PRESIDEN RESMIKAN PUSAT PENELITIAN TENAGA ATOM PEMBANGUNAN INDUSTRI BESAR-BESARAN BUTUHKAN ENERGI NUKLIR
Sejarah membuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat manusia mengalami lompatan-lompatan besar dalam mencapai kemajuan dan menikmati kesejahteraan.
Pengalaman bangsa lain juga membuktikan, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mereka dapat menempatkan diri pada barisan negara maju dan termasuk di dunia dewasa ini, walaupun mereka dapat dikatakan tidak banyak memiliki kekayaan alam dan bahan mentah lainnya.
Demikian Presiden Soeharto ketika meresmikan penggunaan Kompleks Penelitian Tenaga Atom dan pengoperasian Unit radiator Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) di kompleks penelitian Pasar Jumat Jakarta Kamis kemarin.
Presiden yang kemarin juga membuka Laporan Visual hasil karya karya Batan selama Repelita III menyebutkan bahwa dengan laporan itu masyarakat luas akan semakin mengetahui kemungkinan apa saja yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan tenaga atom untuk menunjang pembangunan nasional.
"Dengan menyaksikan laporan visual ini, kita makin menyadari bahwa dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat mempercepat jalannya pembangunan nasional. Laporan visual ini hendaknya dapat menggugah kesadaran para remaja kita, tunas-tunas bangsa pemilik masa depan untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan dan lebih bertekad untuk menguasai teknologi. Sebab pembangunan yang harus kita percepat tidak bisa lain harus kita lakukan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi," demikian Presiden.
Ada Kemajuan
Kepala Negara mengakui, di bidang tersebut Indonesia memang ketinggalan beberapa dasawarsa. Tetapi juga diakni bahwa kemudian yang membesarkan hati mulai diraih dalam bidang sangat penting itu.
"Dari tahun ke tahun itu makin banyak memiliki lembaga penelitian dan pengkajian, yang hasil penelitiannya banyak bennanfaat bagi kelancaran pembangunan. Makin banyak pula tenaga kita yang mampu merancang dan melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang, mulai dari yang sederhana sampai yang sulit yang meliputi teknologi tinggi seperti membangun jembatan dengan rentangan panjang, pelabuhan laut, pelabuhan udara, bendungan besar, kilang minyak dan gas alam cair, industri-industri berat dan pesawat terbang dan seterusnya."
"Kemajuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknogi itu masih bertambah lagi, dengan penguasaan teknologi nuklir. Teknologi nuklir tennasuk teknologi tinggi dan rumit. Karena itu apa yang dicapai Batan membanggakan dan membesarkan hati kita semua," kata Presiden.
"Lebih-lebih bila mengingat banyak di antara mereka masih berusia muda. Semua itu makin menebalkan keyakinan kita, bahwa jika kesempatan terbuka, tenaga dan ilmuwan Indonesia tidak kalah dengan tenaga dan ilmuwan dari negara lain."
Penyediaan Energi
Di bagian lain sambutannya, Presiden menyebut bahwa pembangunan industry besar-besaran di masa datang memerlukan teknologi nuklir, khususnya dalam penyediaan energi. Sumber energi kita yang paling besar pun dewasa ini, yakni minyak bumi, bagaimana pun besarnya ada batasnya.
"Karena itu dari sekarang kita sudah harus mengadakan persiapan yang sungguhsungguh untuk mengembangkan sumber energi lain, seperti energi nuklir yang persiapannya telah dimulai Batan". Presiden minta agar program tersebut dilanjutkan dengan sebaik-baiknya, dari segi teknologi maupun tenaga ahlinya.
Presiden juga minta agar Batan sebagai penyelenggara dan pengawas penggunaan tenaga atom di Indonesia makin memantapkan pengaturan dan mengetatkan pengawasan penggunaan teknik dan teknologi nuklir.
