GUNAKAN DANA PEMBANGUNAN SECARA HATI2

GUNAKAN DANA PEMBANGUNAN SECARA HATI2

PRESIDEN:

Presiden Soeharto mengingatkan agar penggunaan dana pembangunan dilakukan secara hati-hati.

Dana yang memang terbatas harus digunakan untuk kebutuhan yang paling mendesak dan tidak perlu memaksa diri untuk mengejar sasaran di luar apa yang telah direncanakan.

Hal itu dikemukakan Kepala Negara kemarin ketika menerima para peserta rapat Kerja Departemen Pekerjaan Umum Juni di Istana Negara. Raker akan berlangsung selama 3 hari, diikuti oleh 190 peserta, terdiri dari Kakanwil Dep. PU se-Indonesia.

Dikatakan, menentukan urutan prioritas pernbangunan mutlak perlu dilakukan secara tajam, dengan mendahulukan proyek yang menunjang keberhasilan pembangunan sektor yang bersifat strategis.

"Pokoknya dana yang tersedia harus digunakan sebaik-baiknya sehingga rencana yang ditetapkan dapat tercapai tepat pada waktunya dan sesuai dengan mutu yang diharapkan" tegas Presiden Soeharto.

Pengawasan

Menurut Kepala Negara, keberhasilan Departemen PU menggariskan sasaran dalam Repelita IV mengandung arti rnampu terencana secara baik dalam melaksanakan Repelita IV. Lebih dari itu, yang perlu mendapat perhatian dari departemen tersebut adalah masalah pengawasan dan koordinasi.

Secara panjang lebar Presiden rnengemukakan rentang pentingnya arti pengawasan dan koordinasi tersebut. Tujuan utama pengawasan bukan untuk mencari­ cari kesalahan orang melainkan menjaga agar setiap rencana dapat berjalan dengan baik.

Demikian pula koordinasi harus dilakukan, sebab keterpaduan antar sektor merupakan kunci terwujudnya efisiensi pelaksanaan pembangunan yang semakin luas dan sempit, meliputi efisiensi penggunaan dana, tenaga dan waktu.

Yang juga tidakkalah pentingnya untuk diperhatikan adalah soal pemeliharaan dan pengelolaan. Sebab jika prasarana fisik yang sudah dengan susah payah berhasil dibangun tidak dipelihara dan dikelola dengan baik, lambat laun pasti akan mengalami kerusakan. Malahan, mungkin bisa lebih cepat rusak dari yang sepantasnya.

Arti Pembangunan

Untuk yang kesekian kalinya diingatkan bahwa pembangunan tidak boleh diartikan hanya membangun yang baru saja.

Pembangunan harus pula berati mengelola dan memelihara semua yang telah berhasil dibangun. Dalam hal ini penting sekali dibangkitkan tanggung jawab masyarakat luas. Sebab tidak jarang terjadi kerusakan disebabkan kurang sadarnya masyarakat dalam ikut memelihara apa yang telah dibangun bersama.

Sebagai contoh Presiden menyebut jalan. Jalan yang sering lebih cepat rusak dari semestinya antara lain teljadi karena dilalui oleh kendaraan yang melebihi kekuatan jalan. Contoh lain gampang ditemukan dari apa yang bisa disaksikan sehari-hari di sekitar kita.

"Saya ingatkan, membangkitkan tanggung jawab masyarakat merupakan bagian dari usaha membangkitkan disiplin sosial disiplin nasional, sebagai wujud nyata dari tanggung jawab bersama dalam hidup berbangsa dan bemegara yang tertib" ujar Presiden Soeharto.

Pada awal sambutannya, Kepala Negara menjelaskan mengenai perlunya kewaspadaan disertai tanggungjawab yang besar dalam melaksanakan pembangunan di masa depan.

Sebab berbagai tantangan seperti misalnya suasana perekonomian intemasional yang kurang menguntungkan dan makin luasnya usaha pembangunan, merupakan ujian yang tidak kecil.

Karena itu, berhasil atau gagalnya dalam merampungkan tugas besar sepenuhya berada di tangan bangsa Indonesia sendiri, seberapa jauh tekad dan kemauan, kerja keras dan kegigihan semua pihak.

Ditegaskan, untuk mengatasi berbagai tantangan dan ujian perlu adanya sikap realistis, makin dewasa dan makin bertanggung-jawab. Lebih dari itu harus dihadapi dengan semangat perjuangan.

Tradisi sebagai pejuang inilah yang harus dihidupkan di dada setiap insan Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Jika ini bisa dilakukan, kata Kepala Negara, pasti tugas besar dapat dilanjutkan bahkan ditingkatkan dan diperluas sesuai dengan tahapan.

Dikatakannya dana yang terbatas sebagai cermin nyata dari suasana keprihatinan, sekaligus perlu dijadikan harapan bagi masa depan. Sebab dengan sikap prihatin itu justru mengandung kekuatan positif untuk terus maju (RA).

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (19/04/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 707-709.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.