SUKAMDANI: LAWATAN PRESIDEN SOEHARTO KE SOVIET SANGAT PENTING

SUKAMDANI: LAWATAN PRESIDEN SOEHARTO KE SOVIET SANGAT PENTING

 

 

Jakarta, Antara

Ketua Dewan Pembina Kadin Indonesia, DR. Sukamdani Sahid Gitosardjono menilai lawatan Presiden Soeharto ke Uni Soviet sangat penting dalam upaya meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagan gan kedua negara.

“Kunjungan Presiden Soeharto ke Uni Soviet sangat tepat sebagai hasil antisipasi terhadap ekonomi global regional dan kepentingan nasional yang diharapkan dapat menarik banyak manfaat terutama dalam meningkatkan kerjasama ekonorni dan perdagangan kedua negara,” kata Sukamdani kepada ANTARA di Jakarta, Jumat sehubungan rencana kunjungan Presiden Soeharto ke Yugoslavia dan Uni Soviet.

Dikatakan, dalam rangka diversifikasi pasar kunjungan Presiden ke Uni Soviet sangat penting, sehingga Indonesia tidak selalu terpaku kepada pasar tradisional seperti AS, Jepang, Masyarakat Ekonomi Eropa Korsel, Hongkong, Timteng dan kawasan ASEAN. Sukamdani menilai prospek ekspor komoditi non-rnigas Indonesia ke Uni Soviet cukup cerah, mengingat negara tersebut banyak membutuhkan komoditi dari Indonesia.

“Kunjungan Presiden Soeharto ke Uni Soviet sudah dapat dipastikan akan mendorong kerjasama ekonomi, perdagangan, alih teknologi dan juga bisa meningkatkan kerjasama politik yang akan saling bermanfaat bagi stabilitas nasional keduanegara,”katanya.Volume perdagangan Indonesia-Uni Soviet dalam dua tahun terakhir terus meningkat dan diakui selalu surplus bagi Indonesia.

Nilai Ekspor Indonesia ke Uni Soviet tahun 1986 tercatat 51,99 juta dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Soviet tercatat 5, 25 juta dolar AS, atau surplus bagi Indonesia sebesar 46.74 juta dolar AS. Tahun 1987 nilai ekspor Indonesia ke Uni Soviet naik menjadi 82,40 juta dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Soviet tercatat 15,46 juta dolar AS, atau defisit bagi Uni Soviet sebesar 66,94 juta dolarAS.

Sedangkan dalam empat bulan pertama (Januari s/d April) 1989 nilai ekspor Indonesia ke Uni Soviet tercatat 36,4 juta dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Soviet tercatat 14 juta dolar AS, atau surplus bagi Indonesia sebesar 22,4 juta dolar AS.

Komoditi ekspor Indonesia ke Uni Soviet antara lain karet, lada, kopi, minyak kelapa sawit, rempah-rempah dan tekstil termasuk pakaian jadi, sedangkan komoditi impor Indonesia dari Uni Soviet adalah pupuk, bahan kimia dan peralatan mesin tekstil.

Komoditi yang sedang dikembangkan ekspomya ke Uni Soviet oleh para pengusaha anggota Kadin Indonesia adalah karet, kopi, timah dan dan barang karet yang banyak dibutuhkan konsumen Uni Soviet.

Ketua Dewan Pembina Kadin Indonesia, Sukamdani yang juga Wakil Ketua Kornisi Ekuin DPA menilai kehadiran Presiden Soeharto di Uni Soviet memenuhi undangan Presiden Uni Soviet sangat baik karena Indonesia berarti benar-benar memainkan perannya sebagai negara yang menganut politik bebas aktif, bersahabat dengan semua negara tanpa memandang sistem politik dari negara yang bersangkutan.

Tukar pikiran antara Presiden Soeharto dengan para pemimpin Uni Soviet dapat digunakan sebagai bahan perbanding bagi Indonesia dalam mensuk seskan pembangunan nasionalnya, baik pembangunan politik, ekonorni maupun sosial budaya.

“Lawatan Presiden Soeharto ke Uni Soveit akan bermanfaat sebagai masukan dalam menata pembangunan Pelita VI mendatang sebagai awal pembangunan jangka panjang 25 tahun tahap kedua,” demikian Sukamdani.

 

 

Sumber : ANTARA (01/09/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 309-311.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.