HATI-HATI TANGANI MASAIAH KEAGAMAAN

HATI-HATI TANGANI MASAIAH KEAGAMAAN[1]

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto mengatakan, diperlukan kearifan dan kehati-hatian dalam menangani masalah keagamaan yang sangat peka. Kesalahan tindakan akan membawa dampak yang sangat jauh. Menurut Kepala Negara, sehubungan umat beragama di Indonesia sangat majemuk maka sungguh-sungguh diperlukan suasana yang sejuk dalam kehidupan beragama “Ketenangan dalam kehidupan beragama akan sangat membantu persatuan dan kerukunan bangsa,” kata Presiden saat membuka Munas V Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Munas II Persatuan Wanita Tarbiyah Islamiyah dan Rakernas I Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah di Istana Negara Jakarta, Selasa. Munas ormas yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial itu diikuti peserta dari 26 provinsi. Hadir pada pembukaan Menko Kesra Azwar Anas, Menpen Harmoko, Menpera Akbar Tanjung dan mantan Meneg UPW Sulasikin Moerpratomo. Diingatkan, pendidikan sangat berkaitan dengan dakwah. Dakwah itu sendiri pada hakikatnya adalah kegiatan pendidikan. Melalui dakwah urnat dipanggil kejalan Tuhan dan dihimbau untuk membangun dan mengembangkan dirinya sesuai dengan ajaran­ ajaran agama.

Sikap Antipati

Agama tidak hanya mengajarkan nilai-nilai dan norma yang harus dihayati melainkan juga bagaimana cara yang sebaik-baiknya untuk mengajak orang lain mengh ayati nilai-nilai dan norma-norma agama itu.”Al Quran juga mengajarkan agar kita melalukan dakwah dengan hikmah atau bijaksana dengan maulzah hasanah atau nasehat yang baik. Dan, kalau harus beradu argumentasi atau mujadalah,maka hal itu harus dilakukan dengan cara yang lebili baik,” ujar Presiden.

Penunjuk Al Quran itu, lanjutnya, perlu dicamkan sebaik-baiknya, terutama olehmereka yang berkecimpung di bidang dakwah. Dengan demikian, perbedaan faham tidak akan menimbulkan pertentangan, apalagi dalam kehidupan beragama yang sangat peka. “Bukankah Nabi kita diberi petunjuk oleh Tuhan agar, bersikap layyinun, Iemah Iembut, supaya tidak menimbulkan sikap antipati dari masyarakat sekitarnya,” katanya.

Hal tersebut harus diingat baik-baik. Sebab, kegiatan dakwah tidak hanya berkaitan dengan pemeliharaan kerukunan hidup antar umat berbagai agama, akan tetapijuga kerukunan hidup diantara umat seagama.

Berpuas Diri

Pengembangan pendidikan, ujarnya, merupakan tugas besar dan sangat mulia. Keterbelakangan suatu bangsa tidak lepas dari keadaan pendidikannya. Bagi Persatuan Tarbiyah Islarniyah (PTI), pendidikan ibarat pepatah “bertemu ruas dengan bukunya”. Karenanya ormas ini dalam menyongsong dan mengisi masa depan bangsa, hendaknya meningkatkan perhatian dan mengerahkan kemampuannya untuk memajukan pendidikan umat Islam dan pendidikan bangsa umumnya.

Dalam kaitan Ini, Presiden menyatakan kebanggaannya bahwa PTl telah memilih banyak lembaga pendidikan, dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Namun, mereka tidak boleh berpuas diri hanya dengan mengandalkan jumlah yang banyak. Harus disadari, yang penting dalam pendidikan bukan sekadar jumlah lembaga­ lembaga pendidikan tetapi juga mutu pengelolaannya. Tanpa diimbangi mutu yang memadai, jumlah yang banyak dari lembaga pendidikan, tidak akan banyak artinya. Karena itu, diharapkan Munas juga memberikan perhatian pada peningkatan mutu lembaga pendidikan ini.

Tiang Negara

Guna memajukan pendidikan itu, peranan Persatuan Wanita Tarbiyah (PWT) jelas sangat diperlukan. Karena kata Presiden, pendidikan sangat erat dengan kodrat kewanitaan. Sebagai ibu, seorang wanita mau tidak mau harus mendidik putra-putrinya.

Yang perlu diperhatikan bukan hanya pendidikan di dalam lingkungan keluarga, melainkan kegiatan pendidikan di lingkungan masyarakat. Untuk itu, misalnya, perlu dipikirkan bagaimana meningkatkan kegiatan majelis taklirn di lingkungan Wanita Tarbiyah khususnya dan di lingkungan umat Islam umumnya. Melalui kegiatan majelis taklim, PWT berkesempatan mengembangkan kemampuan kaum muslimat, baik sebagai istri, ibu rumah tangga maupun warganegara. Dengan meningkatkan kualitas kehidupan kaum wanita, sesungguhnya telah ditingkatkan pula kualitas pengasuh dan pendidik generasi baru bangsa. “Bukankah Nabi kita bersabda bahwa wanita adalah tiang negara,’ucapnya. Untuk memajukan organisasi, tentu diperlukan dinamika dan kreativitas di lingkungan organisasi. Pemuda Tarbiyah menurut Presiden, merupakan unsur penggerak dinamika dan sumber kreativitas bagi PTI. Bahkan, masa depan organisasi ini ditentukan oleh kualitas generasi muda yang kelak akan memegang tampuk pimpinan. Sehubungan itu diharapkan, Rakernas Pemuda Tarbiyah mampu meningkatkan peran Pemuda Tarbiyah, bukan sekadar formal tetapi kehadiran nyata, demi kelangsungan hidup PTI.

PTI berdiri 5 Mei 1928 oleh ulama Bukittinggi, Almag hfurlahu Syeh Soelaiman Arrasoely yang bertahun-tahun bermukim di Mekkah Al Mukarramah. Ormas yang semula bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial, sejak 3 September 1945 menjadi partai politik Islam PERTI. Namun pada 1 Maret 1969, PERTI kembali ke khittah tahun 1928 yakni bergerak di 3bidang tadi.

Menghadapi Pemilu 1971, kata Ketua Umum DPP Tarbiyah Ismael Hassan, ormas yang dipimpinnya ini menyalurkan aspirasi politiknya kepada Sekber Golkar dan Golkar pada Pemilu selanjutnya. (N-1)

Sumber : SUARAKARYA ( 10/08/94 )

_____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 605-607.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.