Presiden Soeharto Hadiri Panen Raya “Makmue Nanggro” di Aceh Barat [1]
RABU, 26 MARET 1986 Presiden dan lbu Soeharto hari ini menghadiri Upacara Panen Raya Operasi Khusus Gelora Petani “Makmue Nanggro” di desa Baro, Kecamatan Seunagan, Aceh Barat. Dalam kunjungan sehari itu, Presiden Soeharto bersama rombongan yang tiba pagi ini di lapangan terbang Cut Nyak Dhien, Meulaboh, disambut secara adat yang meriah oleh para pejabat setempat dan massa rakyat dengan tarian Peusijuk (tepung tawar). Dalam upacara di desa Baro itu, selain menyaksikan panen raya, Kepala Negara juga berdialog langsung dengan para petani, anggota koperasi, pengrajin, anggota PKK dan para transmigran setempat.
Menyambut panen raya itu, Presiden Soeharto dalam amanatnya mengatakan bahwa bahwa harapan kita terhadap Operasi Khusus Makmue Nanggro ini temyata memang tidak sia-sia. Dalam waktu yang relatif singkat dan dengan bantuan dari dana Kepresidenan yang tidak terlalu besar, para petani di daerah ini telah berhasil meningkatkan kemakmurannya. Hal ini, demikian Presiden, misalnya terlihat pada pertambahan luas areal tanaman padi dan palawija, berhasilnya pembibitan pohon coklat dan berhasilnya intensifikasi kolam-kolam ikan air tawar.
Untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah Aceh, pada kesempatan itu Presiden telah memberikan beberapa petunjuk. Pertama, usahakan terus agar Satuan Pembina/Pelaksana Bimas menjalankan fungsi sebaik mungkin; yaitu mulai dari gubemur, bupati, camat, dan kepala desa sebagai unsur penggerak utama dalam Sistem Bimbingan Massal. Kedua, agar semua unsur dalam Sistem Bimas bekerja dengan segiat-giatnya dan terpadu satu dengan yang lainnya
Ketiga, agar para Kontak Tani yang merupakan pasangan kerja Penyuluh Pertanian dapat bekerja bersama secara erat dan bahu membahu dalam meningkatkan produksi maupun dalam mengembangkan pemasarannya melalui KUD. Keempat, para petani yang telah bersatu dalam Kelompok Tani hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan persatuan, sehingga menjadi Kelompok Tani yang benar-benar tangguh dan tahan uji. Kelima, para pemimpin di pedesaan, terntama sekali para alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, dapat membantu menyukseskan “Makmue Nanggro” ini. (AFR)
____________________
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 445. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003