TEPUKAN PANJANG SAMBUT PENGUMUMAN KENAIKAN GAJI
Jakarta, Antara
Suara riuh rendah dan gemuruh tepukan terdengar bergema, tidak saja di ruang Grahasabha Paripurna, tempat berkumpulnya wakil-wakil rakyat dan pejabat negara, tetapi juga di bagian lain dalam gedung DPR-RI, Jakarta, Sabtu pagi ketika Presiden mengumumkan kenaikan gaji pegawai.
“Grrrrr…plok…plok…plok” terdengar tepukan panjang sebagai ungkapan rasa gembira semua pengunjung yang hadir dalam Pembukaan Masa Persidangan III DPR RI tahun 1988/89 yang dipuncaki dengan tampilnya Presiden Soeharto menyampaikan Pengantar Nota Keuangan dan RAPBN 1989/90.
Pemerintah, seperti yang dikatakan Presiden, akan menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI, termasuk pegawai daerah sebesar 15 persen dari yang diterima untuk bulan Desember 1988. Kenaikan mulai berlaku tanggal 1 April mendatang.
”Berkat usaha keras untuk meningkatkan penerimaan negara, mulai 1 Januari 1989, gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI sudah mulai dapat dinaikkan dengan 10 persen dari jumlah yang diterima sebelumnya,” kata Presiden dalam amanatnya.
Suasana hening disertai nafas tertahan terlihat saat pidato Prsiden sampai pada kalimat “Mengingat kemampuan keuangan negara yang terbatas, gaji pegawai dan anggota ABRI sudah beberapa tahun tidak dinaikkan, walaupun pemerintah menyadari bahwa harga barang-barang kebutuhan hidup, naik seperti yang tercermin dalam laju inflasi”.
Kemudian, suasana hening masih berlanjut pada kalimat “Tanpa kenaikan gaji serta dalam keadaan ekonomi yang sulit dan keterbatasan kemampuan pemerintah, dengan penuh kesadaran, pegawai negeri tetap tabah”.
Tetapi ketika Presiden sampai pada kalimat “Kesejahteraan pegawai negeri yang lebih baik akan membuat mereka lebih memusatkan perhatiannya pada pelaksanaan tugas. Hal itu merupakan unsur penting bagi terwujudnya aparatur yang bersih dan berwibawa”, suasana perlahan-lahan berubah lagi sampai saatnya kalimat ” Kenaikan gaji itu sebesar 15 persen”, suara “grrrr….plok….plok….plok” pun bergema lagi di seluruh ruangan sehingga Kepala Negara terpaksa menghentikan sambutannya sejenak.
Hadirin sudah dapat menghembuskan nafas Iega karena sesuatu yang didambakan para “hamba negara” sejak empat tahun terakhir ini, seakan sudah terkabulkan.
Wajah-wajah ria juga terpantul dari para ajudan menteri, karyawan DPR dan undangan lainnya yang mendengarkan pidato Presiden dari pesawat TV yang disediakan di beberapa bagian gedung utama DPR, pagi itu. Sekitar dua atau tiga anggota DPR, juga sudah tampak berani beranjak dari ruangan, menuju kamar kecil, setelah satujam bertahan di tempat duduk.
Ketua DPR Kharis Suhud mengatakan, dengan diumumkannya rencana kenaikan gaji, merupakan bukti kesungguhan pemerintah untuk berusaha keras menaikkan kesejahteraan pegawai sesuai dengan kemampuan yang keuangan yang dimilikinya.
Sumber : ANTARA(07/01/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 382-383.