Presiden Soeharto Sampaikan Nota Keuangan Tahun 1982/1983[1]
SELASA, 5 JANUARI 1982 Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menyampaikan Keterangan Pemerintah tentang RAPBN Tahun 1982/1983 didepan sidang pleno terbuka DPR. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Pemerintah tetap berpegang teguh pada prinsip APBN berimbang yang dinamis. Pemerintah memperhitungkan bahwa penerimaan dan pengeluaran akan dapat berimbang pada jumlah lebih dari Rp 15,6 triliun. Ini berarti APBN 1982/1983, mengalami kenaikan lebih dari 12% jika dibandingkan dengan anggaran tahun lalu. Dari jumlah tersebut, Rp13,75 triliun berasal dari penerimaan dalam negeri, sedangkan sejumlah Rp 1,85 triliun berasal dari penerimaan pembangunan dari luar negeri. Penerimaan dalam negeri itu naik 12,1% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan penerimaan pembangunan naik 13,8%.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengeluaran rutin direncanakan akan berjumlah Rp 7 triliun lebih sedikit, yang berarti turun 6,7% jika dibandingkan dengan pengeluaran rutin dalam APBN sekarang. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan subsidi-subsidi, termasuk subsidi BBM. Dengan pengeluaran rutin yang lebih efisien itu, maka kita akan memperoleh tabungan Pemerintah sebesar Rp 6,78 triliun, 40% lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan dalam APBN sekarang. Ditambah dengan penerimaan pembangunan yang bersumber dari luar negeri sebesar Rp 1,82 triliun, maka keseluruhan anggaran pembangunan akan mencapai Rp 8,6 triliun lebih; ini berarti suatu kenaikan sebesar 34,5%. Dengan demikian dalam RAPBN tahun 1982/1983 nanti anggaran pembangunan akcin lebih besar daripada anggaran rutin.
Demikian gambaran Kepala Negara mengenai pokok-pokok RABPN 1982/1983. (AFR)
________________________
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 515-516. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003