PRESIDEN AKAN RESMIKAN IRADIATOR BERKEKUATAN 300.000 CURIE

PRESIDEN AKAN RESMIKAN IRADIATOR BERKEKUATAN 300.000 CURIE

25 Tahun BATAN :

Sebuah fasilitas penelitian dan pengembangan manfaat teknologi nuklir untuk kepentingan damai, iradiator, Kamis 8 Desember mendatang diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto di Pusat Penelitian Tenaga Atom, Pasar Jumat, Jakarta.

Iradiator itu berkekuatan 300.000 curie didatangkan dan dipasang dengan menggunakan dana UNDP dalam rangka kerja sama regional antara Malaysia, Muangthai, India, Pakistan, Korea Selatan, Bangladesh, Srilanka dan Indonesia.

Dengan iradiator itu Indonesia kini memiliki beberapa iradialor yang kesemuanya berkekuatan 375.000 curie. Iradiator yang ada sebelumnya berkekuatan 75.000 curie.

Selain untuk kepentingan penelitian yang berkait dengan aspek mikrobiologi, bahkan pembungkus, dosimetri dan gizi, iradiator tersebut kelak dimanfaatkan guna menunjang peningkatan mutu basil industri melalui penerapan radiasi nuklir.

Prof. A. Baiguni MSc.Ph.D, Dirjen BATAN Dep. Pertambangan dan Energi, menjelaskan hal itu dalam jumpa pers kemarin di Jakarta lebih jauh mengungkap, peresmian penggunaan iradiator bam oleh Presiden dilakukan dalam rangka ulang tahun ke 25 BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional).

Pengelolaan iradiator dan pemanfaatan radiasi nuklir untuk tujuan damai bagi Indonesia bukanlah hal yang baru. Sejak tahun 1960 BATAN sudah menggunakan iradiator Co.60 Gammacell-220 di UGM Yogyakarta. Tahun 1968 menambah sebuah iradiator berkekuatan 10.000 curie.

Penempatan iradiator berkekuatan 300.000 curie itu bagi BATAN lebih dari hanya sekadar peningkatan fasilitas, melainkan suatu peningkatan kepercayaan "orang luar" terhadap kemampuan Indonesia menerapkan teknologi nuklir, khususnya dalam hal pemanfaatan radiasi nuklir guna kepentingan kemanusiaan, demikian intipenjelasan Baiguni.

Dengan penempatan iradiator baru ini, BATAN melaksanakan salah satu kegiatan kerja sama regional dalam bidang teknologi nuklir di antara negara-negara yang sedang berkembang.

Fasilitas itu dipakai guna mendidik dan meningkatkan para praktisi dari negara-negara yang terkait dalam ketjasama itu. (RA)

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (06/12/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 457-458.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.