Tak Ada Manusia Sempurna

Dikapal, 20 September 1998

Kepada

Yth. Bapak M. Soeharto

di tempat

 

TAK ADA MANUSIA SEMPURNA [1]

Dengan hormat,

Bersama surat ini saya ingin menyampaikan rasa turut prihatin atas apa yang Bapak alami akhir-akhir ini. begitulah Pak, sewaktu Bapak berkuasa berlomba-lomba mereka ingin dekat dengan Bapak, memuji Bapak kadang berlebihan. Sekarang, setelah Bapak tidak berkuasa lagi, mereka berlomba-lomba mencaci, mencari kesalahan dan hal-hal lain yang jelek mengenai Bapak. Sakit memang Pak, tapi kita ambil hikmahnya saja.

Saat inilah Bapak akan tahu, mana ternan yang sebenamya dan mana yang srigala berbulu domba. Krisis yang terjadi saat ini bukan semua kesalahan Bapak, tapi juga kesalahan para pembantu Bapak yang kadang hanya mengiakan apa yang Bapak lakukan, walaupun mereka tahu itu salah. Sejarah membuktikan, pergantian kekuasaan yang diikuti dengan unsur balas dendam bukannya memberikan rakyat senang tapi malah sebaliknya, jadi susah.

Semoga Tuhan memberikan jalan keluar yang terbaik buat bangsa Indonesia yang kita cintai ini. Amin. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas pimpinan Bapak selama ini. Tidak gampang memimpin negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan bahasa. Kesalahan yang mungkin Bapak lakukan, merupakan pengalaman dan pelajaran buat kami semua.

Saya mengerti tidak ada manusia yang sempurna. Saya tidak bisa bantu apa-apa selain doa, supaya Bapak diberi kekuatan dan kebijaksanaan dalam meng­hadapi kejadian akhir-akhir ini.

Saya yakin semua ini akan berlalu sesuai dengan janji Tuhan seperti yang tertulis “Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia sebab Allah setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicoba melampaui kekuatanmu” 1 Korintus 10: 13. (DTS)

Hormat saya,

J. Richard A. Kambey

Tokyo – Japan

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 800-801. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.