SOEHARTO-BUSH 9 JUNI DI GEDUNG PUTIH
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS George Bush di Gedung Putih 9 Juni nanti. Sehari sebelumnya, Kepala Negara akan menerima penghargaan Population Awards dari PBB di markas besar badan dunia itu.
Mensesneg Moerdiono, kepada pers di kantomya hari Kamis menambahkan, penghargaan kependudukan itu dianugerahkan PBB berkat keberhasilan Indonesia di bidang keluarga berencana. Presiden juga akan memberikan sambutannya di PBB pada·upacara yang berlangsung petang hari itu. Pada hari yang sama, 8 Juni 1989, Kepala Negara juga akan genap berusia 68 tahun.
Presiden dan Ny.Tien Soeharto akan meninggalkan Indonesia tanggal 5 Juni nanti. Rombongan resmi terdiri Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, dan Kepala BKKBN Haryono Suyono. Menurut rencana, rombongan tiba kembali di Indonesia 12 Juni.
Moerdiono menambahkan, karena adanya perbedaan waktu 12 jam antara Jakarta-New York, maka diperlukan penyesuaian waktu, sehingga Kepala Negara dan rombongan akan bermalam semalam di Geneva, Swiss, dan baru tiba di New York 7 Juni. Pulangnya juga akan mengambil rute yang sama.
Pembicaraan dengan Bush akan dilaksanakan Jumat siang waktu setempat, membahas berbagai aspek bilateral, regional dan internasional.
Tidak Jadi ke Soviet
Mengenai rencana semula untuk juga mengunjungi Uni Soviet, memenuhi undangan yang sudah disampaikan sejak lama kepada Presiden Soeharto, Moerdiono mengatakan, ternyata kunjungan itu belum dapat dilaksanakan dalam bulan Juni itu.
“Belum terdapat kesesuaian waktu antara kedua pihak, padahal Presiden Soeharto berkeinginan untuk memenuhi undangan yang telah disampaikan Pemimpin Tertinggi Uni Soviet itu,” kata Moerdiono.
Sebelumnya, Moerdiono menerima Dubes Uni Soviet untuk Indonesia Vladimir Semenov. Ia menjelaskan, dalam pelaksanaan perestroika yang diprakarsai Gorbachev, telah diadakan pemilu bulan Maret lalu. Pemilu tersebut belum selesai dan akan ada pemilu ulangan pertengahan Mei ini. Setelah itu akan ada sidang badan kekuasaan tertinggi yang pertama kali terbentuk di negara itu, yang diikuti pemilihan Soviet Tertinggi. Kesibukan lain setelah itu adalah kongrespara wakil rakyat memilih presiden dan wakil presiden.
“Berkenaan dengan itu dapat dipaharni adanya kesibukan selama beberapa minggu ini, yang menurut Dubes Soviet digambarkan sebagai perubahan yang sangat mendasar,” kata Moerdiono.
“Pihak Soviet mengusulkan agar Presiden Soeharto ke Moskwa pada bulan Juli nanti. Namun Moerdiono mengatakan, ” kemungkinannya kecil “untuk memenuhi undangan terakhir ini. Sebab Kepala Negara bulan Juni sudah mengadakan kunjungan ke luar negeri.
“Kedua pihak sedang mencari saat lain setepat-tepatnya, agar kunjungan itu, dapat dilaksanakan untuk memberi manfaat yang sebesar-besamya bagi kedua belah pihak,” demikian Moerdiono.
Sumber : KOMPAS(19/05/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 160-161.