TANPA FALSAFAH KEBERSAMAAN, KITA AKAN TERPECAH BELAH

TANPA FALSAFAH KEBERSAMAAN, KITA AKAN TERPECAH BELAH

 

 

TAJUK RENCANA :

 

Suatu bangsa yang ingin tetap eksis, ingin tetap mempertahankan kepribadiannya, harus memiliki landasan atau falsafah hidup yang tangguh. Syukurlah bangsa Indonesia sudah mempunyainya sejak empat puluh tahun yang lalu, yakni Pancasila.

Ibarat bahtera kecil yang terombang-ambing di tengah-tengah lautan, dengan ridho Allah bangsa Indonesia hingga kini masih tetap ada, tidak tenggelam.

Pancasila sebagaimana kita ketahui didukung oleh semua kelompok dan golongan bangsa. Sungguh-sungguh, bukan sebagai taktik belaka. Hal ini terutama sekali dinyatakan oleh pelbagai golongan agama, termasuk Muhammadiyah.

Presiden Soeharto mengatakan bahwa tanpa falsafah kebersamaan seperti Pancasila, kita akan mengalami nasib sebagai bangsa terpecah belah.

Penegasan tersebut diucapkan oleh Kepala Negara Sabtu tanggal 7 Desember yang baru lalu di Stadion Sriwedari, Surakarta, ketika membuka secara resmi Muktamar Muhammadiyah ke-41.

Selanjutnya Presiden mengatakan, Pancasila bukanlah tandingan agama. Pancasila bukan pengganti agama. Pancasila mendasari kehidupan kita bersama dalam bermasyarakat dan bernegara, yang tidak mungkin diatur berdasar nilai-nilai suatu suku, suatu agama, suatu ras atau golongan.

Pancasila tidaklah mengatur hal yang terdalam hidup pribadi kita, sebagai misalnya iman dan ibadat kita kepada SWT, akan tetapi sebaliknya Pancasila justru menjamin pengamalannya sebaik-baiknya.

Kemudian Presiden menerangkan bahwa penegasan Pancasila sebagai azas bukan berarti mencantumkannya dalam anggaran dasar organisasi. Penegasan kita mengenai Pancasila sebagai azas, mengharuskan kita menjabarkannya dalam program kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kita.

Oleh karenanya, Presiden meminta agar kita berusaha terus-menerus supaya Pancasila benar-benar dapat mewarnai segala segi kehidupan bangsa kita, menafasi segala aspek kehidupan kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ucapan Kepala Negara sangat penting, sama pentingnya dengan apa yang diuraikannya pada waktu menyampaikan pidato sambutan pada Muktamar Nahdlatul Ulama di Jawa Timur beberapa waktu yang lalu.

Sesungguhnya Pancasila adalah pancaran tenggang rasa bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pancasila adalah falsafah hidup, pandangan hidup dan cara hidup bangsa.

Pancasila adalah falsafah kebersamaan yang belum ada tandingannya di manapun di dunia. Untuk mencegah keruntuhan, kita harus selalu berani hidup bersama-sama, baik dalam suka, maupun dalam duka.

Falsafah kebersamaan Pancasila menjamin semangat kesatuan dan persatuan kita lahir dan batin. (RA)

 

 

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (01/10/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 241-242.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.