Tajuk Rencana:
YANG MINTA PERHATIAN [1]
Jakarta, Kompas
APAKAH sebabnya tahun 1976 masih mernpakan tahun prihatin seperti yang diperingatkan oleh Kepala Negara? Kita melihat beberapa hal.
Perkembangan ekonomi internasional yang ditandai oleh berbagai krisis masih akan tetap berlaku. Tadinya menjelang akhir tahun 1975 diharapkan terjadi kegairahan baru setelah tetjadi proses penyembuhan. Dan jika ekonomi negara-negara industri pulih lagi, diharapkan kita memperoleh akibatnya yang baik misalnya dalam peningkatan ekspor.
Juga diharapkan, laju investasi yang mengendor dalam tahun 1975, lantas akan meningkat lagi. Kini sekurang-kurangnya bisa dibilang, kedua soal itu, peningkatan ekspor dan perluasan investasi masih mernpakan masalah.
KITA harus tetap meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional kita: perluasan investasi, peningkatan ekspor, pembangunan prasarana, perluasan lapangan kerja, perataan pembangunan yang semakin besar.
Semua itu memerlukan pembiayaan. Pembiayaan pokok dari dalam negeri, pembiayaan tambahan dari luarnegeri. Prinsip kita, pembiayaan terutama dari dalamnegeri. Itu berarti, mesti digali sumber-sumber pembiayaan dari ekspor, dari peningkatan produksi, dari tabungan, dari pajak.
Sementara itu kita juga perlu memperbaiki cadangan devisa negara. Inipun kita peroleh dari sumber-sumber dalam negeri. Musibah yang menimpa Pertamina tempo hari, ikut menyebabkan menipisnya cadangan devisa.
Sebagai unsur pelengkap, bantuan luarnegeri di antaranya berupa kredit kurang lunak akan terus diusahakan. Kita mendapat kesan, prospeknya tidak menjadi kurang baik. Namun berhubung perkembangan ekonomi negara-negara industri dan semakin banyaknya negara yang memerlukannya, sumber luarnegeri tidak akan menjadi lebih mudah dari tahun 1975.
KIRANYA atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, Presiden Soeharto terus terang minta kesediaan aparatur pemerintah dan masyarakat untuk menarik ikat pinggang kita. Artinya bersedia lebih berhemat, lebih membantu penggalian sumbersumber keuangan dalam negeri, lebih mengurangi pemborosan dan penyelewengan.
Pilihan rakyat Timor Timur untuk bergabung dengan Indonesia, tak bisa kita elakkan. Di antaraya juga karena pertimbangan keamanan dan stabilitas nasional maupun regional. Sebaliknya kita juga tak menutup mata, bahwa hal itu berarti tambahnya beban ekonomi bagi Indonesia.
KARENA beban nasional bertambah, maka perlu lebih diperhatikan usaha yang tepat untuk meluaskan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, ideologi, keamanan.
Barangkali segi ini akan lebih menonjol dalam tahun 1976. Bisa terjadi dalam bidang pembinaan generasi muda dan dalam pengembangan kehidupan sosial politik oleh partai dan Golkar.
Inilah persoalan yang kita hadapi: meluasnya keterlibatan masyarakat jelas semakin kita perlukan. Itu berarti lebih adanya gairah dan proses partisipasi dari masyarakat sendiri.
KEHIDUPAN politik, kiranya juga tidak akan terlepas dari pemilihan umum 1977. Sebab hal itu berarti 1976 adalah tahun persiapan. Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo, jauh hari telah memperingatkan, agar persiapan pemilu jangan sampai menimbulkan praktek dan taktik politik yang mengganggu stabilitas.
Pokok masalahnya ialah adanya kegiatan mempersiapkan pemilihan umum oleh golongan politik dan golongan karya, tak terelakkan. ltu berarti ada dinamika dan kegiatan-kegiatan yang bersifat konsolidasi dan kampanye.
Bagaimana mengembangkan tanggungjawab golongan-golongan itu sendiri, agar kegiatan-kegiatan itu tidak mengendorkan stabilitas melainkan mengkreatifkannya. (DTS)
Sumber: KOMPAS (05/01/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 7-8.