Bogor, 27 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
Ketua Yayasan Dharmais
di Jl. Cendana No.8
Jakarta Pusat
BERISTIGHOTSAH [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Semoga Bapak sekeluarga dalam keadaan sejahtera. Alhamdulillah berkat doa dan bantuan Bapak, saya mulai tanggal 20 Juni 1998 telah dapat masuk kantor lagi di Bogor, meskipun seminggu satu kali saya masih konsultasi kepada dokter di rumah sakit MMC, adapun penyakit yang belum sembuh adalah Prostat
Setelah saya kembali dari rumah sakit, setiap malam Jumat bersama Kyai di rumah saya membaca Yasin dan Istigosah berdoa kepada Allah untuk Bapak sekeluarga memperoleh kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan diterima amal Bapak di sisi Allah dalam membangun negara dan bangsa Indonesia, dan hal demikian saya laksanakan pula setiap shalat tahajjut di malam hari.
Insya Allah Bapak sekeluarga memperoleh ma’unah dan rahmat dari Allah swt. Sekian semoga Bapak memaafkan atas kekurangan saya dalam mengabdi kepada Bapak, dan saya mohon do’a Bapak. (DTS)
Hormat saya sekeluarga
H. Ayip Rughby
Bogor
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 868. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.