ABRI BERKEPENTINGAN TERHADAP SUKSESNYA SU MPR
PRESIDEN SOEHARTO MERESMIKAN
GEDUNG BARU MARKAS KOSTRAD
BRI berkepentingan terhadap suksesnya Sidang Umum MPR, sebab ABRI akhir sebagai pembela Republik Proklamasi ABRI adalah pendukung cita-cita kemerdekaan.
Presiden Soeharto menegaskan hal itu ketika meresmikan gedung baru markas Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) di Jalan Merdeka Timur nomor 3, Jakarta, Minggu pagi kemarin.
Kepala Negara adalah pejabat pertama Panglima Kostrad yang ketika itu masih bemama Caduad (Cadangan Umum Angkatan Darat).
Menurut Presiden Soeharto, ABRI adalah prajurit pejuang dan pejuang prajurit. Sebagai prajurit pejuang dan pejuang prajurit, ABRI akan selalu membela Republik Proklamasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Kesetiaan ABRI kepada Pancasila dan UUD 45 inilah justru yang menjadi sumber kepercayaan rakyat kepada ABRI, sebaliknya kepercayaan rakyat kepada ABRI itulah yang merupakan kekuatan ABRI.
"Karena itu kepercayaan rakyat kepada ABRI tidak boleh disia-siakan kepercayaan rakyat yang diberikan kepada ABRI tidak akan membuat ABRI lupa diri dan menepuk dada.
Sebaliknya kepercayaan itu membuat ABRI makin rendah hati, makin hormat kepada rakyat. ABRI hendaknya menyadari bahwa memelihara kepercayaan jauh lebih berat dari pada memperoleh kepercayaan," kata Presiden Soeharto.
Pengabdian ABRI yang terus menerus dan tidak kenai henti kepada rakyat, menurut Kepala Negara, merupakan cara paling tepat untuk memelihara kepercayaan yang telah diperoleh.
"ABRI harus timbul dan tenggelam bersama-sama rakyat. Ini berarti kemanunggalan ABRl dan rakyat harus terus-menerus diperkokoh."
Kemanunggalan ABRI dan rakyat, kata Presiden Soeharto, bertambah pentingnartinya karena masa depan bangsa makin memerlukan kekuatan yang kokoh kuat untuk meneruskan, meningkatkan dan memperluas pembangunan.
Makan Siang Bersama
Peresmian gedung ditandai penekanan tombol dan penandatanganan prasasti oleh Presiden Soeharto. Sedangkan Nyonya Tien Soeharto menggunting pita gedung baru.
Acara dihadiri pula oleh Menko Polkam M. Panggabean, Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf, Menteri Sekretaris Negara/Menteri Dalam Negeri a.i. Sudharmono SH serta Menteri Penerangan Ali Moertopo.
Hadir juga para sesepuh/bekas Panglima Kostrad antara lain Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah, Jenderal (Purn) Makmun Murod, Letjen (Purn) Kemal Idris, Letjen (Purn) Wahono, Letjen Leo Lopulisa, Letjen Wiyogo, Letjen Himawan Soetanto dan Letjen Ismail.
Peresmian kemarin bertepatan dengan Hari Ulang Tahun XXII Kostrad. Upacara militer HUT baru akan dilaksanakan Senin pagi ini.
Selesai acara peresmian kemarin, Presiden dan Nyonya Tien Soeharto memotong tumpeng.
Presiden Soeharto memberikan potongan tumpeng kepada perwira termuda Kostrad, Letnan Dua Kamisomiran. Lulus AKABRI tahun 1981, dia kini komandan peleton artileri pertahanan udara.
Membawa Kerawanan
Menyinggung masalah pergantian generasi yang akan dialami ban gsa Indonesia, Presiden Soeharto mengemukakan pergantian generasi bagi suatu bangsa selain selalu mengandung harapan dan kesegaran baru, juga membawa kerawanan.
