PRESIDEN SOEHARTO BERTEMU LEE KUAN YEW DI SINGAPURA SETELAH MENGUNJUNGI PULAU GALANG
Presiden Soeharto dan PM Singapura Lee Kuan Yew Senin malam memulai pembicaraan tidak resmi tahap pertama yang berlangsung di Istana Negara. Pembicaraan kedua pemimpin tersebut akan dikhususkan kepada masalah Indocina, kata seorang pejabat Indonesia kepada "Kompas".
Pembicaraan tahap pertama berlangsung satujam, diakhirinya dengan makan malam bersama. Kemudian Presiden Soeharto dan PM Lee Kuan Yew bersama pejabat kedua negara menyaksikan malam kesenian. Pembicaraan tahap kedua akan dilanjutkan Selasa pagi.
PM Lee Kuan Yew lebih dahulu memasuki ruang pertemuan. Sambil menunggu ia sempat berdialog dengan wartawan mengenai pengungsi di Kamp Pulau Galang. PM Lee Kuan Yew kaget mendengarkan keterangan wartawan Indonesia tentang jumlah pengungsi sekitar 28.000 di pulau Jemaja. "Oh, ya," komentar Lee kaget.
Sebelum pembicaraan dimulai kedua pemimpin tukar-menukar tanda-mata. Kepada tuan rumah Presiden Soeharto memberikan wayang kulit. Sedang tuan rumah menghadiahkan sepasang manset emas kepada tamunya.
Pembicaraan dimulai dengan wajah gembira pada kedua pemimpin ASEAN ini.
Keduanya sama-sama mengenakan pakaian resmi warna gelap.
Tiba Dari Galang
Presiden Soeharto tiba di Payalebar Singapura pada jam 3 petang dengan pesawat helikopter, setelah meninjau kamp pengungsi Indocina di Pulau Galang. Dalam rombongan tersebut antara lain terdapat Menteri Sekretaris Negara Sudharmono dan Sudharmono dari Deplu.
Begitu turun dari helikopter PM Lee Kuan Yew menyalami Presiden Soeharto, Lee yang memakai kemeja pendek berkembang biru muda memperkenalkan Presiden Soeharto kepada Goh Chok Tong, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura dan Menlu A.J. Dhanabalan. Turut menjemput seluruh staf kedubes RI di Singapura.
Masalah lnternasional
Sementara itu sumber Pemerintah Singapura mengatakan, selain khusus masalah Indocina yang dibicarakan, diduga masalah politik internasional dan kecenderungan perkembangan ekonomi sekarang ini juga disinggung dalam pembicaraan berikutnya. Namun dari kedua-belah pihak tidak diperoleh keterangan resmi.
Pembicaraan tidak resmi seperti ini pernah dilangsungkan di Bali tahun 1973. Sedang Presiden Soeharto terakhir berkunjung ke Singapura tanggal 29 Nopember 1976. Memang tidak ada agenda resmi untuk pembicaraan ini.
Dalam masalah politik regional Asia Tenggara, khususnya Indocina, kemungkinan kedua pemimpin akan membicarakan kehadiran Vietnam di Kampuchea.
Selain itu, sumber resmi Singapura mengatakan, negara ini menginginkan agar Indonesia meningkatkan peranannya dalam ASEAN. Ia menilai Indonesia kadangkadang kelihatan ragu-ragu, akibatnya sikapnya kurang terlihat jelas.
Sebetulnya dalam keadaan seperti sekarang ini Indonesia dituntut untuk melakukan hal-hal yang lebih tegas. Tetapi sumber itu tidak menjelaskan apa yang ia maksudkan dengan tindakan yang lebih tegas tersebut.
Dalam pembicaraan tidak resmi itu, diduga PM Lee Kuan Yew telah menyampaikan masalah ini kepada Presiden Soeharto. Masalahnya sekarang bagaimana Indonesia dapat merumuskannya.
Kalau kita bisa benar-benar tegas sesuai dengan kepentingan bersama dan kepentingan nasional sendiri, saya kira Indonesia akan dapat membawa ASEAN ke forum yang lebih baik lagi.
"Umpamanya ketegasan sikap politik dalam menghadapi politik Internasional, terutama menghadapi kehadiran negara-negara besar di Asia Tenggara." Demikian kalangan pengamat politik di Singapura.
Dunia internasional telah mengakui prinsip-prinsip ASEAN merupakan potensi. Karena itu, yang perlu dilakukan ASEAN sekarang adalah memberi wujud nyata dari prinsip-prinsip yang telah diakui dunia internasional tersebut.
Dalam masalah bilateral antara kedua negara, boleh dikatakan tidak banyak persoalan lagi. Namun masalah pembangunan kawasan, industri Pulau Batam kembali akan dilsinggung.
Bagi Singapura sendiri masalah pembangunan Pulau Batam ini tampaknya tidak lagi menjadi persoalan. Sebab Singapura sendiri ingin memindahkan dari negerinya industri yang bersifat intensif tenaga. Karena negara ini akan memasuki era industri "tinggi".
Selain itu, mungkin pula disinggung bagaimana prospek ekonomi dunia akibat kenaikan harga minyak bumi dan perdagangan dunia menurun. Presiden Soeharto diduga akan mengemukakan kepada PM Lee bahwa ASEAN harus melakukan suatu usaha untuk mencukupi persediaan pangan dan energi.
Perlu Ditingkatkan
Dalam petjalananke Singapura Presiden dan rombongan mampir selama 45 menit di P. Galang. Kepada Pemda Riau dan Pangdaeral II, Presiden berpesan agar kehidupan penduduk asli Pulau Galang dan sekitarnya ditingkatkan sehingga tidak lebih rendah dari tingkat hidup pengungsi.
Presiden juga minta agar taraf kehidupan nelayan disana ditingkatkan lewat perbaikan alat penangkapan ikan mereka. Juga para petani diberi bantuan dan penjelasan agar mereka mampu memperbaiki pendapatan mereka.
Presiden dan rombongan disambut para pengungsi dengan mengibar-ngibarkan bendera Merah-Putih sambil berseru "Hidup Presiden Soeharto". Presiden mengunjungi beberapa barak dan berdialog dengan beberapa pengungsi. Antara lain ditanyakan, mengapa mereka meninggalkan Vietnam. Para pengungsi menjawab:
"Karena kami tidak menyukai komunis."
Dari Panglima Operasi Halilintar, Laksamana Abdulrachman, Presiden mendapat laporan, sampai dengan 17 September telah dipindahkan 3496 pengungsi ke P. Galang. Seribu di antaranya dipindahkan dari P. Bintan. Jumlah pengungsi di daerah Riau saat ini mencapai 44.619 orang.
Dilaporkan pula, sejak Juli lalu telah dilakukan 11 kali pengusiran pengungsi. Selama bulan Juli lima kali pengungsian (terhadap 1073 pengungsi), bulan Agustus tiga kali (100 pengungsi) dan sampai dengan 17 September tiga kali (141 pengungsi). (DTS)
…
Singapura, Kompas
Sumber: KOMPAS (18/09/79)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 165-167.
Satu pemikiran pada “PRESIDEN SOEHARTO BERTEMU LEE KUAN YEW DI SINGAPURA SETELAH MENGUNJUNGI PULAU GALANG”
luar biasa