Soeharto – Lee Kuan Yew dalam Jamuan Kenegaraan HASRAT LUHUR ATASI PERBEDAAN

Soeharto – Lee Kuan Yew dalam Jamuan Kenegaraan

HASRAT LUHUR ATASI PERBEDAAN [1]

 

Jakarta, Suara Karya

Hasrat untuk mewujudkan cita2 yang lebih luhur telah memberikan kesadaran akan pentingnya kerjasama yang tulus dan bantu membantu untuk memajukan kesejahteraan rakyat masing2, meskipun latar belakang sejarah dan kebudayaan, masalah dan prioritas nasional dapat saja berbeda. Demikian Presiden Soeharto dalam pidato Jamuan Kenegaraan untuk menghormati Perdana Menteri Singapura semalam.

Sedang PM Singapura dalam sambutannya menyatakan bahwa perubahan2 yang berlaku dengan cepat dan tiba2 dalam arena antar bangsa mungkin menimbulkan perbedaan2 antara Indonesia dan Singapura tentang cara menghadapi dan menyesuaikan diri dengan perubahan2 itu, namun perkembangan selama tahun2 terakhir diharapkan dapat membina pengertian Indanesia tentang sikap dan tindak tanduk Singapura, tentang establishment di Singapura, maupun tentang corak masyarakat yang mereka coba bina.

Kalaupun secara naluri Singapura tidak bercorak “keasia tenggaraan” dalam orientasi dan tindak tanduknya, kata PM Lee, jelas pendekatan yang berciri demikian tidak kita dapati dalam masalah2 yang kita perbincangkan petang tadi.”

Tentang andil stabilitas Indonesia terhadap Asia Tenggara, Kepala Pemerintahan Singapura ini mengatakan: “Perdamaian dan kestabilan yang telah Paduka pulihkan dengan bersusah payah, telah memulihkan keyakinan antar bangsa terhadap masa depan kawasan ini, serta menghasilkan kegiatan ekonomi yang lebih pesat bagi kita semua”.

Acara Kesenian

Selesai sambutan2 kedua pemimpin bersama seluruh hadirin menyaksikan acara kesenian, dimana ditampilkan tari gambyong parianom, tambulilingan, tari kencana wungu, orkes angklung serta vocal grup dari Maluku.

Sebelumnya yaitu pada pukuI 16.00 petang kemarin, telah berlangsung pula tukar menukar tanda mata antara Presiden Soeharto dan Ibu Tien dengan PM dan Nyonya Lee Kuan Yew.

Dalam tukar menukar itu, Kepala Negara menghadiahkan dua buah kursi dan sebuah meja ukiran Jepara kepada PM Lee Kuan Yew sedang Ibu Tien memberikan hadiah berupa tempat bunga perak ukiran Yogyakarta.

Dari PM Lee, Kepala Negara mendapat kenang2an berupa mesin hitung elektronik, sementara Nyonya PM Singapura memberikan karpet dan bunga anggrek.

Dua Jam Pertemuan Empat Mata

Petang kemarin, PM Lee Kuan Yew dan Presiden Soeharto telah mengadakan pertemuan empat mata di Istana Merdeka selama dua jam.

Selesai pertemuan, PM Lee Kuan Yew mengatakan kepada pers bahwa ia masih belum bisa mengemukakan sesuatu kesimpulan apapun.

Sementara itu Menlu Adam Malik hanya mengatakan bahwa ia sama sekali tidak mengetahui apa yang dibicarakan PM Lee dan Presiden Soeharto.

“Apakah mereka menggunakan bahasa Melayu? tanya pers. Adam Malik menjawab bahwa yang digunakan adalah bahasa Singapura dan bahasa Indonesia.

Juga Menteri Sekneg Sudharmono mengatakan tidak mengetahui apa2 tentang pembicaraan kedua pemimpin. Dikatakannya agar pers menunggu saja komunike bersama yang kemungkinan akan dikeluarkan pada akhir kunjungan resmi PM Lee hari Minggu mendatang. (DTS)

Sumber: SUARA KARYA (26/05/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 126-127.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.