WING PENERBANG KELAS I KEHORMATAN UNTUK PRESIDEN

WING PENERBANG KELAS I KEHORMATAN UNTUK PRESIDEN

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menerima penghargaan berupa Wing Penerbang Kelas I Kehormatan atas jasa-jasanya sewaktu merebut lapangan udara Maguwo (sekarang Lanud Adisucipto) Yogyakarta dari tentara pendudukan Jepang di bulan September 1945.

Wing tertinggi TNI Angkatan Udara itu diserahkah langsung oleh KSAU Marsekal Madya Siboen Dipoatmodjo di Bina Graha, Senin (9/4). Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka HUT TNI-AU tanggal 9 April.

KSAU Marsdya Siboen didampingi Deputi Personel KSAU Marsekal Muda Suaka Dirul dan Sekretaris Militer Presiden Mayor Jenderal Syaukat Banjaransari menjelaskan kisah 45 tahun silam. Selain merebut lapangan terbang, Pak Harto ketika itu bersama anak buahnya juga merebut isinya yang antara lain terdapat 50 pesawat Cureng.

Bahkan Pak Harto sendiri ketika itu sempat mencoba naik pesawat Cureng tersebut, berputar-putar di landasan tanpa terbang ke udara. “Untung ketika pesawat dijalankan tidak terns terbang, kalau sempat terbang mungkin tidak bisa turun,” kata Pak Harto mengenang peristiwa Maguwo itu sambil bergurau.

Ketika itu, menurut Siboen, Pak Harto sendiri yang berinisiatif mengorganisasi Tentara Udara, yang kemudian diteruskan oleh pelopor Pemuda Udara, Adisutjipto.

“Oleh karena itu kami dari TNI-AU merasa perlu memberikan penghargaan tertinggi berupa Wing Penerbang Kelas I Kehormatan itu kepada Pak Harto” kata Siboen. “Mungkin Wing ini tidak berharga bagi Pak Harto, tapi inilah yang dapat disampaikan oleh TNI-AU”.

Dijelaskan, Wing Penerbang Kelas I Kehormatan itu merupakan wing tertinggi yang diberikan TNI-AU. Wing kehormatan semacam ini juga telah diberikan kepada sekitar 10 orang lainnya, di antaranya kepada mantan Presiden Soekarno dan Jenderal (Purn) LB Moerdani.

 

Baru Tergali

Ketika ditanya mengapa penghargaan itu baru sekarang diberikan kepada Pak Harto, KSAU mengatakan, “Karena sejarahnya belum lama terungkap. Yaitu setelah TNI-AU mengorek-ngorek sejarah, digabungkan dengan sejarah yang ada di Pusat Sejarah ABRI ternyata baru tergali bahwa yang merebut Maguwo dan mengorganisasikan pertama kalinya adalah Pak Harto”.

Presiden Soeharto menyatakan terima kasih atas penghargaan tertinggi yang diberikan oleh TNI-AU itu.

“Tapi sayang saya sudah pensiun, jadi saya tidak bisa mengenakan wing ini di dada saya. Sekarang yang bisa saya kenakan hanya tanda Presiden ini,” kata Kepala Negara sambil tersenyum. “Karenanya wing itu akan saya simpan saja di museum pribadi”.

Menjawab pertanyaan pers, KSAU mengungkapkan bahwa Indonesia mungkin akan membeli lagi sejumlah pesawat tempur, jika satu skadron F-16 Fighting Falcon sebanyak 12 buah yang dipesan sudah tiba semuanya paling lambat September mendatang. Sementara itu menjawab pers di Lanud Halim Perdanakusuma, ia menyatakan bahwa 12 pesawat F-16 buatan General Dynamics (AS) kalau sudah tiba semuanya diharapkan mengadakan fly pass di atas Jakarta dalam rangka Hari ABRI 5 Oktober. Sedang Panglima Komando Pertahanan, Udara Nasional Marsda Soebandi mengungkapkan, empat F-16 diharapkan tiba di Indonesia menyusul empat pesawat yang sudah tiba tahun lalu.

 

HUT Yang Sederhana

Peringatan HUT ke-44 TNI-AU itu sendiri dilangsungkan di taxy-way Skadron 2 Lanud Halim Perdanakusuma berlangsung sederhana dan kidmat. KSAU Siboen Dipoatmodjo bertindak sebagai inspektur upacara, sedang komandan upacara adalah Letkol (Pnb) Chappy Hakim (Komandan Skadron 31 Pengangkut Berat) yang tampak meyakinkan melaksanakan tugasnya dengan suara lantang memberikan aba-aba. Seusai upacara militer, KSAU langsung memberikan ucapan selamat kepada Letkol Chappy.

Hari Bakti TNI-AU ini ditandai dengan pemberian Bintang Gerilya kepada Kol. (Lek) Wasto Sudiyat, dan penyematan Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama secara fungsional kepada Marsda Ateng Suarsono selaku Deputi Operasi KSAU. Kemudian berturut-turut disematkan Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararia kepada Marsma Sofyan Yanis, Kol. (Pnb) Yusman Thahar, Lettu (Lek) Syahroemsyah, dan Serma Mulyatmo yang tanda jasanya memenuhi dada kirinya.

Dalam upacara militer ini tidak ada defile pasukan ataupun raungan pesawat. Sejumlah pesawat TNI-AU yang terdiri dari Hercules, F-27, helikopter, F-5E Tiger Shark, A-4 Sky Hawk, HS Hawk, pesawat kecil “capung” hanya melatarbelakangi peserta upacara.

KSAU Marsdya Siboen dalam sambutannya antara lain menyatakan, pembinaan kemampuan personel TNI-AU yang menyangkut aspek pemantapan dan peningkatan profesi, perlu dilaksanakan sejajar dengan upaya pemupukan jiwa dan semangat sebagai prajurit pejuang dan pejuang prajurit. Ia juga mengajak segenap jajaran TNI AU untuk mengenang sekaligus meneladani jasa-jasa pelopor TNI-AU dalam menjalankan tugas sebagai prajurit.

Tanggal 9 April 1946 merupakan saat peresmian Tentara Keamanan Rakyat Djawatan Penerbangan (semula bemama Badan Keamanan Rakyat Udara) menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara, dan ditunjuklah R. Suryadi Suryadarma sebagai kepala staf yang pertama dengan pangkat Komodor Udara sedang Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto sebagai wakilnya. TNI-AU ini dalam perkembangannya kemudian dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU).

 

 

Sumber : KOMPAS (10/04/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 444-447.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.