PRESIDEN NASEHATKAN: PERISTIWA BANDUNG JANGAN JADI PENYAKIT

PRESIDEN NASEHATKAN: PERISTIWA BANDUNG JANGAN JADI PENYAKIT [1]

 

Jakarta, Indonesia Raya

Presiden Soeharto menekankan apapun alasannya tidak dibenarkan merusak apa-apa yang telah kita bangun. ltu berarti menantang usaha-usaha pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan, serta sekaligus akan mengurangi kemampuan yang telah kita miliki.

Untuk melaksanakan pembangunan, kita mengumpulkan kekuatan yang tidak seberapa, demikian Jenderal Soeharto di Bandung waktu menutup Kontes Ayam dan Pameran Unggas Nasional Kedua (jadi bukan membuka pameran seperti berita hari Rabu).

Dalam upacara penutupan pameran yang dilaksanakan dengan adat Sunda di halaman balaikota kotamadya Bandung itu Presiden Soeharto mengulangi peringatan bahwa “pengalaman lampau di Bandung (5 Agustus Red) ini agar benar-benar menjadi pelajaran.”

“Peristiwa seperti ini hendaknya tdk menjadi penyakit bangsa Indonesia, agar kita bisa memelihara segala hasil pembangunan,” demikian tambahnya.

Presiden lebih lanjut mengatakan, penilaian terhadap hasil pembangunan harus terus dilakukan agar bisa diketahui sampai dimana hasil yang telah dicapai.

Dikatakan pula bahwa untuk memenuhi masyarakat dibidang pangan disamping jumlah produksi harus ditingkatkan pula mutunya, yang menurut Presiden dirasakan masih sangat kurang.

Presiden menganjurkan kepada pengusaha bermodal besar untuk mengusahakan pembibitan ayam baik untuk dijadikan ayam pertelur maupun ayam potong. Kepada pengusaha lemah dianjurkan untuk mengusahakan peternakan ayam dengan bergairah tanpa cemas dan takut modal besar.

Menurut Presiden, dengan adanya pembagian tugas antara perusahaan modal besar dan modal lemah, maka kebutuhan pangan rakyat yang bergizi 2100 kalori dan protein 55 gram per hari percapita akan dapat dipenuhi demikian juga semboyan 4 sehat 5 sempurna (Nasi, Ikan, Sayur, buah-buahan, daging dan susu).

Untuk memenuhi kebutuhan itu Presiden menganjurkan agar usaha-usaha ternak dibimbing terus, baik memenuhi kebutuhan pasaran atau kebutuhan sendiri.

Harapan Presiden pula, kepada peternak-peternak yang belum mampu dibidang permodalan, hendaknya memanfaatkan Kredit Bimas Ayam sebaik-baiknya. Kontes yang diikuti sebanyak 16 Propinsi sejak 8 September itu dimenangkan Unit Petemakan Ayam Pem. DKI Jaya.

Sebagai juara umum I menerima Piala Bergilir Presiden Soeharto, Piagam Penghargaan Presiden Soeharto, dan Uang Tunai sebesar Rp 200.000, serta Piala Tetap dari Menteri Pertanian. Juara Umum II dimenangkan Perusahaan Temak Guntung Lanjung Poultry Farmas Cianjur Jawa Barat, dengan menerima hadiah dari Presiden Soeharto, Piagam Penghargaan Presiden dan Uang tunai Rp 150.000.

Juara Umum III dimenangkan PT Peternakan Ayam Manggis dari Desa Benda Cicurug – Sukabumi Jawa Barat dengan menerima piagam penghargaan Presiden dan uang tunai Rp 100.000.

Juara Umum IV dimenangkan Penetasan dan Petemakan Ayam Cilember PT Prihadi Distribusi Bogor Jawa Barat, dengan menerima Piagam Penghargaan Presiden serta uang tunai Rp 50.000.

Sore harinya dalam upacara yang diselenggarakan panitia, diserahkan pula hadiah-hadiah/piala-piala kepada pemenang-pemenang kejuaraan kontes usaha temak pembibitan, kontes usaha temak produksi komersiil, kontes usaha temak broiler, kontes usaha ternak keluarga (back yard) kejuaraan kontes usaha pabrik ransuman, kontes antar stand pameran. (DTS)

Sumber: INDONESIA RAYA (13/09/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 136-137.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.