UPACARA PENYERAHAN PIAGAM PBB UNTUK PAK HARTO SEMARAK

UPACARA PENYERAHAN PIAGAM PBB UNTUK PAK HARTO SEMARAK

 

 

New York, Pelita

Upacara penganugerahan piagam penghargaan PBB Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (UN Population Award 1989) dari Sekjen PBB, Javier Perez de Cuellar kepada Presiden Soeharto di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat berlangsung semarak.

Tepuk tangan meriah dari para undangan yang memenuhi ruang Trusteeship Council berulangkali terdengar baik pada waktu Presiden Soeharto memasuki ruangan atau menyudahi pidatonya.

Wartawan Pelita, Achmad Basori yang meliput upacara penganugerahan itu melaporkan dari Markas Besar PBB, New York, Presiden Soeharto memasuki ruangan yang penuh dengan lampu sorot sekitar pukul 16.07 didampingi oleh Sekjen PBB serta Menteri Program Nasional dan Kependudukan Togo, M. Aissah Agbetra yang juga menerima hadiah serupa.

Empat orang yang memegang alat musik segera memainkan alat musiknya ketika Presiden Soeharto, Sekjen PBB dan pejabat dari Togo itu menduduki tempatnya masing-masing di mimbar.

Suara merdu dari alat musik mengalun ritmis yang membuat suasana menjadi hening.

Presiden Soeharto yang membacakan pidatonya sebanyak 16 halaman antara lain menyatakan, penduduk yang besar akan merupakan kendala bagi pembangunan atau beban lingkungan apabila tidak mempunyai kualitas yang memadai.

 

Setiap Tahun

Sebelum memberikan anugerah piagam penghargaan, Sekjen PBB memberikan sambutan singkat yang disusul oleh Ketua Komite Pemberian Piagam PBB, Mario Moya Palencia dan Dr. Nafis Sadik.

Pada tahun ini Committe of The UN Population Award memilih Presiden Soeharto sebagai penerima UN Population Award dari perorangan. Sedangkan penerima organisasi adalah Programme National di Bien Entre Familial dari Togo.

Mereka yang dipilih sebagai pemenang adalah berdasarkan sumbangannya terhadap cara pemecahan masalah-masalah kependudukan.

Sembilan calon lainnya untuk perorangan yaitu Menteri Perburuhan Israel, Rafael Salas (alm) dari Filipina, Tata dari India, Khuthan Mahadewa dari India, Shimivasa dari India, William Brass dari University of London, Prof. Hu dari Cina, Kalzada dari Puerto Rico dan Meechai dari Muangthai.

Penghargaan itu diberikan berdasarkan resolusi SMU PBB No. 36/201 tahun 1981 dan diberikan pada tiap tahun sejak 1983 kepada salah satu atau lebih perorangan atau lembaga yang dipilih olehThe Commitee of the UN Population Award yang beranggotakan 10 Wakil Negara anggota PBB.

Mereka yang terpilih sebagai penerima penghargaan, di samping menerima diploma dan medali emas, juga menerima hadiah uang sebesar 12.500 dolar AS. Presiden Soeharto dipilih karena dukungannya yang kuat selama lebih dari 20 tahun terhadap program KB di Indonesia.

Dalam penganugerahan itu hadir Ibu Tien Soeharto, Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, Kepala BKKBN Haryono Suyono, Watapri Nana Sutresna, Dubes RI untuk AS AR Ramly serta pejabat lainnya baik dari Indonesia maupun negara sahabat lainnya.

 

Masalah JIM

Sebelum dilangsungkan upacara pemberian piagam penghargaan Presiden Soeharto melakukan pembicaraan sekitar 30 menit dengan Sekjen PBB, Javier Perez de Cuellar.

Menlu Ali Alatas menjawab pertanyaan mengatakan, pertemuan itu selain membicarakan mengenai kependudukan di Indonesia juga disinggung mengenai masalah Kamboja.

Presiden Soeharto menjelaskan mengenai apa yang dicapai dalam JIM I dan II serta menjelaskan mengenai hasil-hasil pembicaraan di Jakarta antara Sihanouk dan Hun Senn. Dalam pertemuan itu terjadi sedikit diskusi mengenai Kamboja karena Sekjen PBB sangat memuji dan tertarik mengenai masalah Kamboja tersebut. Sekjen PBB didampingi Wakilnya, Rafiuddin Ahmad, sedangkan Presiden Soeharto didampingi Mensesneg, Menlu dan Watapri.

Ditanya mengenai dibicarakannya masalah Timor Timur, Ali Alatas menjelaskan masalah itu juga disinggung sedikit dan Sekjen menyatakan rasa terima kasihnya terhadap kerjasama Indonesia dalam melanjutkan dialog segitiga yang sudah berjalan bertahun-tahun antara Portugal, Sekjen PBB dan Indonesia.

Direncanakan Presiden Soeharto hari Jumat (9/9) akan mengadakan pertemuan dengan Presiden AS George Bush di “Gedung Putih”.Ali Alatas ketika ditanya mengenai rencana pertemuan itu menyatakan, dalam pertemuan kedua pemimpin negara itu kemungkinan akan dibicarakan masalah bilateral khususnya bidang ekonomi dan kemungkinan juga akan disinggung mengenai upaya penyelesaian Kamboja.

Pada hari yang sama Kepala Negara juga akan menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden AS, Dan Quayle di Washington.

 

 

Sumber : PELITA(10/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 196-198.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.