUNG TINGGI ETIKA DAN MORAL PANCASILA

SERUAN PRESIDEN :

DALAM KAMPANYE PEMILU, JUNJUNG TINGGI ETIKA DAN MORAL PANCASILA

 

 

Presiden Soeharto menyerukan kepada semua yang terlibat dalam kampanye pemilihan umum agar mampu menjunjung tinggi etika dan moral Pancasila.

Diingatkan pula bahwa dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas, bangsa Indonesia bertekad untuk memberi ciri baru yang segar dan sejuk kepada pelaksanaan pemilu khususnya dan kehidupan serta pembangunan politik umumnya.

Ciri baru itu ialah bangkitnya kembali semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang memang merupakan semangatnya Pancasila dan UUD 45.

Seruan itu dikemukakan Kepala Negara pada peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Mesjid Istiqlal Jakarta, Kamis malam. Dalam kesempatan itu hadir sejumlah pejabat lembaga tinggi tertinggi negara serta korps diplomatik negara sahabat.

Menurut Presiden Soeharto, peristiwa Isra’ Mi’raj justru harus banyak digunakan untuk merenungkan tentang pentingnya moral dalam kehidupan di dunia. Nabi Muhammad SAW selalu menggambarkan betapa buruknya akibat yang akan dirasakan manusia yang tidak mengindahkan nilai-nilai etika dan moral.

Kemerosotan moral merupakan salah satu penyebab utama kehancuran sebuah masyarakat. Adalah kewajiban semua untuk memperkuat sendi-sendi moralitas bangsa.

“Oleh karena itu, dalam usaha kita mewujudkan cita-cita luhur masyarakat Pancasila, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang justru akan memperlemah sendi-sendi masyarakat yang ingin kita bangun,” tambah Presiden Soeharto.

Pendidikan Moral

Dari mimbar peringatan Isra’ Mi’raj yang berlangsung khidmat itu, Kepala Negara mengajak semua pemuka agama agar lebih banyak lagi memberikan perhatian pada masalah pendidikan moral bangsa.

Semua harus merasa terpanggil untuk memperkuat sendi-sendi moralitas bangsa, justru karena bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai perubahan, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Malahan tidak jarang, bukan yang diinginkan, tapi tak terhindarkan.

“Dalam usaha memperkuat sendi-sendi moralitas bangsa itu, kita harus memperkuat rasa keagamaan bangsa kita. Sebab, agama memang merupakan salah satu benteng moral bagi bangsa kita. Yang penting adalah, bagaimana kita mengembangkan sifat keagamaan ban gsa kita itu dalam semangat persatuan dan kesatuan Indonesia,” kata Presiden Soeharto.

Memiliki Kebebasan

Di awal sambutannya, Kepala Negara mengharapkan kepada semua pengikut Nabi Muhammad SAW untuk bertekad di hati masing-masing membuat hidup ini bermanfaat bagi sesama manusia, bagi sesama bangsa.

“Salah satu bentuk usaha untuk itu adalah melibatkan diri dalam kegiatan pembangunan bangsa kita dalam arti yang luas,” tambahnya.

Menurut Presiden Soeharto, hal itu perlu disadari kembali justru ketika bangsa Indonesia sedang bersiap-siap melaksanakan tugas nasional bersama yang besar, yaitu melaksanakan pemilu bulan depan.

Pemilu adalah salah satu bagian penting dalam usaha membangun kehidupan politik bangsa. Melalui pemilu, semua tanpakecuali, ikut ambil bagian yang aktif dalam menentukan arah kehidupan bangsa di masa datang.

Melalui pemilu ditentukan wakil rakyat di MPR yang akan menetapkan GBHN lima tahun berikutnya, memilih wakil rakyrat di DPR yang akan mengawasi jalannya pemerintahan dan memilih wakil rakyat di DPRD yang akan memberi corak demokratis kepada pemerintahan daerah.

“Kita masing-masing memiliki kebebasan yang sama untuk memilih siapa yang kita anggap paling tepat untuk mewakili kita semua, seluruh rakyat Indonesia,” katanya.

Kepala Negara bersyukur, pemilu yang akan dilaksanakan 23 April nanti sekaligus membuka halaman baru dalam kebidupan politik bangsa.

Semua organisasi politik yang berlomba dalam pemilu telah menetapkan Pancasila sebagai asas politik. Dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas itu, semua bertekad untuk memberi ciri baru, yaitu bangkitnya kembali semangat kekeluargaan dan kebersamaan.

Presiden mengingatkan, semangat kekeluargaan dan kebersamaan harus sungguh­sungguh dihayati dalam kehidupan bersama sebagai suatu bangsa. Bangsa Indonesia sangat majemuk, sehingga jika tidak arif dan mampu mengendalikan maka ketegangan dapat timbul karena berbagai perbedaan yang hidup dalam pergaulan sebagai bangsa.

Kepala Negara berkeyakinan, dengan semangat kekeluargaan dan kebersamaan maka adanya berbagai perbedaan di antara sesama tidak akan merusak persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.

“Sebaliknya, perbedaan itu kita jadikan, sumber lahirnya inspirasi untuk memperkaya dan memperindah gagasan-gagasan kita,” demikian Presiden Soeharto.

Hikmah Isra’ Mi’raj

Menteri Agama Munawir Sjadzali dalarn sambutannya menceritakan kisah Isra’ Mi’raj. Ia menyerukan kepada umat Islam untuk belajar dari sejarah, sehingga memahami faktor apa saja yang dapat menghancurkan umat beserta seluruh peradabannya.

Sementara Kepala Pusat Pemanfaatan Antariksa, Lembaga Pengembangan Antariksa Nasional, Ir. Mahsum Irsyam dalam uraiannya mengatakan, Isra’ Mi ‘raj itu antara lain memberi hikmah untuk mengajarkan bersikap intelektual, serta melalui sholat meningkatkan ketakwaan kepada Allah. (RA)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (28/03/1987)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 98-100.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.