Presiden Soeharto Menerima Kunjungan Menlu Perancis
(Meminta Perancis dan Eropa Memberi Perlakuan Yang Wajar Terhadap Produk Pertanian ASEAN)[1]
RABU, 5 MARET 1975, Kepala Negara pukul 09.00 pagi di Istana Merdeka menerima kunjungan Menteri perdagangan Luar Negeri Prancis, Norbert Segard. Dalam pertemuan tersebut telah dibicarakan tentang peningkatan kerjsama antar kedua negara dalam bidang ekonomi. Untuk itu Presiden Soeharto menyetujui langkah untuk membentuk kelompok kerja yang terdiri atas unsur pemerintah dan swasta; kelompok kerja tersebut disepakati untuk mengadakan konsultasi, pertukaran informasi dan melakukan penelitian-penelitian yang dapat mendukung program kejasama ekonomi antara kedua negara.
Pada kesempatan itu Presiden juga telah menguraikan tentang pentingnya posisi ASEAN sebagai kawasan yang menghasilkan produk-produk pertanian. Oleh karena itu, Kepala Negara mengharapkan agar Prancis dan Eropa pada umumnya memberikan perlakuan yang wajar terhadap produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh negara-negara ASEAN. Selanjutnya, melalui Menteri Perdagangan Luar Negeri Prancis ini, Presiden Soeharto menyampaikan undangan kepada Presiden Valery Giscard d’Enstaing untuk mengunjungi Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sjarif Thajeb, jam 10.000 pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka bersama Sekretaris Jenderal, T Umar Ali, dan Inspektur Jenderal, Mayjen. Supardi. Kedatangannya adalah untuk melapor tentang pelaksanaan Pekan Orientasi Studi Mahasiswa (Posma) di seluruh tanah air. Kepada Kepala Negara, ia menjelaskan penyimpangan-penyimpangan tersebut jelas melanggar ketentuan-ketentuan yang ada, maka pemerintah akan mengambil tindakan-tindakan yang setimpal, sehingga tindak penyelewengan tidak berulang kali di masa depan. Demikian dikatakan Syarif Thajeb usai pertemuannya dengan Presiden. (AFR)