UMUMNYA SAMBUT BAIK AJAKAN UNTUK RUKUN KEMBALI MEREKA YANG SALAH HARUS TETAP DITINDAK

HM Soeharto dalam berita

Tanggapan Terhadap Pidato Presiden Kamis Malam:

UMUMNYA SAMBUT BAIK AJAKAN UNTUK RUKUN KEMBALI MEREKA YANG SALAH HARUS TETAP DITINDAK [1]

 

Jakarta, Kompas

Ketiga kontestan Pemilu 1977 umumnya menyambut baik ajakan Presiden Soeharto agar membina kerukunan kembali diantara mereka.

“Ajakan untuk mengembalikan ketenangan itu cukup simpatik dari seorang bapak,” kata H. Anwar Nurris, anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan di DPR kepada “Kompas” Jumat kemarin.

Demikian pula Sabam Sirait anggota DPR dan Sekjen Partai Demokrasi Indonesia menyatakan penghargaanya, sementara Dr. Median Sirait dari farksi Karya Pembangunan menilai ajakan Presiden itu menimbulkan harapan bahwa pelaksanaan Pemilu berikut akan lebih sesuai dengan yang dinginkan rakyat.

Tapi Anwar Nurris masih menambahkan dari ajakan tersebut ia belum melihat bahwa itu berarti “yang salah’ harus dibiarkan dan yang ”yang benar’ harus dihukum. Ia berpendapat bagaimanapun Presiden harus menyelesaikan “kelemahan­-kelemahan” pelaksanaan Pemilu itu sesuai hukum yang berlaku.

Menurut anggota DPR dari F-PP tersebut, Presiden tentunya telah melihat secara keseluruhan kejadian-kejadian itu. baik yang berbentuk tekanan, paksaan, pemukulan, keresahan rakyat, ketakutan maupun pembakaran dan pelemparan rumah.

Menyinggung kelemahan serta ekses-ekses Pemilu yang juga diakui Presiden. Anwar Nurris menyatakan; ekses itu tidak saja dilakukan oleh ketiga kontestan, tapi juga oleh para oknum pejabat yang seharusnya menjadi wasit yang baik, jujur dan adil.

“Oleh sebab itu semua ekses harus diadili berdasar ketentuan hukum yang berlaku “.

Aspek Kemanusiaan

Sekjen PDI Sabam Sirait mengemukakan ia menghargai Presiden yang mengakui bahwa pelaksanaan Pemilu yang baru lalu itu masih banyak kelemahannya sekalipun Pemerintah berusaha melaksanakannya sebaik mungkin,

“Termasuk terjadinya ekses-­ekses serta jatuhnya korban-korban.”

Sabam berpendapat, sebenarnya ekses-ekses itu bukanlah merupakan ekses biasa

“Kita melihat bukan Pemilu saja dari aspek politik tapi juga dari aspek kemanusiannya.”

Dalam kaitan ini ia mengungkapkan bahwa PDI kehilangan dua anggotanya yang tewas dan banyak lainnya yang cedera.

Menjawab pertanyaan, Sabam Sirait kurang sependapat jika dikatakan Pemilu 2 mei benar-benar sepenuhnya telah berlangsung sesuai prinsip-prinsip LUBER (langsung, umum, bebas dan rahasia). Ia menunjuk hal-hal yang telah dilaporkan pihak Parpol pada Komisi II DPR, mengenai kasus-kasus yang tidak konsisten dengan prinsip tersebut.

Ada Kemauan Politik

Dari Medan Sirait, anggota F-KP diperoleh tanggapan bahwa pidato Presiden yang diucapkan Kamis malam itu sekaligus mencerminkan, bahwa Presiden-lah nanti yang akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Pemilu pada sidang umum MPR.

Ia menilai, dari pidato itu diketahui adanya pemikiran dinamis Presiden Soeharto, yang menilai keadaan dalam perspektif ke depan.

”Namun demikian Presiden tetap mencoba menghayati perasaan-perasaan yang hidup dalam masyarakat sekarang ini,” kata Medan Sirait

Ia menambahkan, dalam pidato itu Presiden mengakomodir perasaan masyarakat mengenai masih adanya kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan Pemilu oleh semua pihak.

“Pendek kata, dalam pidato itu tercermin political will atau kemauan politik dari Presiden untuk membangun kehidupan demokrasi Indonesia.”

Dan Golkar sendiri tidak luput dari keinginan untuk memperbaiki diri maupun memperbaiki dinamika masyarakat.” Demikian anggota DPR dari F-KP itu. (DTS)

Sumber: KOMPAS (04/06/1977)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 334-335.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.