“KEBUDAYAAN” MACAM APA PULA INI…!

"KEBUDAYAAN" MACAM APA PULA INI…!

Dengan hormat,

BEGITU BAPAK Presiden menyatakan bahwa para olahragawan yang berprestasi akan diberi pekerjaan, dari diumumkan oleh Bapak Menpora baru­baru, banyak pihak yang langsung menawarkan pekerjaan kepada para atlit.

Kalau memang pimpinan suatu Instansi tahu di Instansinya ada lowongan, kenapa tidak dulu-dulu?

Begitu Bapak Presiden mencanangkan : "Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga", semua pihak dengan latahnya berpidato dimana-mana seperti tape recorder, tetapi berhenti hanya pada pidato latahisme saja.

Buktinya, perawatan maupun perbaikan-perbaikan sarana olahraga dimana-mana biasa-biasa saja,jangankan pembangunan sarana-sarana olahraga barn (kecuali lapangan golf dan tenis).

Intensitas, kompetisi-kompetisi, turnamen-turnamen, pertandingan­pertandingan persahabatan dan peristiwa olahraga lainnya ya biasa-biasa saja.

Saya sering mendengar bahwa : "Pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat".

Tetapi bila ada anggota masyarakat yang punya gagasan-gagasan, prestasi-prestasi yang menunjang kemauan pembangunan baik tingkat daerah maupun nasional tidak ada yang nggubris.

Memang ada yang cukup populer, tetapi ya orangnya itu-itu saja yang sudah terlanjur dikenal masyarakat karena punya kesempatan. Oleh karena itu kasus diatas wajar terjadi, lebih baik menunggu dawuh (instruksi), sebab kalau berbuat sesuatu berdasarkan dawuh, biasanya mendapatkan perhatian dari semua kalangan, dan selamat. Celakanya "kebudayaan" ini didukung oleh media massa.

Lain dengan "kebudayaan" Jimmy Carter (itu bekas Presiden AS) "Why not the best". Kalau di Indonesia : "Siapa yang punya gagasan, bukan bagaimana gagasan itu".

Wah ! Kalau begitu Indonesia memerlukan presiden, menteri-menteri, gubernur­ gubemur, bupati-bupati, wali kota – wali kota, dan pimpinan-pimpinan formal lainnya yang mempunyai kemampuan seperti Malaikat, serba tahu, serba bisa, serba ahli, serba … serba … atau kalau ingin berprestasi dalam pembangunan hanya menjadi pimpinan formal dulu. (RA)

Semarang, 17 Juni 1983

Hormat saya,

I Notosapoetro

Jl. Singotoro 5, Semarang

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (22/06/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 463-464.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.