HARAPAN PRESIDEN PADA PARA DUBES
Harus tangkas dalam melaksanakan tugas [1]
Jakarta, Berita Buana
Presiden Soeharto, hari Sabtu, menyatakan, tugas Duta Besar sungguh luas jangkauannya. Bukan saja mewakili dan mengurus kepentingan negara dan warganegaranya di luar negeri, tetapi ia harus menterjemahkan kepribadian Indonesia, menggambarkan cita2nya dan menjelaskan usahanya, sehingga keseluruhan cita2 dan aspirasi Indonesia dikenal dan dipahami oleh rakyat dari negara yang bersangkutan.
“Ini adalah suatu keharusan”, kata Presiden.
Ditegaskan pula, persahabatan dan saling pengertian hanya dapat timbul apabila ada kemauan untuk saling mengenal. Mengenai hati, fikiran dan wajah Indonesia yang sebenar-benarnya, itu termasuk tugas penting pada Duta Besar Kita.
Dalam amanatnya pada upacara pelantikan para Duta Besar luar biasa dan berkuasa penuh hari Sabtu siang yang lalu di Istana Negara, lebih jauh Kepala Negara menyatakan,
“Para Duta Besar saya minta tangkas dalam melaksanakan tugas, membela dan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negara kita diluar negeri”.
“Tajamkanlah pandangan dan pendengaran, sehingga apa yang salah dikira oleh orang luar tentang Indonesia dapat segera dijelaskan seperti keadaan sebenarnya keadaan sebenarnya di sini”.
Para Duta Besar RI yang dilantik Presiden Sabtu siang yang lalu terdiri dari 6 orang, mereka itu ialah R.B.I.N. Djajadiningrat M.A. sebagai Dubes R.I. untuk Uni Sovyet merangkap Monggolia, Mayor Jendral TNI Nurmanthias, sebagai Dubes R.I untuk Australia, R.M. Sunarso Wongsonegoro, sebagai Dubes R.I. untuk Takhta Suci (Vatikan), H.R.P. Mohammad Noer sebagai Dubes RI untuk Perancis, Raden Homan Benny Mochtar S.H. sebagai Dubes R.I. untuk Selandia Baru, dan Mayor Jendral Besar Dr. Awaludin Djamin sebagai Dubes untuk Republik Federasi Jerman Barat.
Konfrontasi
Kepala Negara menegaskan, pembangunan dunia yang lebih adil dan lebih maju akan sulit dapat dicapai melalui konfrontasi. Pengalaman dunia dalam dasawarsa terakhir ini menunjukkan bahwa konfrontasi bukanlah jalan keluar yang baik bagi penyelesaian berbagai masalah ummat manusia. Bangsa2 sekarang telah tiba pada tingkat hubungan yang demikian erat, sehingga saling membutuhkan dan nasibnya saling bergantungan.
“Konfrontasi mungkin saja memenangkan salah satu fihak secara sementara, namun tidak pernah akan menyelesaikan persoalan secarakeseluruhan”, kata Presiden.
“Yang penting adalah, adanya kemauan semua fihak untuk merembug bersama dan menemukan jalan keluar yang menguntungkan bagi semua fihak.” (DTS)
Sumber: BERITA BUANA (20/09/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 91-92.