Laporan Visual
Presiden dan Ny. Tien Soeharto didampingi beberapa menteri antara lain Mensesneg Sudhannono dan Menpen Harmoko dan Gubernur DKI Suprapto serta Ditjen Batan Prof. A Baiquni, kemudian menyaksikan laporan visual hasil karya Batan selama Pelita III.
Ada sembilan kelompok dalam laporan itu, yakni organisasi Batan, pengaturan dan pengawasan (penggunaan teknologi nuklir), ristek bidang kebutuhan dasarmanusia (seperti pemuliaan tanaman), ristek bidang sumber-daya alam dan energi (seperti eksplorasi bahan galian nuklir), ristek bidang industri (seperti untuk vulkanisasi lateks alam), kegiatan pengabdian masyarakat (sterilisasi alat kedokteran), pengawetan makanan dan sebagainya, kegiatan penunjang (pendidikan dan latihan), pengolahan data dan sebagainya, reaktor serbaguna di Serpong dan lab penunjang (kegiatan persiapan) serta gambaran mengenai kegiatan Batan dan Repelita IV.
Selesai peninjauan, Presiden diberi padi Atomita, varietas unggul penemuan Batan dengan radiasi yang dibungkus balok kaca dan naskah UUD 1945 ditulis di atas lontar yang sudah diradiasi agar awet.
Laporan visual yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali ini dibuka untuk umum mulai 9 Desember selama sebulan, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 setiap hari.
Menghemat devisa
Dalam laporannya, Dirjen Batan menyebut ketiga pusat penelitian Batan yang diresmikan Presiden, yakni Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Pusat Eksplorasi Pengolahan Bahan Nuklir (PEPBN) dan Pusat Dosimetri dan Standardisasi Kalibrasi (PDS) yang menempati areal seluas 20 hektar dan luas bangunan 24.000 m. Nilai bangunan dan alat Rp 7,5 milyar.
Sedang unit iradiasi dengan sumber Kobalt 60 berkekuatan 225.000 curie. Iradiator pertama berkekuatan 80 Curie diresmikan tahun 1978. Unit baru berharga hampir Rp 1,1 milyar, Badan Pembangunan PBB (UNDP) membantu perlengkapan utama sebesar 650.000 dollar AS. Unit itu akan dipakai untuk kerjasama regional bersama Malaysia, Muangthai, India, Pakistan, Korea Selatan, Bangladesh, Sri Lanka dan Indonesia.
Menurut Prof. Baiquni, apa yang dilaporkan baru sebagian kecil dari apa yang sudah dicapai Batan. Karena yang lain terwujud dalam instalasi besar, reaktor Kartini di Yogyakarta, pengolahan konsentrat dan instalasi pemumian uranium serta kemampuan karyawan dan tenaga ahli trampil yang tak tampak mata.
Kepada Kompas, Prof. Baiquni menyebutkan, adanya reaktor serbaguna membuat Indonesia lebih mampu mencukupi sendiri kebutuhan bahan radioisotop dan Radio farmasi, misalnya Kobalt 60 yang masih diimpor dari Kanada. Dengan itu devisa bisa dihemat.
Perihal "bombongan"
Hingga usia seperempat abad, Batan telah banyak berperan dalam riset dan pengembangan teknologi nuklir yang kini banyak dipakai untuk bidang pertanian, peternakan, pengawetan, hidrologi, kedokteran, sedimentologi, radiografi, sterilisasi, proses radiasi, dan sebagainya.
"Kami menginsyafi, bahwa kemampuan nuklir suatu bangsa ditentukan oleh penguasaannya terhadap bahan galian dan teknologi nuklir, dan untuk kedua sasaran inilah kami mempersiapkan Batan," kata Dirjen Baiquni yang juga meminta kepada Presiden untuk memberikan bombongan dan bimbingan kepada segenap staf Batan, mengingat teknologi nuklir bukan teknolog terbuka, sehingga banyak hal harus dicari dan dikembangkan sendiri dalam unjuk kerja. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (09/12/1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 458-460.