Generasi 45 atau Generasi Pembebas, demikian Kepala Negara, sekarang berada dalam tahun-tahun terakhir perampungan dan pembulatan tugas sejarah. Generasi Penerus secara berangsur angsur akan memikul tugas sejarah untuk memimpin bangsa dan negara ini.
"Jika Generasi Pembebas dahulu memikul tugas sejarah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajahan, diteruskan dengan mengamankan kemerdekaan nasional dan merampungkan tugasnya dengan mengantarkan bangsa Indonesia pada kerangka landasan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, maka tugas sejarah Generasi Penerus adalah untuk memantapkan negara Pancasila, dan membawa bangsa Indonesia tinggal landas dalam membangun dengan kekuatan sendiri menuju masyarakat Pancasila yang adil dan makmur," kata Kepala Negara.
Khusus kepada Generasi Penerus di kalangan ABRI, Presiden Soeharto berpesan agar bersiap-siap memikul tugas sejarah dengan kesadaran yang sedalam-dalamnya.
"Jadilah generasi lebih baik dari generasi sebelumnya Generasi 45 memang ingin membesarkan dari mengantarkan lahirnya generasi bangsa yang makin baik," demikian Kepala Negara.
"Ruang Orde Baru"
Panglima Kostrad/KSAD Letjen TNI Rudini melaporkan, gedung markas yang baru ini berdiri di atas areal tanah seluas 13.388 m2 merupakan bangunan bertingkat lima, ditambah ruang bawah tanah terbagi dalam tiga blok pembangunan, dilaksanakan selama 16 bulan sejak 10 ktober 1981.
Gedung lama Kostrad adalah bekas bangunan Komi saris Agung Belanda. Di gedung inilah pada tanggal 6 Maret 1961 pimpinan Angkatan Darat mengesahkan dan membentuk Caduad. Tahun 1963 dilebur dan menjelma menjadi Kostrad.
Semua bangunan lama dirobohkan. Kecuali bangunan utama Markas Kostrad tetap dipertahankan berdiri tegak di depan bangunan baru, sebagai bangunan monumental "lahirnya Orde Baru".
Di gedung utama inilah Presiden Soeharto sebagai Panglima Kostrad pertama dan para Panglima Kostrad lainnya berkantor tetapi sejak Mayjen Leo Lopulisa menjabat sebagai Panglima Kostrad, ruang kantor Panglima dipindahkan. Sehingga bekas kamar Presiden Soeharto sebagai Panglima Kostrad pertama dinyatakan sebagai "Ruang Orde Baru." Semua isi serta susunan alat-alatnya tetap utuh.
Begitu masuk pintu gerbang gedung markas baru di lantai pertama, terdapat prasasti dan relief Sejarah Kostrad. Prasasti terbuat dari batu granit seberat satu ton berasal dari daerah Garut, Jawa Barat Pada prasasti ini terdapat kalimat berbunyi :
"Keberanian mempertahankan prinsip demi kebenaran dan keadilan justru pada saat-saat yang genting adalah ukuran utama kesetiaan Kostrad kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945." Kata-kata ini merupakan amanat Presiden Soeharto sendiri.
Di belakang prasasti pada dinding dipaparkan sebuah relief berukuran 2 x 7 meter berisikan cerita visual sejarah terbentuknya Kostrad yang dibagi dalam empat tahap uraian :
– Pertama, proses dibentuknya Satuan Koprs Tentara I Caduad yang kemudian mendapat ujian menghadapi Trikora.
– Kedua, perebutan wilayah Irian Barat.
– Ketiga, tugas menghadapi Dwikora dan kemudian mengamankan Pancasila dari pemberontakan G.30.S/PKI.
– Keempat, sebagai pengawal Pancasila serta atas kesetiaannya kepada negara dan bangsa. Kostrad mendapat anugerah Sam Karya Nugraha dari Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1969. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (17/05/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 349-351.