SlAPA MENGAPA

SlAPA MENGAPA

 

 

Jakarta, Bisnis Indonesia

Motivasi mungkin dapat membuat orang bekerja tanpa merasa telah. Hal inilah tampaknya yang ditunjukkan oleh Soeharto. Presiden RI, selama enam hari memimpin KTT Gerakan Non-Blok (GNB). Meski sudah berusia 71 tahun, Soeharto masih tahan memimpin sidang-sidang marathon, yang seringkali berlangsung hingga larut malam.

Merasa dipercaya oleh 108 negara anggota GNB Soeharto menunjukkan tanggungjawab agar konferensi itu berjalan lancar. Motivasi dipastikan berperan dalam memacu stamina Pak Harto, sehingga dalam usia demikian ia berhasil merampungkan konferensi, yang melahirkan “Pesan Jakarta” itu suatu daya tahan yang barangkali sulit ditandingi oleh orang muda sekalipun. “Tanpa semangat saling memberi, kita tak mungkin merampungkan peketjaan ini,” kata Soeharto dalam pidato penutupan di Jakarta Convention Canter (JCC) kemarin.

Kelancaran sidang-sidang dalam KTT X GNB ini juga diakui oleh delegasi­ delegasi luar negeri. Mereka pada umumnya merasa puas terhadap kepanitiaan Indonesia sebagai tuan rumah dan tentunya dengan harapan agar masa tiga tahun kepemimpinan Pak Harto dalam GNB nanti berjalan efektif

Sukses Pak Harto dalam memimpin KTT X GNB tampaknya tak lepas dari dukungan para pembantu dekatnya, seperti Radius Prawiro (Menko Ekuin), Moerdiono (Mensesneg), Ali Alatas (Menlu), Nana Sutresna dan Rais Abin.

Mereka-merekalah yang secara teknis menjadi kunci kelancaran sidang-sidang KTT. Sehingga pidato awal Pak Harto yang melansir soal pangan, kependudukan dan utang luar negeri menjadi acuan pembahasan selanjutnya. Meskipun sidang hari terakhir sempat alot, karena masalah Bosnia.

Soeharto lahir di Kemusu, 8 Juni 1921. Stamina dan disiplinnya ditempa oleh pengalaman militer sejak zaman sebelum kemerdekaan. Kini, ia menjaga kebugaran tubuhnya dengan golf tiga kali seminggu dan penyegaran dengan memancing atau beristirahat di Tapos secara berkala. Kebiasaan inilah yang ikut menunjang kesehatan Pak Harto, setelah lebih dari 25 tahun memimpin Indonesia.

Selama tiga tahun mendatang, Soeharto dipercaya untuk memimpin gerakan negara-negara yang berpenduduk lebih dari 5 miIiar. Ia sadar betul tentang tantangan dunia dalam masa transisi ini kerusuhan akibat perang, penghamburan dana akibat perlombaan senjata, dominasi dan eksploitasi satu negara terhadap negara lainnya, rasisme, kemiskinan, kelaparan dan kesengsaraan.

Gaya kepemimpinan yang moderat, pidato yang tidak bombastis dan sederhana, tampak memikat banyak delegasi negara Non-Blok. Sehingga mereka menaruh harapan agar keberhasilan Soeharto memimpin modemisasi di Indonesia terulang dalam kiprahnya memimpin GNB.

 

 

Sumber : BISNIS INDONESIA (07/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 188-189.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.