DIDUGA PRESIDEN SOEHARTO BELUM AKAN KUNJUNGI SOVIET TAHUN INI
Menteri Muda Sekretariat Negara Moerdiono Jum’at petang mengatakan kepada “SH” belum mengetahui tentang berita yang mengatakan bahwa Preiden Soeharto merencanakan mengadakan kunjungan ke Uni Soviet tahun ini, yang disiarkan beberapa kantor berita asing.
Beberapa kantor berita itu yang dikutip “The Jakarta Post” hari Jum’at memeberitakan dari Moskow bahwa wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Mikhail Kapitsa, dalam pernyataannya menyebutkan Presiden Soeharto akan mengunjungi Soviet, namun menolak mengatakan dengan jelas tanggal kunjungan itu.
Pada kesempatan yang sama Rabu lalu saat mana Kapitsa memeberikan keterangan kepada pers, ia juga mengatakan rencana kunjungan yang sama juga akan dilakukan PM Malaysia, Mahathir tahun ini. Namun Sekjen Wisma Putra (Deplu) Malaysia, Zainal Abidin Sulong, hari Kamis juga mengatakan pemerintahnya belum mempunyai rencana seperti itu.
Pengaturan protokol untuk kunjungan seorang kepala negara biasanya dilakukan oleh Deplu dan Sekneg negara, masing-masing. Di Deplu umpamanya, Ditjen protokol dan direktorat kawasan negara yang akan dikunjungi (dalam hal ini direktorat Eropa) merupakan bagian-bagian yang seharusnya mengetahui mengenai rencana kunjungan kepala negara RI maupun kunjungan kepala negara lain ke Indonesia.
Para pejabat tinggi dari kedua unit Deplu ini kepada “SH” mengatakan tidak tahu menahu rencana seperti di atas.
Tanggal
Undangan kepada Presiden Soeharto untuk berkunjung ke Uni Soviet sudah sejak beberapa waktu dilansir.
Koresponden “Far Eastern Economic Review” Nair Chandra, tahun lalu menulis dari Washington berita rencana Presiden itu, tetapi Menlu Mochtar saat itu sambil membantah berita itu juga mengungkapkan tidak ada undangan untuk Presiden Soeharto untuk berkunjung.
Pada waktu Wakil PM Uni Soviet, Ryabov mengunjungi Jakarta tanggal 28 Oktober sampai 1 Nopember 1985 sebagai pejabat tertinggi negara itu yang pernah berkunjung ke Indonesia di zaman Orde Baru ini, menyampaikan undangan kepada Presiden Soeharto untuk berkunjung ke negaranya.
Ketika itu Presiden menjawab menerima baik undangan itu dan mengatakan akan menentukan tanggalnya pada waktu yang tepat bagi kedua pihak, yang berarti tanggal definitif belum ada.
Beberapa pejabat Indonesia menilai berita itu sengaja dilansir pihak Uni Soviet yang selama ini selalu mengatakan, di samping bidang ekonomi dan perdagangan mereka juga ingin meningkatkan hubungan politik.
Semuanya ini ada hubungannya dengan dibukanya hubungan langsung perdagangan antara RI dan RRC yang entah bagaimana diinterpretasikan sebagai permulaan pencairan hubungan diplomatik antara ke dua negara.
“Pihak Uni Soviet tidak mau ketinggalan”, ujar seorang pejabat Indonesia. Tetapi di samping itu pimpinan baru di Kremlin sekarang memang menaruh perhatian lebih besar terhadap kawasan Asia dan Pasifik.
Beberapa kalangan di Jakarta hampir memastikan Presiden tidak akan mengadakan kunjungan kenegaraan tahun ini, yang merupakan tahun persiapan pemilu. Lagi pula tidak ada keuntungan khusus yang akan diperoleh dari kunjungan ke Uni Soviet dalam bidang dagang, ekonomi, apalagi dalam bidang politik.
“Oleh karena itu sangat tipis sekali kemungkinan, Presiden akan ke sana”, kata seorang pejabat yang mengetahui seluk beluk kunjungan-kunjungan Kepala Negara RI. (RA)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (11/01/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 372-374.