Panton Labu, 2 Juni 1998
Kepada
Yang Mulia Bapak Soeharto
di kediaman
HABIS MANIS SEPAH DIBUANG [1]
Dengan segala hormat,
Pro dan kontra terus bermunculan atas keputusan Bapak berhenti dari jabatan presiden RI. Pakar-pakar hukum dan tata negara telah menyatakan keputusan Bapak tersebut konstitusional, tetapi masih ada juga kelompok-kelompok ataupun perorangan yang menyatakan inkonstitusional.
Saya sangat terkesan saat Bapak menawarkan pembentukan komite reformasi yang terdiri dari orang-orang kampus dan pakar-pakar beserta kaum intelektual dan terbuka untuk siapa saja yang mau ikut dalam komite reformasi.
Ternyata rencana pembentukan komite reformasi tidak bisa terwujud. Sekarang setelah Bapak berhenti dari jabatan presiden ternyata begitu marak. Kalau saya secara pribadi menganalisa, ada kelompok-kelompok yang sengaja menjatuhkan Bapak. Kondisi dan situasi sekarang ini tidak bisa terkendali. Saya sangat kuatir atas keselamatan negara RI yang berdaulat dan bersatu dari Sabang sampai Merauke.
Sangatlah sedih dan prihatin saya terhadap bapak beserta keluarga, mengingat begitu gencarnya tuduhan-tuduhan yang tidak berlandaskan hukum dari tuduhan korupsi, kolusi, dan nepotisme, sehingga mencemarkan nama baik Bapak, yang begitu harum baik di mata internasional maupun di dalam negeri.
Yang saya herankan, ada orangorang yang telah lama bekerja dengan Bapak ada yang selama ini minta-minta petunjuk Bapak tiba-tiba mbalelo, bahkan menuding Bapak dengan cara masing-masing.
Teringat saya ketika Bapak berpidato di istana negara. Pada saat itu, berkali-kali Bapak mengatakan mundur dari jabatan presiden tidak ada masalah. Bapak juga telah menanyakan kepada pimpinan dewan, apa benar saya (Bapak) masih dipercaya oleh rakyat Indonesia untuk memimpin bangsa ini. Tolong dicek benar-benar karena umur saya (Bapak) saat itu sudah mencapai 77 tahun. Menurut saya, hakekatnya Bapak tidak ada ambisi untuk dicalonkan kembali sebagai presiden RI.
Saya sangat prihatin dengan berita-berita yang begitu memojokkan Bapak beserta keluarga tanpa mengingat sedikit pun jasa-jasa Bapak. Bapak telah banyak berkorban untuk menegakkan negara RI dari ancaman komunis. Keberhasilan pembangunan di segala bidang telah dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia ke pelosok-pelosok desa.
Semua itu seakan-akan hilang bak kata pepatah “Habis Manis Sepah Dibuang”. Semoga Bapak tabah dalam menghadapi semua cobaan ini, semoga Bapak sekeluarga selalu dalam lindungan Allah swt. Aaminn …! (DTS)
Hormat saya,
Hamdani Hasan
Aceh Utara
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 893-894. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.